PANDEGLANG (Suaramuslim.net) – Jalan berlubang menjadi rintangan yang harus dilewati menuju Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Lubang menganga di tengah jalan juga beberapa sisi aspal yang sudah mengelupas dianggap wajar bagi warga sekitar. Namun, akan menjadi tantangan bagi relawan dan setiap orang yang baru pertama kali melintas untuk mengirimkan bantuan menuju Kecamatan Sumur di ujung barat daya Pulau Jawa.
Terdapat dua jalur yang dapat ditempuh untuk mencapai Kecamatan Sumur yang menjadi salah satu lokasi terdampak tsunami Selat Sunda 22 Desember 2018 silam.
Pertama ialah pesisir pantai melewati kawasan wisata Tanjung Lesung. Sedangkan jalur kedua melintasi Cibaliung. Kedua jalur ini sama-sama mengalami kerusakan parah.
Via Cibaliung, pelintas akan teduhkan mata dengan pemandangan pohon khas hutan dan jalur yang mendaki. Udara sejuk juga terasa di kawasan ini. Sedangkan hamparan Selat Sunda dengan lautnya yang kebiruan memanjakan mata jika pelintas menempuh jalur melewati kawasan Tanjung Lesung yang terkenal dengan wisata pantainya.
Tujuan dua jalur itu ialah Sumberjaya, salah satu desa di Kecamatan Sumur. Di desa yang terdampak parah akibat tsunami itu terdapat pintu masuk penyeberangan ke Pulau Umang. Lokasi ini juga dikenal sebagai gerbang menuju Taman Nasional Ujung Kulon tempat badak bercula satu tinggal.
Tapi kini, hanya puing bangunan rusak dan kapal nelayan yang naik ke darat menjadi pemandangan. ‘Abdullah, salah satu warga Desa Sumberjaya, menuturkan kini tak ada keramaian wisatawan atau riuhnya pasar di Sumberjaya.
“Yang terkena dampak tsunami ini pasar, jadinya sekarang sepi. Wisata ke Umang juga ditutup,” jelasnya saat ikut mengantre pendistribusian air bersih dari Humanity Mobile Watertank Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Lapangan Desa Sumberjaya yang kini rata karena tsunami, Jumat (4/1/19) lalu.
Sumberjaya saat ini hanya diramaikan relawan dan donatur yang mengirimkan bantuan, serta beberapa orang yang berswafoto dengan latar belakang bangunan rusak. Tak ada lagi deretan kapal wisata yang berjajar di bibir Pantai Sumur untuk mengantarkan pengunjung ke Pulau Umang. Begitu pula dengan nelayan yang biasa hilir-mudik menurunkan hasil lautnya di pasar yang berbatasan dengan laut ini.
Pemandangan serupa tampak di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Pandeglang. Deretan bangunan rusak juga pelabuhan perikanan yang hancur pasca tsunami beberapa pekan silam. Sampai hari ini nelayan belum juga berani melaut, selain trauma, mereka juga kehilangan kapal mereka karena tenggelam. Jika pun tak tenggelam, kapal mengalami kerusakan akibat benturan.
Kapal milik adik Sutiyah salah satu warga Desa Teluk misalnya. Kapal yang saat ini berada di muara sungai Labuan mengalami kerusakan di beberapa bagian.
“Adik saya meninggal di kapal itu, waktu tsunami ia sedang menyiapkan kapal untuk melaut, tapi datang ombak besar itu, dia ikut terbentur kepalanya,” tutur perempuan paruh baya itu mengingat adiknya yang meninggal akibat tsunami.
Pesisir Pandeglang mengalami kelumpuhan ekonomi. Terlihat pada Jumat (4/1), pasar ikan sepi karena tak ada nelayan yang berani melaut. Kunjungan wisatawan yang biasanya pada akhir tahun meningkat, namun kini tak seramai biasanya. Bangunan yang hancur juga sampai saat ini belum juga seluruhnya dibenahi untuk kembali ditempati.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir