Suaramuslim.net – Salah satu masalah mendasar dari negeri ini adalah alergi dan takut dengan kritik. Problem ini melanda siapapun termasuk para elit pejabat publik. Mereka mungkin masih memiliki persepsi kritik sebagai bahaya yang akan menjatuhkan. Sehingga ketika ada kritik yang masuk pada diri kita, seakan kita sedang dihakimi dan dijatuhkan, dan mungkin sampai martabatnya.
Begini. Kritik itu positif asalkan tiga syarat ini terpenuhi. Pertama, yang dikritik harus mawas diri bahwa dirinya bukan orang yang sempurna. Selalu ada kesalahan pada dirinya. Baik dia bukan pejabat publik sampai dia seorang Presiden sekalipun. Artinya yang dikritik itu harus punya sikap berprasangka baik atau positive thinking. Bahwa kritikan padanya itu untuk menyadarkan jika harus ada yang dibenahi.
Ucapkan terima kasih kepada yang mengkritik. Bukan sebaliknya, malah marah-marah dan melakukan pembelaan. Karena bisa jadi yang dikritik memang benar-benar secara faktual dirasakan masyarakat kebanyakan. Jadi mawas diri saja dan berfikir positif.
Kedua, bagi yang mengkritik gunakanlah ruang terbuka ini untuk melihat kekurangan atau kesalahan yang substansi. Kritik kebijakan dari pejabat publik bukan menyerang pribadi orangnya. Kritik bisa dengan pendekatan apakah janji-janji kampanyenya ditepati atau tidak. Kebijakan yang dikeluarkan apakah sesuai regulasi dan menguntungkan khalayak. Dan poin-poin substansi lainnya. Sehingga kritik itu didasarkan pada data dan bahkan riset. Artinya berdasar dari sesuatu yang rasional, bukan emosional.
Ketiga, bagi masyarakat atau yang diluar dari pengkritik ataupun yang dikritik. Kalian sekalian harus bersikap objektif, bukan ikut provokatif. Kalian berhak menentukan sikap apakah sepakat atau tidak sepakat dengan sebuah kritikan. Namun tetap jaga keadaban dan tetap rasional.
Nah, dalam melihat adanya gerakan #2019GantiPresiden cobalah dilihat sebagai sebuah otokritik buat pemerintah. Pemerintah atau Pak Jokowi misalkan jangan baper. Toh Anda membuat deklarasi #Jokowi2Periode buktinya aman-aman saja. Artinya terhadap sikap berlebihan dari aparat terhadap adanya penghadangan dan persekusi aksi #2019GantiPresiden Anda harus bertindak Pak Jokowi. Bersikaplah!
Bahkan secara psikologi politik. Adanya penghadangan dan persekusi terhadap gerakan ini. Semua ini akan menjadi boomerang dan merugikan buat Pak Jokowi sendiri. Secara sadar ataupun tidak, ini akan semakin membesar dan meyakinkan masyarakat bahwa siapa sesungguhnya yang otoriter dan siapa yang intoleransi.
Bagi masyarakat umumnya. Jangan terprovokasi. Sebab dilapangan banyak sekali ungkapan bahwa gerakan ini adalah gerakan makar atau melanggar hukum. Lha pertanyaannya, jika ini gerakan makar kenapa dari dulu tidak pernah ada tindakan hukum. Apakah para penegak hukum itu tidak bekerja? Kan tidak.
Bagi saya, sebagai salah satu dari masyarakat negeri ini. Melihat #2019GantiPresiden sebagai sebuah gerakan pakar, bukan makar. Yaitu sebagai sebuah kritik kepada pemerintahan Pak Jokowi. Bahwa menurut para pakar ekonomi misalkan melihat banyak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan ekonomi. Begitupun menurut pakar di bidang-bidang lainnya. Mereka melihat banyak kekurangan dan kesalahan sehingga menyimpulkan, kemudian menghendaki jika 2019 nanti Pak Jokowi bukan presiden lagi. Itu adalah hak mereka. Itu adalah pilihan politik mereka.