Beradab pada Orangtua Agar Mendapat Ridho Allah SWT

Beradab pada Orangtua Agar Mendapat Ridho Allah SWT

Beradab pada Orangtua, Dapatkan RidhoNya

Suaramuslim.net – Begitu tingginya derajat orangtua di dalam Islam, hingga ridho Sang Pencipta ini berada sederajat dengan orangtua. Berikut ini beberapa adab yang baik dan akhlak yang mulia kepada orangtua.

Tidak Meninggikan Suara Saat Berbicara

Hadits Al Musawwir bin Makhramah radhiyallahu’anhu menjelaskan mengenai bagaimana adab para sahabat terhadap Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Disebutkan di dalamnya, “Jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah.” (HR. Al Bukhari 2731).

Syaikh Musthafa Al ‘Adawi seperti yang dikutip muslim.or.id mengatakan, “Setiap adab di atas terdapat dalil yang menunjukkan bahwa adab-adab tersebut merupakan sikap penghormatan.” Maka dari hadits ini merendahkan suara dan tidak memandang dengan tajam merupakan akhlak yang mulia dan sikap penghormatan yang tentu sangat layak untuk kita terapkan kepada orangtua. Karena merekalah orang yang paling layak mendapatkan perlakuan yang paling baik dari kita.

Tidak Berdiri di Depan Orangtua yang Sedang Duduk

Dalilnya hadits Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu,  “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau sedangkan beliau dalam keadaan duduk dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘Kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk.” (HR. Muslim, no. 413). Para ulama mengatakan dilarangnya hal tersebut karena merupakan kebiasaan orang kafir Persia dan Romawi. Maka hendaknya kita menyelisihi mereka.

Tidak Mendahului dalam Berkata-kata

Di antara adab yang mulia kepada orangtua adalah tidak mendahului mereka dalam berkata-kata dan mempersilakan serta membiarkan mereka berkata-kata terlebih dahulu hingga selesai. Lihatlah bagaimana Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu menerapkan adab ini. Beliau berkata,  “Kami pernah bersama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda, ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata, ‘Sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘Ia adalah pohon kurma.’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811)

 Mengutamakan Orangtua Daripada Diri Sendiri dalam Perkara Duniawi

Hendaknya kita tidak mengutamakan diri kita sendiri dari orangtua dalam perkara duniawi seperti makan, minum, dan perkara lainnya. Sebagaimana hadits dalam Shahihain mengenai kisah yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup batu besar, kemudian mereka bertawassul kepada Allah dengan amalan-amalan mereka, salah satunya berkata, “Ya Allah sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua renta, dan saya juga memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari mengembala ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk mereka. Aku selalu dahulukan orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu hari ketika panen aku harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah sangat sore, dan aku dapati orang tuaku sudah tidur. Lalu aku perahkan untuk mereka susu sebagaimana biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi susu itu kepada mereka. Aku berdiri di sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan mereka. Dan aku pun enggan memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang tuaku. Padahal anakku sudah meronta-ronta di kakiku karena kelaparan. Dan demikianlah terus keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi mengharap wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit dari situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa melihat langit darinya.“ (muf/smn)

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment