Surabaya (Suaramuslim.net) – Jika Islam dilaksanakan dengan benar, yaitu bertuhankan Allah SWT disertai ketaatan menjalankan tuntunan-Nya secara utuh yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW, maka rahmat Allah akan turun bagi umat manusia dan alam semesta.
Islam menyelamatkan dunia dari Kapitalisme Barat dan Timur yang menghisap sumber daya alam dan memelaratkan umat manusia pada umumnya. Sayangnya di masa kini umat Islam belum mampu membawa Islam ke arah itu, menghadirkan kemuliaan-kesejahteraan bagi masyarakat bangsa.
Mengapa?
Dari tinjauan klasifikasi tuntunan Islam yang diajarkan Alquran dan hadis shahih, ajaran Islam yang umumnya diabaikan umat adalah memenuhi perintah Allah untuk memilih pemimpin yang benar, yaitu figur mukmin pejuang Islam dan berilmu luas. Nabi sudah jelas mencontohkan betapa hebat dampak jika negeri dipimpin figur yang kriterianya sesuai syariat Islam.
Kasus Madinah yang plural penduduknya, sesudah dipimpin figur mukmin berkualitas tinggi maka terjadilah efek fenomenal, bahwa Islamlah yang bisa membawa kemuliaan dan kesejahteraan dunia. Bandingkan dengan kondisi saat Rasulullah masih di Mekah, tatkala negeri masih dipimpin orang lain.
Jadi sekali lagi mari dicermati: “Apakah yang kurang mendapat perhatian umat Islam masa kini dalam berislamnya?” Jawabnya sangat jelas: “Ajaran Islam politik banyak diabaikan kaum muslimin. Umat Islam disibukkan dengan ajaran ritual dan amalan sosial, lalu lengah membiarkan dirinya, keluarga, teman-temannya dipimpin pemimpin kafir/munafik/zalim.
Apa inti ajaran Islam politik? Tuntunan Allah SWT tentang kekuasaan-kepemimpinan dan pengelolaan dunia plural, sejauh seperti yang sudah dipraktekkan Nabi Muhammad SAW. Yaitu suatu negeri yang plural penduduknya diproses untuk dipimpin oleh figur mukmin pejuang Islam berkemampuan tinggi dalam keilmuwan yang bersumber wahyu dan sains teknologi. Kemudian pemimpin tersebut mengelola negerinya sesuai syariat Islam terkait kehidupan berbangsa bernegara. Mana mungkin pemimpin negeri yang kafirin/munafik/zalim mau mengelola negeri sesuai syariat Islam?
Untuk bisa berhasil mencapai misi Islam politik tersebut maka umat Islam dimanapun dan kapanpun harus segera memulainya dengan membangun embrio kebersamaan (organisasi/institusi) terkait itu. Sebut saja misalnya membentuk perkumpulan atau LSM bernama “Syarikat Islam Politik (SIP)”. Melalui SIP itulah lalu disosialisasikan ajaran Islam politik agar umat Islam sadar akan isi dan urgensi Islam politik dalam kehidupan berislamnya dan segera melaksanakannya dimanapun dan kapanpun mereka berada.
Dalam upaya mengembangkan institusi itu SIP harus bersikap obyektif mengukur diri. SIP perlu dikelola profesional, punya pengurus berkualitas yang terdiri dari individu-individu mukmin pejuang Islam yang sudah memiliki jaringan umat di belakang untuk diajak ikut serta merealisasikan cita-cita SIP.
Pengurus Syarikat Islam Politik (SIP) harus terus berupaya menguatkan SIP sebagai organisasi perjuangan dengan ukuran-ukuran rasional ilmiah melalui pendalaman sunnatullah tentang pemenangan Islam di arena persaingan masyarakat plural, serta melaksanakan sunnatullah itu secara istiqomah, terencana, sistematis.
SIP perlu menyadari bahwa untuk mencapai cita-cita mulianya perlu dukungan umat Islam yang mencukupi, di samping juga memahami kemungkinan adanya perlawanan yang serius dari musuh-musuh Islam di berbagai kalangan.
Untuk bisa memiliki pemimpin negeri yang berkualitas mukmin dalam praktek sosial-politik di arena yang menggunakan asas demokrasi liberal bebas nilai tentu diperlukan dukungan penduduk dalam jumlah besar. Mereka itu pada umumnya berada di grassroot, berkualitas lemah dalam pendidikan dan ekonomi. Akar rumput umat Islam ini harus disentuh dengan program-program SIP yang efektif untuk menyadarkan mereka.
Grassroot itu jumlahnya masif dan biasanya tidak banyak terakses media masa dan media sosial. Mereka itu hanya bisa disadarkan oleh ‘ulama-kiai-ustadz-guru ngaji pelosok’ di lingkungannya.
Pada sisi lain, Syarikat Islam Politik juga harus mengembangkan program pelatihan eksklusif tentang kepemimpinan di masyarakat plural sesuai ajaran Islam. Pelatihan tersebut harus mendalam materinya, namun waktu pelatihan juga dibatasi, jika perlu cukup sehari namun matang dan tepat sasaran. Tentu saja program pelatihan eksklusif kepemimpinan seperti itu tidak bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, apalagi yang di pelosok.
Program pendekatan hati ke hati dengan pengurus ormas Islam dalam bentuk ‘loby’ juga harus dilakukan Syarikat Islam Politik. Materi ‘Islam politik’ memang bisa terasa terlalu umum/luas untuk menjadi topik lobby, harus lebih disempitkan dalam fokus operasional pada ajakannya. Misalnya pimpinan ormas Islam itu diajak untuk memilih partai Islam, jangan partai sekuler atau pilih figur tertentu sesuai kriteria syariat.
Syarikat Islam Politik juga harus menarget kader-kader umat yang masih muda di berbagai lapangan (akitivis Islam) untuk dimotivasi dalam program pelatihan itu agar meningkatkan kegiatannya menjadi aktifis ‘Islam politik’. Mereka dengan jaringannya digugah agar berkreasi sendiri seluas mungkin, kalau perlu alumni pelatihan ini bisa merebut langsung posisi pimpinan di lingkungan pluralnya. Karena itu untuk program pelatihan eksklusif kepemimpinan ini pesertanya harus dipilih secara cermat, tidak asal orang lalu dilatih. Program pelatihan juga tidak boleh berorientasi profit making atau mencari dana untuk organisasi. Peserta pelatihan harus memenuhi kriteria sedekat mungkin dengan target mencetak aktivis Islam politik tadi.
Dalam mengembangkan program-programnya SIP harus menghitung pula keterbatasan waktu dan ketersediaan personal. Aktifitas-aktivitasnya juga harus diukur secara obyektif pula. Pelatihan eksklusif kepemimpinan itu disiapkan agar berperan seperti MLM terkait Islam politik, yaitu penyadaran bahwa Islam harus memimpin di masyarakat plural. Kondisi makro negeri terkait Islam politik juga harus diperhatikan secara cermat, supaya target program-program SIP tidak terhenti prematur.
Insya Allah kian aktif, kreatif, dan efektf partisipasi masing-masing kita dalam mengembangkan Islam politik secara terorganisir, akan kian besar pula karunia Allah yang akan kita tuai.
Siapkah Anda menjadi aktivis Islam politik yang insya Allah penuh berkah?
Oleh: Fuad Amsyari, Ph.D. (Ketua Umum Syarikat Islam Politik)
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net