GAZA (Suaramuslim.net) – Di sebuah pusat medis di Gaza, sejumlah warga Palestina belajar berjalan naik turun tangga menggunakan anggota tubuh hasil duplikasi yang baru. Mereka harus diamputasi setelah terluka karena terkena tembakan pasukan Israel ketika melakukan protes-protes di perbatasan.
Sedikitnya sebanyak 136 orang Palestina terluka dan menjalani amputasi sejak demonstrasi berlangsung pada Maret tahun lalu.
“Hanya satu peluru, satu peluru mengubah hidup saya terbalik,” kata Abdallah Qassem (17 tahun) seorang warga Palestina yang berjuang untuk berdiri tegak dengan kaki tiruannya seperti dilansir Alarabiya pada Selasa (9/4).
Qassem menceritakan peluru mengenai kakinya ketika dia tengah duduk di tanah besama teman-temannya saat berkumpul. Kejadian itu bersamaan dengan keputusan Amerika Serikat yang memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem yang memicu kemarahan warga Palestina.
Pusat Ekstremitas Buatan dan Polio Gaza dijalankan Kota Gaza. Di lantai pertama, teknisi menghasilkan anggota badan dengan bahan dari Komite Palang Merah Internasional.
Sementara di selatan kota Khan Younis, seorang warga Palestina bernama Suhaib Qudeih dan saudara perempuannya Nazeeha juga harus kehilangan kakinya karena terkena tembakan tentara Israel. Qudeih dan Nazeeha menjalani serangkaian operasi untuk memastikan kaki buatannya pas digunakan.
“Sebelum cedera, saya dulu bekerja dengan penghasilan 4 ribu shakel, saya biasa membawa makanan termanis bagi anak-anak saya. Sekarang saya tak bisa memberi apa yang mereka minta,” kata Qudeih yang berusia 33 tahun itu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut sebanyak 6.872 warga Gaza menderita luka tembak dalam demonstrasi yang terus terjadi setahun terakhir.
Sebagian besar kehilangan anggota tubuhnya. Melalui dana dari Uni Eropa, WHO pun membantu warga Palestina dengan membangun unit rekonstruksi ekstremitas atau perbaikan anggota tubuh di rumah sakit Nasser di Gaza Selatan. Diharapkan unit untuk rekonstruksi anggota tubuh itu bisa dibuka pada awal bulan depan.
“Ini berfokus pada pemulihan kehidupan orang-orang, mencegah terjadinya amputasi dan memastikan bahwa mereka dapat bergerak lagi. Jika pusat ini tak didirikan, dan tak memiliki pusat perawatan yang benar untuk mengendalikan tingkat infeksi maka kita akan melihat tingkat amputasi yang terus meingkat, itu akan meroket,” tutur Manajer Trauma WHO, Sara Halimah yang juga mengatakan setiap pasen memerlukan dua tahun perawatan.
Sedikitnya 200 warga Palestina terbunuh oleh pasukan Israel dalam demonstrasi yang terus terjadi di perbatasan selama satu tahun terakhir. Para pengunjuk rasa menuntut diakhirinya blokade keamanan yang diberlakukan di Gaza oleh Israel dan Mesir. Mereka juga menuntut hak kembali ke tanah mereka setelah dipaksa pergi pada 1948.
Sementara seorang tentara Israel terbunuh oleh penembak jitu Palestina pada Juli lalu. PBB menyebut Israel telah menggunakan kekuatan berlebihan. Sementara Israel mengatakan tak punya pilihan selain menggunakan kekuatan mematikan untuk melindungi perbatasan dari militan dan penyusup.
Sumber: Alarabiya
Editor: Muhammad Nashir