Jakarta (Suaramuslim.net) – Komisi X DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pada Selasa 14 Maret 2018, pukul 10.00 WIB di Gedung Nusantara I DPR RI. Dalam kesempatan itu FSGI memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan buruknya kondisi pendidikan di Indonesia.
“Diantaranya, standar sarana dan prasarana pendidikan yang jauh dari memadai, kualitas pendidik yang rendah, dan implementasi pendidikan karakter yang masih lemah,” ujar FSGI sebagaimana dalam keterangan persnya yang diterima Suaramuslim.net pada Selasa (14/3).
FSGI juga menyoroti tingginya kasus kekerasan di dunia pendidikan, baik yang dilakukan peserta didik maupun pendidik, seperti kasus kekerasan di Sampang yang menewaskan guru Ahmad Budi Cahyanto.
“Siswa memukul guru tentulah tindakan yang jelas tidak dibenarkan dan hukum harus ditegakkan. Namun, guru memukul murid, tentu juga tidak dibenarkan dan dapat dipidana”, tambah FSGI.
Pemukulan seorang guru terhadap murid memang menjadi perdebatan. Tidak jarang pemukulan berdiri atas nama disiplin atau demi prinsip pedagogis. Tidak sedikit juga mereka yang tidak setuju pemukulan dilakukan guru apapun alasannya.
Terkait dengan standar sarana dan prasarana pendidikan, FSGI menyampaikan sejumlah data sekolah-sekolah yang mengalami kerusakan sedang dan berat, namun bertahun-tahun tak kunjung diperbaiki, padahal membahayakan keselamatan guru dan siswa serta menjadi penghambat pelaksanaan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah tersebut.
Data sekolah rusak sedang dan berat yang dimiliki FSGI, berasal dari Bekasi dan Bandung (Jawa Barat), DKI Jakarta, Serang (Banten) serta Lombok dan Bima (NTB), diantara adalah sebaagai berikut:
SDN Merdeka di Desa Gudang Kahuripan, Lembang, Kabupaten bandung, Jawa Barat yang tertimpa pohon, SMPN 2 dan SMPN 3 Jonggat, Lombok Tengah, dalam kondisi rusak berat, namun bertahun-tahu tidak juga diperbaiki, di Kabupaten Bekasi ada ribuan ruang kelas SD dan SMP yang rusak ringan sampai berat, ruang kelas yang rusak meliputi 23 wilayah kecamatan dan sejumlah sekolah-sekolah lainnya yang tidak kalah parahnya.
Reoorter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir