Suaramuslim.net – Ada lima tanda kesengsaraan menurut Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziah rahimahullah. Dalam kitabnya yang berjudul “Madāriju al-Sālikīn” (II/249), menukil untaian hikmah menarik dari seorang tabi`in kenamaan, bernama: Fudhail bin Iyādh rahimahullah. Kata-katanya, kurang lebih demikian:
خَمْسٌ مِنْ عَلَامَاتِ الشِّقْوَةِ: الْقَسْوَةُ فِي الْقَلْبِ. وَجُمُودُ الْعَيْنِ. وَقِلَّةُ الْحَيَاءِ. وَالرَّغْبَةُ فِي الدُّنْيَا. وَطُولُ الْأَمَلِ.
“Ada lima tanda kesengsaraan: hati yang keras, air mata membeku, rasa malu berkurang, cinta dunia, dan panjang angan-angan.”
Hati yang Keras
Orang yang berhati keras, akan sangat susah menjalankan kebenaran. Karena itulah, orang-orang Ahlul Kitab, digambarkan oleh Al Quran berhati keras: “….dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” QS Al-Hadid [57]: 16). Mereka susah menjalankan kebenaran karena hati yang keras. Yang pada gilirannya berbuah kefasikan.
Air Mata Membeku
Hati yang keras langsung berdampak pada bekunya air mata. Walau pun mata sehat secara biologis, tidak akan terenyuh dengan kemalangan-kemalangan yang ada di sekelilingnya, tidak akan tersentuh dengan ayat-ayat Al Quran.
Lain halnya dengan orang beriman, karena hati mereka lembut dan bersih, maka akan sangat mudah menangis. Allah subhanahu wa ta`ala menggambarkan mereka dengan baik: “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad)” (QS Al-Ma`idah [5]: 83).
Di sisi lain, bukankah salah satu orang yang akan mendapat naungan pada hari kiamat adalah orang yang menyendiri dalam sunyi mengingat Allah, hingga berlinang air mata? Maka dengan demikian, bekunya air mata adalah tanda-tanda kesengsaraan.
Malu Berkurang
Ternyata, efeknya tidak cukup sampai di situ. Lebih jauh, rasa malu pun berkurang. Maksiat dilakukan secara terang-terangan. STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan) menjadi pedoman. Persepsi tentang malu pun menjadi terbalik. Ketika diajak membela agama, malunya tiada kira. Sebaliknya, saat diajak maksiat, malunya jadi tiada.
Bila sudah demikian, perhatikan betul sabda Nabi Muhammad shalallahu `alaihi wa salam: “Jika kamu tak malu, maka lakukan sesuka (hati)mu.” (HR. Bukhari, Ibnu Majah). Sebagai sindiran sekaligus peringatan bagi orang yang kehilangan malu.
Cinta Dunia
Orang yang sudah terserang virus yang ‘mematikan’ tadi, sudah barang tentu akan mencintai dunia. Lambat laun –tanpa sadar- dirinya digerogoti penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Sudah pasti, yang suka pada dunia secara berlebihan, akan ketakutan menghadapi kematian. Inilah yang ditakuti oleh nabi sepeninggalnya. Beliau takut ketika pintu dunia dibuka seluas-luasnya, membuat orang muslim silau padanya (HR. Ma`mar bin Rasyid).
Panjang Angan-Angan
Lebih tragis lagi, akumulasi virus yang menyerang hati –sebagaimana yang disebutkan tadi-, menyebabkan orang tidak produktif, bahkan hidup dalam awang-awang. Hidup hanya diisi dengan lamunan semu. Berangan-angan panjang. Berpangku tangan. Spirit perjuangan menjadi lesu. Bila sudah demikian, maka sudah sangat sulit diharapkan. Hanya kesengsaraan yang akan menimpa, jika tidak segera berbenah. Bagaimana mungkin akan menanti datangnya hujan emas dari langit?
Lima tanda kesengsaraan tadi bisa diobati dengan satu resep mujarab, yaitu: kesehatan qalbu, hati. Bukankah nabi pernah bersabda, “Ketahuilah, dalam jasad ada segumpal daging. Jika baik, maka semua anggota badan akan baik. Jika jelek, maka semua akan jelek. Yang demikian itu adalah: hati.” (Hr. Bukhari, Muslim). Bersihkanlah hati dari segala pencemaran, maka anda akan terbebas dari kesengsaraan.
Kontributor: Mahmud Budi Setiawan
Editor: Oki Aryono