Suaramuslim.net – Setiap mukmin tentu mengharapkan agar dirinya dikehendaki Allah mendapat kebaikan. Dalam hadits ada beberapa kriteria yang disebutkan Nabi Muhammad agar setiap muslim mendapat kebaikan dari Allah.
Pertama, faqih (paham) agama. Nabi bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, maka akan dipahamkan ia dalam (masalah) agama.”(HR. Bukhari).
Kriteria pertama –sesuai hadits ini– harusnya paham agama, bukan tahu agama. Beragama berdasarkan ilmu, bukan asal tahu.
Mengapa demikian? Orang yang paham agama, sejatinya tak akan bersenjang dengan amal nyata. Mereka ini biasanya disebut ulama. Ulama sendiri menurut Al Quran mempunyai khasyah (takut plus takzim) tinggi (QS. Fathir [35]: 28) dan pasti akan diangkat derajatnya (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Kedua, menghadapi ujian hidup. Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barangsiapa dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, maka ia akan diuji.” (HR. Bukhari). Orang yang akan mendapat kebaikan dari Allah, saat mendapat ujian banyak dalam kehidupan tidak pernah pernah risau dan berburuk sangka pada-Nya. Ujian itu untuk dihadapi, bukan diratapi.
Selama berada pada rel yang benar, setiap muslim yang dirasakan oleh muslim, maka itu tak lain karena Allah ingin menghendakinya menjadi baik. Dalam sekolah saja ada ujian, apalagi kehidupan? Semakin diuji orang akan berderajat tinggi. Akan diketahui mana loyang mana emas, melalui ujian.
Dalam Al Quran, orang beriman akan diuji dengan rasa takut, lapar, harta berkurang, dan lain sebagainya. Yang akan sukses dalam ujian hanyalah orang-orang yang sabar (QS Al-Baqarah [2]: 155). Allah menciptakan kematian dan kehidupan untuk mengetahui siapa yang terbaik amalnya (QS. Al-Mulk [67]: 2). Jadi, untuk mendapat kebaikan, setiap mukmin perlu bersiap untuk menghadapi ujian. Semakin banyak ujian, semakin banyak kebaikan. Tentu saja, jika mampu bersabar.
Ketiga, memohon taufik Allah agar konsisten beramal saleh hingga ajal menjemput. Nabi bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ ” قَالُوا: يَا رَسْوْلُ اللهِ، مَا اسْتِعْمَالُهُ ؟ قَالَ: ” يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ مَوْتِهِ
“Barangsiapa dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, maka ia akan dipergunakan”. Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa (maksud) pergunaannya?”. Beliau menjawab: “Akan dianugerahi taufiq oleh Allah untuk beramal saleh sebelum kematiannya.” (HR Ahmad)
Nasib orang tiada yang tahu akan berakhir seperti apa. Mati juga misteri ilahi. Maka yang bisa kita lakukan ialah selalu memohon kepadanya agar senantiasa diberi taufik. Taufik untuk senantiasa konsisten beramal hingga ajal tiba.
Dalam hadits ada kisah menarik tentang takdir. Ada orang yang dari kecil berbuat baik hingga besar hingga jarak antara surga dan dirinya hanya satu hasta. Namun, karena sudah ditakdir jelek, kemudian pada akhir hayatnya, ia melakukan kejelekan dan ia pun masuk neraka. Ada pula yang sebaliknya (HR Muslim).
Keempat, beramal sebagaimana generasi terbaik (sahabat, ulama salaf). Suatu saat nabi ditanya oleh seorang Arab Badui, “Apa Islam ada akhirnya?”. Beliau menjawab:
نَعَمْ مْنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً مِنْ عَرَبٍ وَعَجَمٍ أَدْخَلَهُ عَلَيْهِمْ
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, baik orang Arab maupun non-Arab, maka akan dimasukkan dalam golongan mereka” (HR. Ibnu Hibban). Ini sangat beralasan, sebab kata beliau setelah masa terbaik pada akhirnya ada masa fitnah. Orang yang bisa selamat dari fitnah adalah orang yang konsisten beramal sesuai dengan amalan mereka, yang menjadi orang terdepan dalam meneladani Rasulullah shalallahu `alaihi wa salam.
Kelima, berakhlak mulia. Rasulullah shalallahu `alaihi wa salam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْراً يَجْعَلْ خُلُقَهُ حسناً
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, maka akhlaknya akan dibuat mulia” (HR. Al-Qudha`i). Siapa yang tak suka pada orang yang berakhlak mulia? Mereka yang berakhlak mulia bukan saja mendapat kebaikan, tetapi sebagai representasi insan yang beriman sempurna. Sedangkan hal itu, sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shalallahu `alaihi wa salam.
Jadi, jika mau mendapat kebaikan dari Allah, setidaknya kita memantaskan diri dengan memburu 5 kriteria tadi: paham agama, tegar menghadapi ujian, konsisten beramal hingga berakhir ajal, meneladani generasi terbaik, dan berakhlak mulia. Semoga kita bagian dari orang-orang yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan.
Kontributor: Mahmud Budi Setiawan
Editor: Oki Aryono