Surabaya (Suaramuslim.net) – Pernahkah Anda mempunyai pengalaman ketika berada di sebuah ruangan sedang bercengkrama atau berdiskusi, lalu Anda menerima telpon bahwa orang tua Anda sakit? Apa yang Anda rasakan? Tentu merasa cemas dengan kondisi orang tua Anda. Lalu Anda juga akan membayangkan kondisi orang tua saat ini seperti apa? Itulah yang disebut dengan kepekaan. Setelah itu reaksi Anda pastilah akan melakukan langkah-langkah bagaimana menjenguk dan berusaha untuk membantu agar terjadi kesembuhan pada orang tua. Nah, langkah-langkah itu adalah sebuah kepedulian.
Anda juga tentu juga punya pengalaman lain, apakah reaksi Anda juga akan sama kalau pada situasi yang sama seperti di atas, lalu telpon berdering dan Anda mendengar mantan pacar sakit? Tentu reaksi Anda akan berbeda, karena mungkin Anda pernah punya pengalaman yang kurang menyenangkan dengan dia. Bisa jadi Anda akan cuek dan biasa saja, tidak ada kepanikan atau bahkan Anda akan mendoakan yang lain akibat kekecewaan Anda terhadapnya.
Mengapa Bisa Terjadi?
Kepekaan dan kepedulian adalah sebuah akibat dari pengalaman masa lalu yang kita semai maupun yang kita dapatkan. Pengalaman masa lalu yang kita dapatkan akan membangun kesan dan persepsi kita. Bila pengalaman masa lalu kita baik, maka kesan dan persepsi kita juga akan baik, sebaliknya bila pengalaman masa lalu yang kita dapatkan kurang baik, juga akan membangun kesan dan persepsi yang tidak baik pula.
Kesan terbentuk sebagai akibat dari pengalaman yang disimpan di alam bawah sadar kita, dan kemudian kesan akan mendorong kita menggambarkan hal-hal yang baik berdasarkan pengalaman baik yang kita dapatkan. Proses penggambaran itu disebut dengan persepsi. Sehingga pengalaman, kesan dan persepsi adalah sebuah rangkaian yang tak bisa dipisahkan.
Rangkaian kesan, persepsi dan pengalaman akan membangun kedekatan di antara kita, sehingga dengan kedekatan itu pulalah akan ada rasa saling menjaga dan saling memiliki, yang pada akhirnya akan ada kepedulian di antara kita.
Menumbuhkan Kepekaan dan Kepedulian
Hal yang biasa terjadi dalam kehidupan kita, rangkaian aktivitas yang kita semai akan selalu berdampak pada kesan yang akan dibangun orang lain terhadap kita. Kesan orang lain terhadap kita juga akan dipengaruhi oleh pengalaman orang lain yang diperoleh dan yang dialaminya sendiri. Kadangkala kita sudah berniat baik membantu orang, tapi apa yang kita lakukan dianggap ada kepentingan, hal seperti ini bisa saja terjadi, karena orang lain punya pengalaman kalau dia berbuat baik karena ada kepentingan yang ingin didapatkan. Sehingga cara mengukur orang lain didasarkan pada pengalaman pribadinya sendiri.
Salah satu cara yang bisa kita lakukan dalam menumbuhkan kepekaan dan kepedulian adalah konsisten dalam bersikap terhadap hal baik yang kita kerjakan, sehingga kita lebih bisa menikmati pekerjaan dibanding menyibukkan diri dengan kesan orang lain yang belum tentu sesuai dengan apa yang kita lakukan.
Kita bisa memulai dari hal-hal kecil tetapi mampu membangun kedekatan rasa, kedekatan pikir dan kedekatan hati, sehingga kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kita tak akan mau melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain karena kita juga tak ingin dirugikan oleh orang lain.
Dalam pengalaman kita berprofesi, kita bisa merasakan itu. Anda sebagai guru, pernahkah tiba-tiba disalami oleh mantan muridnya, lalu si murid mengatakan bahwa dia adalah mantan murid. Kalau Anda sebagai orang tak punya kesan baik di mata murid, tidak mungkin muridnya mau bersalaman dan peduli datang dan mendekat. Begitu juga kalau Anda seorang aktifis sosial, apa yang Anda lakukan juga akan berdampak pada kesan baik dan persepsi baik terhadap siapapun yang Anda bantu, karena memang Anda membantunya dengan niat yang tulus.
Nah kawan, siapapun Anda kalau berharap mendapatkan kesan baik dari masyarakat, maka lakukanlah sesuatu dengan tulus. Anda sebagai pejabat maka kebijakan yang Anda terapkan adalah kebijakan yang tulus untuk kepentingan orang banyak, bukan hanya kepentingan diri dan kelompok. Sehingga kebijakan Anda bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak orang, bukan hanya kebijakan untuk membangun kesan baik tapi hasilnya terhadap rakyat tak baik.
“Sebaik-baik manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi manusia yang lain”.
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (Terjemah H.R. Muslim).
“Perumpamaan seorang mukmin seperti lebah, apabila ia makan maka ia akan memakan suatu yang baik. Dan jika ia mengeluarkan sesuatu, ia pun akan mengeluarkan sesuatu yang baik. Dan jika ia hinggap pada sebuah dahan untuk menghisap madu ia tidak mematahkannya.” (Terjemah H.R. Al-Baihaqi).
Kawan, kesan baik, persepsi baik, dibangun dari pengalaman yang baik yang pernah kita semai. Tentu kesan baik dan persepsi baik kadang juga tidak bisa didapatkan meski kita sudah melakukan yang terbaik. Karena tidak semua orang mampu membangun pikiran baik dalam dirinya karena pengalaman dan perilakunya yang kurang baik.
Hanya selalu berbuat dan konsisten dalam beraktifitas, itulah yang akan menguatkan kita dari sangkaan yang kurang baik dari orang lain.
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net