Suaramuslim.net – Sebelum membaca Al Quran secara lahiriah, ada delapan adab yang penting diperhatikan agar bacaan wahyu Allah itu bisa menjadi lebih khusyuk dan khidmad. Syekh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi dalam buku “Mau’idhah al-Mu`minin min Ihya ‘Ulumid-Din” (yang disarikan dari kitab Ihya Ulumuddin Imam Ghazali) menjelaskannya dengan cukup gamblang.
1. Berwudu, menetapi keadaan yang tenang dan penuh kesopanan
Sebenarnya, berdasarkan surah Ali Imran ayat 191, bisa saja –secara hukum—membaca Al Quran dengan tanpa berwudu, dengan tidur berbaring di kasur atau lantai boleh-boleh saja dan mendapat pahala. Hanya saja, secara adab tentu kualitasnya berada di bawahnya.
2. Kadar bacaan sesuai dengan kemampuan pembaca
Para sahabat dan ulama berbeda-beda dalam kadar bacaan Al Quran. Menurut Utsman, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud dan Ubay, mereka mengkhatamkan Al Quran sekali per Jumat.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi menyuruh sahabatnya untuk mengkhatamkan Al Quran maksimal 3 hari. Bisa jadi, intensitas dan kuantitas bacaan harus beriring dengan kontinuitas. Sebab, banyak orang yang dengan modal semangat tinggi, membaca Al Quran dengan jumlah banyak, kemudian futur di tengah jalan. Padahal, amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling istiqomah, meski sedikit.
3. Membaca Al Quran secara tartil
Maksudnya, membaca Al Quran secara tertib, tidak tergesa-gesa dan urut dengan baik. Bacaan demikian sangat disunnahkan mengingat tujuan Al Quran adalah untuk ditadabburi. Bagaimana mungkin bisa direnungi, jika bacaan sangat cepat. Kata Ummu Salamah, cara Rasulullah membaca Al Quran bagaikan bacaan yang ditafsiri sehuruf demi sehuruf.
4. Membaca dengan menangis
Tentu menangis di sini bukanlah tangiasan buaya. Tangisan lahir akibat membaca Al Quran secara tartil disertai penghayatan dan perenungan. Orang yang hatinya bersih dan paham makna Al Quran, tidak mungkin matanya tak berkaca-kaca saat membacanya.
5. Menjaga hak-hak ayat Al Quran
Maksudnya, ketika membaca ayat-ayat sajadah (sujud), maka disunnahka unyuk sujud. Sujud ini dinamakan dengan sujud tilawah. Dalam riwayat lain disebutkan, Rasullah bertasbih ketika membaca ayat yang berkaitan dengan tasbih, bertakbir ketika membaca ayat tentang takbir. Ketika melalui ayat istighfar, beliau beristighfar pula.
6. Membaca ta’awwudz terlebih dahulu
Yaitu mengucapkan: “A’udzu billahi minasy-syaithaanir-Rajiim (aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)”. Menurut Syekh Sya’rawi, ta’awudz semacam alat pemancar bagi TV, jika alat pemancarnya bagus, maka gambar yang dihasilkan juga bagus.
7. Membacanya dengan perlahan
Bacaan Al Quran secara perlahan bisa menjauhkan seseorang dari perbuatan riak. Inilah yang lebih utama bagi orang yang khawatir hatinya terjerumus pada perbuatan tercela itu. Tetapi, jika bisa dipastikan tidak bertujuan riak, maka bacaan dengan keras juga dibolehkan.
8. Memperbagus bacaan serta menertibkannya.
Di dalam hadits disebutkan, “Hiasilah bacaan Al Quran dengan suara-suaramu.” Tentu bukan dengan bacaan yang dibuat-buat, tapi bacaan yang disertai dengan tajwid. Dengannya, maka setiap huruf dari ayat Al Quran akan terpenuhi hak-haknya.
Itulah 8 adab lahiriah dalam membaca Al Quran. Semoga, penulis dan pembaca bisa menjaganya setiap kali hendak membaca Al Quran. Mengapa adab perlu dijaga? Menurut Syekh Jamaluddin –sebagai penutup–, salah satu sebab atau faktor yang membuat Al Quran terjaga dalam hati dan mushaf adalah karena menjaga adab.