Panduan Shalat Idul Fitri

Panduan Shalat Idul Fitri

panduan sholat idul fitri

Suaramuslim.net – Begitu pentingnya sholat ied ini sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  meminta para wanita keluar meskipun dalam kondisi haid. Bagaimanakah cara melakukan shalat idul fitri? berikut ini merupakan tuntunan shalat idul fitri.

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ummu ‘Athiyah, beliau berkata,  “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fitri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haid. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haid untuk menjauhi tempat shalat.”

Pelaksanaan Shalat Ied

Dalam penentuan waktu sholat ‘id, ulama mahdzab tidak ada perbedaan pendapat bahwa waktu shalat ‘id dimulai dari matahari setinggi tombak sampai waktu zawal (matahari bergeser ke barat).

Terkait dengan waktu pengerjaannya, ada perbedaan antara sholat idhul Adha dan idhul Fitri. Sholat Idul Adha dikerjakan lebih awal agar orang-orang dapat segera menyembelih qurbannya. Sedangkan shalat Idul Fitri agak diundur bertujuan agar kaum muslimin masih punya kesempatan untuk menunaikan zakat fitri.

Mengenai tempat pelaksanaan sholat ied lebih utama (lebih afdhol) dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan.

Abu Sa’id Al Khudri mengatakan, “Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya Idul Fithri dan Idul Adha menuju tanah lapang.”

Tata Cara Shalat Ied

Jumlah rakaat shalat Idul Fitri adalah dua rakaat. Adapun tata caranya adalah sebagai berikut.

Pertama, memulai dengan takbiratul ihram, sebagaimana shalat-shalat lainnya. Kemudian bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak tujuh kali takbir -selain takbiratul ihram- sebelum memulai membaca Al Fatihah. Boleh mengangkat tangan ketika takbir-takbir tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh Ibnu ‘Umar.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Ibnu ‘Umar dikenal sangat meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat tangannya dalam setiap takbir.”

Kedua, tidak ada bacaan dzikir tertentu di antara takbir-takbir (takbir zawa-id). Namun ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Di antara tiap takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah.”  Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir membaca bacaan,

Subhanallah wal hamdulillah wa  laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku).”

Namun bacaannya tidak dibatasi dengan bacaan ini saja. Boleh juga membaca bacaan lainnya asalkan di dalamnya berisi pujian pada Allah ta’ala.

Ketiga, membaca Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat lainnya. Surat yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah surat Qaaf pada raka’at pertama dan surat Al Qomar pada raka’at kedua.

Ada riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada Waqid Al Laitsiy mengenai surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat Idul Adha dan Idul Fithri. Ia pun menjawab, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca “Qaaf, wal qur’anil majiid” (surat Qaaf) dan “Iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar” (surat Al Qomar).”

Jika hari ied jatuh pada hari Jum’at, dianjurkan pula membaca surat Al A’laa pada raka’at pertama dan surat Al Ghosiyah pada raka’at kedua, pada shalat ied maupun shalat Jum’at.

Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (surat Al A’laa) dan “Hal ataka haditsul ghosiyah” (surat Al Ghosiyah).” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat.

Keempat, usai membaca surat, kemudian melakukan gerakan shalat seperti biasa (ruku, i’tidal, sujud, dst). Kemudian, bertakbir ketika bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua.

Kelima, kemudian bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak lima kali takbir -selain takbir bangkit dari sujud- sebelum memulai membaca Al Fatihah di rokaat kedua. Dan kemudian membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Serta mengerjakan gerakan lainnya hingga salam. (muf/smn)

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment