Suaramuslim.net – Melalui laman nuchannel.tv, saya menyimak trailer film “the Santri”. Di situ ada cuplikan dua Muslimah membawa nasi tumpeng ke dalam gereja. Diberikan tumpeng itu kepada sang uskup. Di sinilah polemik bermula. Wakil Gubernur Jawa barat Uu Ruzhanul Ulum turut menyoroti cuplikan trailer tadi. “Kalau toleransi memberi makanan, itu hal biasa. Tapi tak usah santri masuk ke gereja. Itu kan murtad,” tutur Uu seperti pewartaan laman Sindonews.com (17/9/2019). Namun, tak berselang lama Uu minta maaf dan menarik kata “murtad” usai diingatkan para kiai.
Nah, itu tadi bawakan tumpeng ke gereja. Malah tahun 1998, KH Said Aqil Siradj ceramah di depan altar gereja Katholik Algon, Surabaya, di depan sekitar 4000 umat Katholik. Kang Said membawa injil berbahasa Mesir, membuka Yohanes I ayat I. Dalam ceramahnya, Kang Said mengungkapkan bahwa pada intinya musuh umat beragama adalah hawa nafsu. Di buku Kiai Menggugat: Mengadili Pemikiran Kang Said (1999), beliau mengaku, “Saya diundang Romo Kurdo. Di sana saya ceramah. Bukan diceramahin. Ceramah itu saya lakukan sebelum misa. Nah, ketika misa berlangsung, saya keluar”.
Masuk ke dalam gereja, bagaimana hukumnya? Tentu kalau membuka kitab turats dan menelusuri argumen ulama pasti disuguhkan dua fatwa, boleh dan tidak boleh. Tidak boleh kalau melakukan salat di dalamnya. Apalagi memeriahkan ritual keagamaannya. Lalu bagaimana dengan fatwa yang membolehkan? Laman Lirboyo.net menampilkan pendapat Muhammad bin Sulaiman al Madani dari mazhab Syafi’i. Dengan syarat tidak ditemukan mafsadah.
“Umar bin khattab pernah ke gereja…,” kata salah seorang kolega. Oh iya, betul. Itu fakta sejarah. Dalam buku “Kisah hidup umar bin Khattab” karya Mustafa Murrad, di dalam buku terbitan tahun 2009 itu dikisahkan: “Saat waktu Dhuhur tiba, uskup Sophronius membukakan gereja Makam kudus, kiblat, dan tempat tersuci umat Kristen, lalu mempersilakan Umar melaksanakan salat di dalam gereja. Tawaran kehormatan itu disambut baik oleh Umar, tapi ia menolak”.
Kata umar, “Jika saya salat di dalam gereja ini, saya khawatir orang-orang Islam nantinya akan menduduki gereja ini dan menjadikan sebagai masjid.” Khalifah Umar lalu keluar dari gereja, meminta ditunjukkan reruntuhan kuil Sulaiman. Uskup menunjukkan tempat itu, ternyata kotor tertimbun sampah. Umar membersihkan tempat itu, lalu menggariskan sebuah tapak untuk dijadikan tempat salat. Di tempat inilah Umar memerintahkan agar dibangun masjid yang kelak dikenal dengan Masjid Umar.
Lalu bagaimana dengan panglima Penakluk Pasukan Salib? Shalahuddin al Ayyubi dikisahkan usai merebut Yerusalem, ia mengampuni semua warga non Muslim dan tak menghancurkan gereja makam kudus (Holy Sepulchre). Dalam film Kingdom of Heaven, ia berjalan memasuki suatu ruangan peribadatan dan melihat sebuah salib tergeletak di lantai. Shalahuddin pun memungut dan membenahi posisi salib itu.
Umar dan Shalahuddin al Ayyubi tadi membuktikan bahwa mereka tidak berbuat mafsadah dan hal-hal yang menimbulkan prasangka di benak pikiran umat. Lain ceritanya kalau taipan media, Surya Paloh yang masuk ke gereja, ceramah bahkan membawakan nasi tumpeng. Saya menyarankan agar Livi zheng pakai beliau sebagai pemeran utama film The Santri. Wallahua’llam.