Sejarah Pengkhianatan Penduduk Kufah 

Sejarah Pengkhianatan Penduduk Kufah 

Ilustrasi perang. (Foto: bersamadakwah.net)

Suaramuslim.net – Terbunuhnya Husein tidak lepas dari pengkhianatan yang dilakukan penduduk Kufah yang awalnya ingin membaiat Husein, namun menelantarkannya setelah disuap oleh gubernur Kufah, Ubaidullah bin Ziyad. Kedatangan Husein ke Kufah hanyalah untuk merespon surat penduduk Kufah yang siap membaiatnya karena tidak menerima kepemimpinan Yazid bin Mu’awiyah.

Para sahabat sudah memberi nasihat dan mencegah Husein agar tak berangkat ke Kufah. Namun surat dari penduduk Kufah, yang siap membaiat, membuat Husein tak bisa dihalangi. Tragedi Karbala telah mencatat sejarah gelap terbunuh cucu Nabi Muhammad dan keluarganya yang jumlahnya hanya puluhan. Husein dan keluarganya dibunuh oleh pasukan yang berjumlah 4000 orang. Tragedi ini terjadi disebabkan pengkhianatan yang dilakukan oleh penduduk Kufah terhadap janji yang telah mereka ikrarkan.

Ajakan Penduduk Kufah untuk Membaiat Husein

Saat Yazid diangkat menjadi khalifah menggantikan ayahnya, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Husein bin Ali bin Abi Thalib keluar dari Makkah menuju Madinah. Husein tidak menerima kepemimpinan Yazid. Yazid dianggap tidak memenuhi persyaratan untuk diangkat sebagai khalifah karena masih banyak orang yang lebih pantas untuk memimpin. Dan para sahabat masih banyak yang masih hidup, dan mereka lebih layak menjadi khalifah. Tidak berapa lama, setelah kepergiannya ke kota Madinah, orang-orang Kufah mengirim surat kepada Husein agar datang ke Kufah dan siap membaitnya. Jumlah surat itu terkumpul mencapai 500 surat sehingga memberi tempat di hati Husein.

Untuk membuktikan surat dukungan itu, Husein terlebih dahulu mengutus Muslim bin Aqil bin Abdul Muththalib untuk berangkat ke Kufah guna membuktikan kebenaran surat orang-orang Kufah itu. Akhirnya, Muslim pergi hingga sampai ke rumah Hanik bin Urwah di Kufah dan menjadikan sebagai tempat penyatuan gerakan. Sehingga Muslim bisa mengenal dan mengetahui mereka yang siap membaiat Husein. Saat itu gubernur Kufah, Nu’man bin Bashir sengaja membiarkan aksi di rumah Hanik bin Urwah. Hal ini disebabkan berkaitan dengan cucu Nabi. Sikap pembiaran Nu’man ini membuat seseorang yang pro terhadap khalifah (Yazid bin Mu’awiyah) melaporkan sikap Nu’man yang membiarkan aksi itu.

Atas laporan itu, maka Yazid langsung mencopot Nu’man, dan menggantikannya dengan mengangkat Ubaidullah bin Ziyad. Ketika Ubaidullah datang ke Kufah, orang-orang mengira bahwa yang datang adalah Husein. Mereka sangat menghormatinya. Setelah sampai di Kufah, Ubaidullah mengutus seorang pria dari Homs untuk datang ke rumah Hanik bin Urwah dengan memberi uang 3.000 dinar. Pria Homs ini datang dan berpura-pura mendukung gerakan itu seraya memberi uang tadi. Dengan kehadirannya di rumah Hanik ini, maka pria itu bisa dekat dan leluasa mengetahui seluruh gerakan pendukung Husein dan semua kejadian itu dilaporkan ke Ubaidullah.

Dengan informasi itu, maka Ubaidullah menangkap Hanik dan memenjarakannya. Saat di istana Ubaidullah, Hanik melihat seorang lelaki yang telah memberi 3000 dinar beberapa waktu yang lalu. Melihat hal itu, Hanik yakin bahwa dirinya akan dibunuh karena semua informasi tentang gerakan perlawanan terhadap Yazid sudah terekam. Hanik pun pada akhirnya dibunuh karena dianggap telah menjadikan rumahnya sebagai pusat gerakan.

Di Kufah, Muslim bin Aqil berhasil menggerakkan 4.000 orang untuk mengepung istana gubernur Ubaidullah. Sementara di sekeliling Ubaidullah banyak tokoh dari kalangan tua Kufah dan menasihati gubernur agar memberi uang kepada para pendemo, baik secara langsung maupun tak langsung guna menghentikan demonstrasi. Para orang tua dilibatkan untuk mendatangi anak-anak mereka, dan membujuknya untuk pulang dan menghentikan demonstrasi itu.

Cara ini sangat efektif, pasukan yang berjumlah 4000 yang awalnya gigih mengepung istana gubernur Ubaidullah, secara berangsur-angsur pulang dan pergi satu persatu hingga tersisa hanya 30 orang. Pada akhirnya pulang semua, hingga hanya tersisa Muslim bin Aqil seorang diri diri. Dia terlunta-lunta dan tidak ada penduduk Kufah yang menolongnya, hingga dia masuk ke sebuah rumah seorang perempuan. Perempuan itu sangat baik hati dan menjamunya serta memberi tempat untuk singgah di rumahnya. Ternyata perempuan ini memiliki anak laki-laki, dan akhirnya menyampaikan keberadaan Muslim bin Aqil, serta melaporkannya kepada Yazid.

Tak berapa lama, Muslim bin Aqil dijemput 70 pasukan dan dibawa ke Ubaidullah. Setelah Muslim diinterograsi dan pada saat itu dia melihat Umar bin Sa’ad Abi Waqqash berada di sekeliling gubernur. Yakin bahwa dirinya akan dibunuh, maka Muslim ingin menulis surat untuk menceritakan keadaan dirinya dan pengkhianatan penduduk Kufah. Dia meminta kepada Umar bin Sa’ad untuk mengirimkan surat yang ditulisnya untuk disampaikan kepada Husein. Surat itu meminta kepada Husein untuk kembali ke Makkah karena penduduk Kufah tidak bisa dipercaya dan tidak akan berbaiat pada Husein.

Muslim bin Aqil menulis surat dan Umar bin Sa’ad mengirimkan melalui utusannya kepada Husein. Pada tanggal 9 Dzulhijjah 61 H, Muslim bin Aqil dibunuh sementara Husein sudah berangkat dari Makkah ke Kufah pada 8 Dzulhijjah 61 H. Itulah sejarah pengkhianatan yang dilakukan oleh penduduk Kufah yang pada akhirnya Muslim bin Aqil terbunuh. Padahal Muslim Bin Aqil hanyalah utusan Husein untuk membuktikan surat dukungan penduduk Kufah yang siap membaiat Husein sebagai khalifah.

Itulah penghianatan penduduk Kufah yang dikenang kaum muslimin di seluruh dunia, sehingga terbunuh orang-orang yang baik seperti, Muslim bin Aqil dan Hanik bin Urwah. Sifat khianat inilah yang membuat negeri Kufah (Iraq) dikenal sebagai negeri yang selalu ditimpa kekalutan dan selalu membuat kekacauan di muka bumi ini.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment