Suaramuslim.net – Rasulullah saw. merupakan penunggang kuda yang baik. Kemahirannya mengendalikan binatang berkaki empat ini teruji dalam setiap peperangan. Dalam setiap peperangan kendaraan ini yang selalu dipakai. Kegagahan beliau ketika menunggang kuda tercermin dalam setiap pertempuran. Tidak terluput dalam Perang Ghabah.
Suatu ketika para penduduk Madinah dikejutkan dengan suara gemuruh seperti suara pasukan yang akan menyerang Madinah. Para sahabat bergegas mengambil senjata. Ada yang menunggang kuda. Ada pula yang berlari ke arah suara tersebut. Tua dan muda juga ikut andil. Mereka mengira ada musuh. Setibanya di lokasi, dilihatnya Rasulullah saw. sudah kembali dari arah sumber suara. “Pulanglah kalian, tidak ada apa-apa,” sabda beliau. Beliau mampu mendahului para sahabat dalam berkuda untuk mencari sumber dari gemuruh tersebut.
Kisah ini menjadi tanda keterpandangan beliau berupa kepiawaian beliau dalam berkuda. Saat para sahabat hendak mencari sumber suara, Rasulullah saw. sudah datang dengan memberi kabar keadaan yang ada. Ini juga menjadi isyarat jika kuda beliau adalah kuda yang terawat dengan baik. Tidak mungkin kuda lapar, penyakitan dan lemah bisa berlari kencang. Dan semua ini tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Di waktu yang lain, dua puluh ekor unta merah milik Rasulullah saw. yang digembalakan di daerah Ghabah (sebuah tempat dekat Makkah) diserang oleh Uyainah bin Hishn bersama emapt puluh orang tentara berkuda. Mereka mengambil unta merah milik beliau. Dan perlu diketahui jika unta merah adalah unta kasta atas dalam peruntaan alias unta yang mahal. Ada nilai prestisius bagi pemiliknya.
Mendengar berita itu Rasulullah saw. mengirim Salamah bin Akwa’ (seorang pelari sekaligus pemanah ulung dari kaum Anshar). Tugasnya, membuntuti mereka dan menyibukkan mereka dengan panah-panahnya.
Ia pun berlari dengan cepat mengejar pasukan Uyainah bin Hishn hingga dapat menyusulnya. Apabila pasukan berkuda musuh memasuki jalan yang sempit antara dua bukit, Salamah bin Akwa’ menaiki bukit, lalu melempari mereka dengan batu-batu dari atas bukit. Salamah terus melakukan tugas ini. Apabila pasukan berkuda musuh mengejarnya, ia lari secepatnya sehingga tidak terkejar oleh musuh.
Rasulullah saw. dengan sahabat yang lain melakukan pengejaran. Beliau menunjuk Miqdad bin Aswad sebagai pembawa panji. Ia berangkat diikuti pasukan berkuda. Karena masih ada urusan yang harus diselesaikan oleh Rasulullah saw., beliau berangkat belakangan.
Akhirnya pasukan Miqdad mampu menyusul musuh dan terjadi peperangan hebat. Kaum Muslimin memenangkan dalam peperangan itu. Satu orang sahabat gugur sebagai syahid. Sebagian besar ternak unta dapat direbut kembali dan sisanya tetap bisa dibawa oleh musuh.
Dari dua kisah di atas menunjukkan Rasulullah saw. bukanlah orang yang kelas bawah dalam strata ekonomi. Beliau memiliki keterpandangan dalam ekonomi juga. Kendaraan kuda dan ternak unta merah menjadi bukti nyata.
Kisah-kisah Rasulullah saw. yang menjahit sendiri baju yang robek, sebulan rumahnya tidak berasap dan pagi hari tidak ada makanan kemudian diteruskan puasa adalah bentuk kesedehanaan beliau.
Seorang muslim patut meniru beliau. Menaikkan nilai diri. Yang tidak bisa dilakukan dengan instan. Ada kerja keras dan tentu saja kemauan. Setelah tercapai diimbangkan dengan kesederhanaan.
Kontributor: Muslih Marju*
Editor: Oki Aryono
*Guru di SD Inovatif Aisyiyah Kedungwaru-Tulungagung