Suaramuslim.net – Memiliki anak sholeh dan solehah merupakan dambaan setiap orang tua. Para orang tua akan memilihkan tempat pendidikan terbaik untuk sang buah hati agar kelak dia tumbuh menjadi sosok yang berbudi luhur. Salah satu ciri pribadi yang punya budi pekerti tinggi adalah selalu berkata jujur. Kejujuran akan mengantarkan seseorang mempunyai integritas.
Jujur berarti mengatakan apa adanya dalam setiap kondisi. Dia merupakan sifat yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga membentuk kebiasaan (habit). Dari kebiasaan inilah tercipta karakter. Dengan begitu perilaku berkata jujur harus mulai dibiasakan sedari kecil agar secara alam bawah sadar terbawa hingga dewasa kelak.
Lembaga pendidikan atau sekolah pasti sudah mengenalkan konsep kejujuran pada anak-anak. Namun, itu saja ternyata belum cukup. Justru, pembelajaran tentang kejujuran bukan hanya sebatas materi yang disampaikan secara lisan oleh guru saat di kelas. Anak-anak seharusnya juga dilibatkan langsung untuk mempraktekkan kejujuran.
Model terkecil untuk pembelajaran kejujuran pada anak adalah lingkungan keluarga. Mereka akan sangat mudah meniru apa yang dicontohkan dalam lingkungan keluarganya, terutama orang tua. Kedekatan emosional antara orang tua dan anak menjadi kunci keterbukaan antar keduanya. Sehingga ini akan membiasakan anak menyampaikan segala sesuatu sebagaimana faktanya, meskipun pada akhirnya itu mungkin akan mengecewakan orang tua. Tapi ini jauh lebih baik, daripada anak mencari alasan untuk menutup-nutupi kesalahannya karena takut orang tuanya akan marah dan kecewa padanya.
Begitu halnya dengan orang tua yang tidak harus menyembunyikan sesuatu hanya untuk membuat anaknya bahagia. Seperti ketika anak ingin dibelikan mainan, namun karena tidak memiliki uang, orang tua terkadang akan berbohong kepada anaknya dengan menjanjikan akan membelikan mainan lebih bagus. Secara alam bawah sadar anak akan menangkap bahwa apa yang diucapkan orang tua saat itu tidak sama dengan kenyataan yang diterima anak.
Salah satu sumber di internet menjelaskan bahwa orang tua tidak dianjurkan untuk memarahi atau menghukum anaknya yang berani berkata jujur. Justru, ketika anak berani untuk mengakui kesalahannya, orang tua memberikan apresiasi. Misalnya dengan memberikan senyuman hangat lalu mulai memberikan nasehat kepada sang anak. Sebisa mungkin orang tua berdialog serta memberikan pemahaman bahwa dia tak kan bisa menutupi kebohongan, karena ada sang Maha Mengetahui, dialah Allah swt.
Memberikan motivasi baik juga bisa membiasakan anak berkata jujur. Caranya bisa dengan menyediakan bacaan menarik seputar kisah inspiratif yang mengandung nilai kejujuran. Mengenalkan Asmaul Husna, bahwa Allah itu Maha Mendengar dan Maha Melihat. Sehingga mengetahui apa saja yang disembunyikan oleh manusia. Serta memilihkan tontonan berkualitas kepada anak. Jagalah penglihatan, pendengaran, perasaan dan sentuhan anak. Karena karakter seorang anak terbentuk melalui pemahaman dan pengalaman yang diperolehnya melalui semua panca indera tersebut.
Kontributor: Siti Aisah
Editor: Oki Aryono