JAKARTA (Suaramuslim.net) – Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bima Yudhistira Adinegara mengatakan ada perbedaan antara utang yang dilakukan negara Jepang dengan utang Indonesia.
Menurutnya meski rasio utang Jepang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)nya tinggi yakni 200 persen namun tidak dapat disamakan dengan Indonesia yang masih 30 persen.
“Artinya apa utang Jepang itu luar biasa buruknya, tapi 80 persen itu dimiliki oleh bank sentral 50 persen dan sisanya 30 persen itu dimiliki oleh rakyat Jepang, jadi ibu-ibu di Jepang itu ketika anaknya masih kecil beli surat utang pemerintah, ketika dia gak punya duit dia jual itu surat utang pemerintah,” ujar Bima dalam diskusi bersama Pengurus Pusat KAMMI yang bertajuk Evaluasi Empat Tahun Kepemimpinan Jokowi, Senin (15/10) malam di Cikini, Jakarta Pusat.
“Utang boleh, jika berutang terhadap penduduknya sendiri tidak berutang kepada asing seperti Indonesia sekarang”, tambahnya.
Selain itu menurut Bima, utang Indonesia selama ini digunakan tidak pada hal yang produktif. Karena menurut Bima selama ini sebagian besar utang luar negeri Indonesia digunakan untuk membiayai pegawai negeri sipil.
“Utang pemerintah hanya sebagian kecil digunakan untuk belanja modal infrastruktur, sisanya digunakan belanja pegawai dan belanja barang yang rutin itu udah habis sendiri menipis. Sisanya dari mana untuk bangun jalan? Itu BUMN yang dipaksa untuk berutang”, ungkapnya.
“Jadi saya bisa katakan utang Indonesia adalah utang yang tidak produktif”, tandasnya.
Utang Indonesia yang berjumlah 4300 T, empat puluh persennya dipegang oleh investor asing. Sisanya dipegang oleh World Bank. Sebelumnya World Bank juga berencana memberikan utang kepada Indonesia untuk menangani gempa dan tsunami di Sulawesi tengah.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir