Suaramuslim.net – Jika masjid biasanya berbentuk persegi panjang dengan kubah di atasnya, lain halnya dengan Masjid Al Safar. Masjid Al Safar adalah salah satu masjid yang memiliki bentuk unik di Indonesia. Jika dilihat dari atas, desain masjid ini berbentuk mirip ikat kepala Sunda yang merupakan desain Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, bersama firma arsitek Urbane Indonesia. Masjid ini adalah masjid kedua yang dirancang Ridwan Kamil. Selain menjabat sebagai Gubernur, Ridwan Kamil dikenal sebagai arsitek bertangan dingin.
Masjid Al Safar dibangun di rest area tol KM 88 Cipularang, Bandung, Jawa Barat dan diresmikan oleh jasa marga pada tahun 2016. Masjid ini memiliki luas 600 meter persegi dan bisa menampung hingga 1.200 orang jamaah. Masjid Al Safar diklaim sebagai masjid terbesar di rest area yang ada di Indonesia. Di bagian luar masjid terdapat taman dan kolam yang menambah asri suasana. Selain itu terdapat fasilitas seperti toilet dan tempat wudhu.
Ridwan Kamil mengatakan bahwa desain masjid ini terinspirasi dari lipatan origami. Hasilnya berupa lekukan dan ruang berbentuk segitiga. Desainnya berbentuk asimetri. Cat luarnya berwarna abu-abu. Pada bagian dalam, ruangan masjid dicat putih dengan aksen emas. Tidak ada satu pun tiang penyangga di dalamnya. Atap masjid terbuat dari kaca dengan jendela kecil yang memungkinkan sinar matahari bebas menerobos masuk. Kaligrafi dan lampu-lampu yang menghiasi semakin mempercantik bagian dalam masjid. Masjid Al Safar memiliki dua lantai. Lantai satu untuk jemaah laki-laki sedangkan lantai dua untuk jemaah perempuan. Tidak ada tangga menuju lantai dua, melainkan berupa jalan menanjak.
Desain Masjid Al Safar yang berbentuk segitiga menimbulkan kontroversi. Sebuah cuitan di Twitter mengatakan bahwa desain Masjid Al Safar mirip iluminati. Iluminati adalah organisasi konspiratif yang dikaitkan dengan penyembah setan dengan simbol segitiga bermata satu. Namun, Ridwan Kamil membantah tuduhan tersebut. Ridwan Kamil menjelaskan bahwa ia ingin menyumbangkan kemajuan seni dan arsitektur islam dengan mendesain masjid menggunakan geometri yang berbeda.
Pernyataan Ridwan Kamil tersebut mendapat dukungan dari Irra Susiyanti, Corporate Communication Department Head Jasa Marga. Ia menjelaskan bahwa desain tersebut dipilih berdasarkan kesesuaian konsep dengan lokasi Rest Area. Jasa Marga sama sekali tidak bermaksud untuk menggambarkan simbol yang bertentangan dengan nilai-nilai islam. Lebih lanjut, pakar kaligrafi islam, Dr AR Didin Siroduddin Ar, mengatakan bahwa sebuah bangunan dinilai islami karena tujuannya, bukan bentuknya. Bentuk triangular hanyalah pilihan, sama seperti bentuk-bentuk lainnya.
Terlepas dari pro dan kontra yang ada, masjid yang fenomenal ini berhasil masuk menjadi nominasi Abdullatif Al Fozan Award for Masjid Architecture, sebuah lembaga non-profit Arab Saudi. Penghargaan tersebut ditujukan untuk mendorong inovasi desain arsitektur masjid. Tiga masjid rancangan Ridwan Kamil dan tim Urbane Indonesia yang masuk nominasi adalah Masjid Al Safar, Masjid Raya Sumatera Utara dan Masjid Al Irsyad Bandung Barat. Masjid-masjid tersebut bersaing dengan 26 masjid lainnya di dunia, seperti Masjid Minor Uzbekistan, Masjid Sancaklar Turki, Masjid Komunitas Ghana dan Masjid Agung Jawa Tengah.