Suaramuslim.net – Hijrah itu bergerak menuju kepada keridlaan Ilahi. Meninggalkan apa-apa yang dibenci Allah kepada apa-apa yang dicintai-Nya itulah hijrah, yang bisa juga dengan istilah al firar ila Allah (berlari menuju Allah). Hal itu Allah sebutkan dalam firman-Nya ;
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ
“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS. Adz Dzariyat : 50)
Spirit hijrah tersebut yang mendasari lahirnya penanggalan hijriyah. Seperti yang kita tahu, Tahun Hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).
Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu. Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai zaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi nilainya bagi agama dan umat Islam.
Selain Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Beliaulah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).
So.. Spirit ditetapkan kapan dimulai tahun dalam kalender islam pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabatnya berhijrah, adalah adanya spirit perubahan kepada kebaikan.
Diharapkan hidup itu selalu bernilai hijrah. Hijrah itu tidak boleh berhenti, Hijrah Forever. Karena menuju kebaikan harus terus berjalan seperti nafas yang tidak pernah berhenti kecuali mati. Itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
الُمهَاجِرُمَنْ هَاجَرَ مَا نَهَى الله عَنْهُ
“Orang hijrah adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah subhanahu wa ta’ala.” (Hr. Ahmad (164-241H), Ibn Hibban (w.354 H))
Dan kebaikan itu ada standartnya yaitu melalaui uji kelayakan untuk dikatakan baik. Ujian kelayakan dalam lima hal. Jika seorang beriman berhasil melalui ujian dalam lima hal itu, maka ia layak disebut berhijrah, meski tidak berkoar-koar dengan hijrahnya. Dan meski tidak bergabung dalam komunitas khusus hijrah. Allah berfirman;
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al Baqarah 155-157)
Maka dari ayat tersebut Allah mengungkapkan bahwa hijrah seseorang itu dinilai baik jika mampu menghadapi 5 hal sebagai ujian dirinya. Dan sebelum diuji dengan 5 hal tersebut, ada bantuan dari Allah dengan memahamkan bahwa semua ujian tersebut hanyalah sedikit.
Meyakini ujian itu sangat sedikit dibanding dengan nikmat yang diperoleh seseorang, menjadikannya ringan dalam menghadapi lima soal ujian Allah. Lima soal itu adalah;
1. Rasa takut (khauf)
Takut tidak mendapatkan sesuai harapan, ketakutan ini menghantuinya sehingga jika tidak dihadapi akan membuat susah untuk berhijrah.
Takut jika berhijab akan dipecat, takut jika shalat tepat waktu dikurangi intensifnya. Dan takut lainnya.
2. Kelaparan
Langkanya bahan makanan karena situasi musim paceklik atau karena situasi ekonomi yang kacau sehingga bahan makan susah terbeli oleh masyarakat kecil.
3. Harta yang berkurang
Dolar yang menguat dari rupiah membuat tabungan berkurang nilainya. Atau adanya musibah yang mebuat harta terkuras.
4. Ditinggal wafat orang yang dicintai
5. Penghasilan pertanian, bisnis atau usaha yang sudah mulai colaps
Dan keberhasilan menghadapi lima soal itu kucinya di kesabaran saja. Dan sabar yang minimal adalah pengakuan akan semua mushibah itu datangnya dari Allah. Pengakuan yang dimulai dari ucapan saja, jika dilakukan terus menerus, maka akan mempermudah jiwa menjadi tenang dalam menghadapi lima hal di atas.
Dan jika hal itu dilakukan, maka hijrahnya berhasil dan berkualitas. Sudah tentu akan membuat seorang yang berhijrah mendapatkan;
1. Shalawat (pujian) dari Allah.
2. Rahmat, berupa rizqi yang berkah.
3. Bimbingan langsung dari Allah.
So… berhijrah itu tidak boleh berhenti, tidak boleh merasa sudah selesai berhijrah. Berhijrah itu Forever. Wallohu Alam
*Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya