BANGKOK (Suaramuslim.net) – Sebanyak 65 Muslim Rohingya ditemukan di sebuah kapal karam di lepas pantai Thailand selatan, ujar para pejabat Angkatan Laut pada hari Rabu (12/6) saat menyelidiki apakah mereka telah diperdagangkan.
Perahu itu ditemukan pada Selasa pagi di Taman Nasional Laut Tarutao di Thailand selatan, sekitar 400 kilometer dari perbatasan Myanmar seperti yang dilansir Channel News Asia.
Sekitar 740.000 Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar sejak penumpasan militer yang brutal pada tahun 2017 terhadap minoritas yang tidak memiliki kewarganegaraan di negara mayoritas Buddha itu.
Sebagian besar telah melarikan diri ke kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak di Bangladesh, sementara yang lain menjadi korban perdagangan manusia saat mereka mencari kehidupan yang lebih baik di Malaysia atau Thailand.
Seorang juru bicara Angkatan Laut Thailand mengatakan ada 31 perempuan dan lima anak di antara Rohingya di kapal yang karam itu.
Seorang lelaki Thailand dan lima warga negara Burma juga termasuk dalam kelompok itu. Orang-orang mengatakan bahwa mereka sedang memancing di daerah itu dan tidak memiliki hubungan dengan Rohingya.
“Keenam orang itu “ditahan untuk diinterogasi karena perilaku mencurigakan mereka”, ujar juru bicara Angkatan Laut Thailand, wakil laksamana Khan Deeubol, Rabu (12/6).
Seorang pejabat provinsi mengatakan kelompok itu awalnya diselidiki karena masuk secara ilegal tetapi penyelidikan telah meluas.
“Pihak berwenang tidak mengesampingkan masalah lain seperti perdagangan manusia,” sumber Komando Keamanan Internal (ISOC) di provinsi Satun mengatakan kepada AFP.
Foto-foto dari Angkatan Laut Thailand menunjukkan kelompok itu berada di pantai dan beberapa di antaranya sedang memakan nasi di dekat kapal yang terdampar.
Pihak berwenang Bangladesh telah mencegat beberapa tersangka pelaku perdagangan manusia yang ingin mengangkut para pengungsi dari kamp-kamp kumuh di Cox’s Bazaar, tempat hampir satu juta orang Rohingya tinggal dan hampir semuanya menolak untuk kembali ke Myanmar karena takut akan keselamatan dan hak-hak mereka.
Myanmar mengatakan penumpasan tahun 2017 ditujukan untuk membasmi para pemberontak yang menyerang pos-pos militer. Mereka telah menandatangani perjanjian repatriasi dengan Bangladesh untuk mengembalikan pengungsi Rohingya, tetapi sejauh ini tidak ada yang secara sukarela kembali.
Penyelidik PBB mengatakan kekerasan itu adalah “genosida” dan menyerukan penuntutan para jenderal top.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir