Suaramuslim.net – Pemuda merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Merekalah generasi penerus sekaligus generasi pengubah bangsa. Jasanya sangat diperlukan untuk meneruskan perjuangan para pahlawan yang berhasil merebut kemerdekaan.
Sedangkan idenya dinantikan untuk mengubah nasib negeri ini menjadi lebih baik. Tak ayal jika kontribusinya sangat diharapkan mampu menjadi nilai tambah bangsa Indonesia di mata dunia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia membutuhkan pemuda berkelas, yaitu pemuda pengobar api kemaslahatan, bukan pemuda penyulut api kemaksiatan.
Bagaimanakah ciri pemuda berkelas menurut pandangan Islam? Simak pembahasannya berikut ini.
-
Terbiasa Beribadah
Kunci utama pemuda berkelas ialah mereka yang terbiasa beribadah. Kegiatan favorit mereka adalah sholat, tempat favorit mereka adalah masjid, bacaan favorit mereka adalah Al Quran, dan kecanduan mereka adalah bersedekah.
Sahabat Rasulullah, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jagalah anak-anak kalian untuk senantiasa mengerjakan sholat. Biasakanlah mereka untuk berbuat kebaikan, sesungguhnya perbuatan baik itu adalah kebiasaan”. (al-Kabiir lil-Imam ath-Thabrani, 9155)
Dalam kutipan di atas, dapat diambil pelajaran bahwa pembiasaan berbuat baik sejak kanak-kanak akan menancap pada pribadi manusia hingga dirinya menginjak dewasa. Kebiasaan baik tersebut akan menghindarkan kita dari kemaksiatan. Sebab, hati kita memegang iman yang kuat sehingga takut akan murka Allah swt. Tentu saja, pemuda yang memiliki kebiasaan berbuat baik dan gemar beribadah akan menentramkan bangsa Indonesia.
-
Menjadi Pencetus, Bukan Pengikut
Ciri pemuda berkelas yang kedua adalah menjadi seorang pencetus. Pemuda pencetus memiliki sifat kerja keras yang tinggi. Tak hanya itu, semangat berkarya dan pantang menyerah juga ia miliki selama mencetuskan atau mendirikan sesuatu.
Bangsa ini memerlukan inovasi-inovasi segar dari pemuda guna memajukan kualitas SDA maupun SDM-nya, bukan pemuda yang mengikuti tren ataupun teknologi dari bangsa lain. Bukan tidak boleh menjadi pengikut, namun bagaimana nasib bangsa ini jika rakyatnya ketergantungan akan karya orang asing? Sudah sepatutnya kita memanfaatkan masa gemilang ini untuk berkarya.
-
Pemuda Pemberani
“Seorang pemuda bukanlah yang berkata inilah ayahku! Tetapi yang berkata inilah aku!”. (Ali bin Abi Thalib)
Sepupu sekaligus menantu dari Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib merupakan seorang pemuda yang pemberani. Khalifah rasyid yang ke-empat itu sering terlibat peperangan di masa Rasulullah. Di dalam peperangan-peperangan tersebut, beliau seringkali melakukan perang tanding/duel sebelum peperangan sesungguhnya dimulai. Karena keberaniannya, semua musuh Ali bin Abi Thalib berhasil dilumpuhkan.
Dari kisah sahabat Nabi di atas, dapat kita simpulkan bahwa pemuda sesungguhnya ialah pemuda yang berani dalam menegakkan kebenaran di jalan Allah swt. Pemuda yang pemberani akan mengandalkan otaknya dahulu, sebelum ototnya bertindak. Artinya, dalam menghadapi masalah, ia memilih untuk memecahkannya dahulu, sebelum emosinya menguasai diri. Pemuda pemberani juga mencintai diri sendiri sehingga bangga akan jerih payahnya sendiri daripada mengandalkan orang lain.
-
Harus Punya Target
Pemuda yang mempunyai tujuan tanpa menyusun target, bagaikan membangun rumah tanpa pondasi. Target sangat dibutuhkan karena tujuan tidak bisa dicapai secara instan. Seperti halnya ketika kita berhitung dari 0 sampai 9, kita tidak boleh melewatkan angka 5 hanya karena ingin cepat sampai pada angka 9. Hal itu berarti, semua proses pencapaian tujuan harus dilakukan secara bertahap dan berurutan. Tidak boleh ada target yang dilewati ataupun tidak berurutan.
Jadi, untuk menjadi pemuda berkelas membutuhkan strategi cerdik supaya cepat membangun bangsa. Majunya sebuah bangsa diukur dari peran, prestasi, karya, dan kontribusi dari pemuda-pemudinya. Jika pemudanya gemar berkarya, pasti ‘Indonesia jaya’ bukan lagi sebagai slogan, melainkan kenyataan. Mari, bersama kita bersatu untuk membangun bangsa Indonesia di masa gemilang penuh karya.
Kontributor : Anggun Hapsari
Editor: Oki Aryono