Suaramuslim.net – Kata iman (إيمان) diambil dari kata kerja ‘aamana’ (أمن) – ‘yukminu’ (يؤمن) yang berarti ‘percaya’ atau ‘membenarkan’. Keadaan iman seseorang haruslah dijaga karena bisa bertambah atau berkurang. Lalu, apa yang kita dapat setelah kita berhasil menjaga iman?
Orang Muslim harus senantiasa berusaha untuk meningkatkan kadar iman. Iman yang terjaga akan selalu menuntun kita untuk mengakui semua dosa dan kesalahan. Iman yang ada di dalam hati selalu menggelora dengan mengakui malasnya ibadah dan kurangnya rasa syukur. Iman di hati juga selalu mengakui rendahnya cinta surga di hati.
Berbeda dengan orang-orang kafir yang memilih hidup di dunia yang hanya sementara. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam QS. Al A’la ayat 16-17.
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ,وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Artinya: “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”.
Ayat di atas juga menerangkan bahwa kebanyakan manusia lebih mementingkan memburu kesenangan dunia yang sifatnya sementara daripada berbekal untuk akhiratnya, padahal kesenangan akhirat (surga) itulah yang lebih baik dan kehidupan yang kekal.
Orang yang terus meningkatkan kadar iman merupakan salah satu bentuk pengakuan imani seseorang sehingga membuat orang tersebut bertaubat dan memotivasi diri untuk terus memperbaiki diri secara berkesinambungan.
Selain itu, Pengakuan imani ini sumber kelembutan, mencegah ketakaburan, mengefektifkan semua saran dan nasihat yang diberikan orang lain kepada kita sehingga menguatkan pengetahuan iman.
Pengakuan imani yang di upayakan seimbang, objektif dapat menghasilkan optimisme imani, semangat imani, kerja keras imani, bahagia imani, dan mulia imani.
Bahkan, pengakuan imani dapat kita jadikan sebagai wujud kejujuran kepada Allah kepada diri sendiri, yang menunjukkan kita untuk selalu menyempurnakan kepribadian.
Ingat…! Rendahnya pengakuan imani itulah penyebab lemahnya penguatan-penguatan iman.
Sumber: Ust. Muhammad Sholeh Drehem