Suaramuslim.net – Anak-anak yang belum balig (belum sampai umur) dan hamba sahaya, keduanya sah mengerjakan haji dan umrah. Amal keduanya menjadi amal sunat. Apabila anak sudah sampai umur atau hamba sahaya sudah merdeka, maka keduanya wajib haji kembali, sebab syarat sah haji wajib itu hendaklah dikerjakan oleh orang yang balig, berakal dan merdeka.
Sabda Rasulullah:
Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Rasulullah telah bertemu dengan sebuah kendaraan di Rauha’. Sabda beliau. ‘Kaum siapakah kalian?’ Mereka menjawab, ‘Kami kaum muslim.’ Lalu mereka bertanya pula, ‘Siapakah engkau?’ Jawab beliau, ‘Saya Rasulullah.’ Kemudian seorang perempuan mengangkat seorang anak, ditunjukkannya kepada beliau, dan bertanya, ‘Adakah sah haji anak ini?’ Jawab Nabi, ‘Sah, dan engkau mendapat pula pahala.” (Riwayat Ahmad dan Muslim).
“Barang siapa dari anak-anak yang telah haji, sesudah balig hendaklah ia melakukan haji kembali. Dan barang siapa dari hamba sahaya yang telah haji, kemudian sesudah ia dimerdekakan, hendaklah ia pergi haji kembali.” (Riwayat Baihaqi).
Tingkatan Haji
Haji dipandang dari tingkatan syarat-syaratnya mempunyai lima tingkatan:
- Sah semata-mata. Syaratnya: Islam. Maka sah hajinya –walaupun belum mumayiz- dengan pimpinan walinya.
- Sah mengerjakannya sendiri, syaratnya Islam dan
- Sah untuk haji yang dinazarkan. Syaratnya: Islam, balig, berakal.
- Sah menjadi bayaran fardu Islam (kecuali sekali seumur hidup). Syaratnya: Islam, balig, berakal, mereka.
- Syaratnya: Islam, balig, berakal, merdeka, dan kuasa.
Sumber: Fiqh Islam karya Sulaiman Rasjid