Suaramuslim.net – Saat ini, sulit menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Karena yang salah bisa jadi benar, dan sebaliknya yang salah, tiba-tiba menjadi benar. Benar dan salah ditentukan oleh uang.
Hal itu di katakan Letnan Jenderal Prabowo Subianto dalam orasinya di panggung Halal bi Halal dan Silaturahim Spirit 212 yang digelar di Ponpes Al-Ishlah, Bondowoso Jawa Timur. Padahal, menurutnya, yang benar itu bukan orang yang punya uang, tapi orang yang berilmu, orang yang beriman, orang yang baik dan jujur. “Namun sekarang kebenaran hanya milik orang yang punya uang, padahal itu orang curian. Itu dicuri dari uang rakyat, uang bangsa kita!” ujarnya tegas.
Uang itu, ia melanjutkan, adalah kekayaan bangsa Indonesia yang terus-menerus dirampok hingga saat ini. “Permasalahan ini sudah saya bahas dalam buku yang saya tulis, ini hitam di atas putih, dan sudah saya diskusikan sejak puluhan tahun lalu dengan Bapak Amien Rais,” katanya. Ia kemudian menjelaskan bahwa kekhawatirannya terkait dengan kondisi bangsa yang menurutnya sudah terbukti, sudah menjadi bahan pembicaraannye kepada Amien Rais. “Saat itu Pak Amien masih gagah dan ganteng, kalo sekarang tinggal gantengnya,” katanya sambal menengok Amien Rais yang juga duduk di panggung tempat ia berorasi.
“Saat ini aset-aset sudah bukan milik kita. Tambang-tambang, pabrik-pabrik, gedung-gedung, bank-bank semuanya bukan milik kita,” tegasnya. Jika ada orang kita, ia menambahkan, itu sengaja diletakkan, sengaja dijadikan komisaris untuk menjadi macan-macan perusahaan itu yang posisinya berhadapan dengan rakyat Indonesia yang lain. “Meskipun komisarisnya orang kita, kekayaannya tetap saja ke luar negeri. Orang kita masih sulit mencari pekerjaan, orang kita masih saja sulit mencari pinjaman uang dari bank,” kata Prabowo.
Rakyat Rindu Elit yang Melindungi
Mengapa demikian? Prabowo mengatakan bahwa elit-elit bangsa Indonesia hapir sudah tidak bisa diharapkan, karena elit bangsa inilah yang membiarkan kekayaan Indonesia diambil oleh bangsa lain. “Kita hanya bisa jadi penonton, bagaimana pelabuhan-pelabuhan kita satu-persatu sudah diambil bangsa lain. Padahal kita tahu bahwa pelabuhan sangat strategis,” katanya. Rakyat, ia mengatakan, rindu dengan elit yang melindungi, yang menjaga kekayaan dan harga diri bangsa.
Menurutnya, ia tidak sedang mengajak untuk membenci bangsa lain, tapi ia mengajak kepada masyarakat agar tidak mudah dipermainkan oleh para elit, ia mengajak kepada masyarakat untuk siap berjuang membela haknya, membela kekayaan yang memang dimiliki bangsa Indonesia.
Aset terakhir yang dimiliki bangsa Indonesia, menurut Prabowo adalah demokrasi. “Dulu, dunia bingung bagaimana rezim militer secara cepat berganti menjadi demokratis,” katanya. Saat itu, lanjutnya, militer bersedia mundur dari politik praktis karena menginginkan yang terbaik untuk rakyat.
Walau demikian, demokrasi kita sedang dalam bahaya. Demokratisasi sedang terancam. “Bisakah kita memperoleh keadilan? Rasanya saat ini sulit,” jawabnya atas pertanyaan yang dibuatnya sendiri.
“Namun kita masih bisa berjuang dalam demokrasi yang ada saat ini. SEmua kembali kepada kita, semua kembali kepada kekompakan kita,” katanya. (wir/smn)