SURABAYA (Suaramuslim.net) – Ribuan sivitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengikuti kuliah umum dengan tema Paradigma Baru Wakaf dalam Dinamika Penguatan Masyarakat.
Kegiatan ini merupakan bentuk konkret Unusa untuk mengedukasi pentingnya wakaf bagi sivitas akademika.
Unusa mengandeng Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang tengah gencar meningkatkan literasi wakaf dengan mempromosikan edukasi mengenai kesadaran berwakaf di dunia pendidikan. Khususnya kaum milenial yang ada di perguruan tinggi.
“Saat ini kami memberikan pemahaman tentang wakaf dan kami akan masuk ke dalam lembaga-lembaga pendidikan baik itu perguruan tinggi maupun sekolah menengah. Ini menjadi prioritas utama BWI,” tegas Ketua BWI Pusat, Prof Mohammad Nuh saat memberikan kuliah umum di hadapan ribuan sivitas akademika Unusa di Auditorium Lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Sabtu, (28/9).
Sejak Mei 2018, BWI Pusat sudah aktif masuk ke kampus-kampus di semua provinsi di Indonesia melalui kegiatan “Wakaf Goes to Campus,” untuk membuka literasi mahasiswa tentang pentingnya wakaf. Selain itu, kegiatan ini untuk mengajak generasi milenial memajukan wakaf dan menjadikannya sebagai gaya hidup.
Mohammad Nuh menambahkan wakaf adalah instrumen strategis untuk meningkatkan kesejahteraan, kualitas dakwah, dan menjaga martabat.
la mencontohkan kebun kurma yang diwakafkan Sayyidina Umar dan hasilnya digunakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat miskin dan yang membutuhkan. Ia juga mencontohkan wakaf sumur oleh Sayyidina Utsman yang memberikan manfaat sumber air minum bagi penduduk Madinah.
Mohammad Nuh juga mencontohkan wakaf Habib Bugak Aceh berupa tanah dan rumah singgah bagi jemaah haji Aceh.
Aset itu sekarang dikelola secara produktif dan menjadi beberapa hotel yang keuntungannya disalurkan kepada jemaah haji asal Aceh.
“Kita tahunya kan sedekah dan infak. Karena itu kita ingin para milenial, khususnya mahasiswa di Unusa lebih mengenal wakaf, menjadi pelaku wakaf dan ikut mengkampanyekan wakaf,” ungkap Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) ini.
Mendikbud periode 2009-2014 ini mengatakan di Eropa dan Amerika, wakaf pun dikembangkan untuk membangun dan membiayai perguruan tinggi, seperti Harvard University dan Stanford University.
Namun, mereka menyebutnya endowment. Dengan wakaf itulah Harvard dan Stanford berkembang menjadi perguruan tinggi yang diakui.
Alasan itulah kemudian Muhammad Nuh mengajak generasi milenial untuk turut memajukan wakaf dan menjadikannya sebagai gaya hidup. Wakaf Goes to Campus menyasar generasi milenial mahasiswa karena mereka adalah generasi elite calon pemimpin bangsa.
“Pada 10-15 tahun lagi mereka akan menjadi tokoh-tokoh yang diharapkan sudah memahami wakaf dan berkontribusi untuk memajukan wakaf produktif, baik sebagai yang berwakaf maupun sebagai pengelola wakaf,” pungkas pria yang juga sebagai Ketua Dewan Pers ini.
Sumber: Humas Unusa
Editor: Muhammad Nashir