Suaramuslim.net – Fitrah anak tentu ingin membahagiakan orang tua. Namun tak jarang, cara anak ingin membahagiakan orang tua tak mendapat apresiasi penuh dari orang tua. Orang tua menganggap apa yang dilakukan anak selalu salah. Dan beberapa dari orang tua selalu menganggap dirinya benar dan apa yang di lakukan orang tua sudah yang terbaik untuk anak. Padahal apa yang terbaik menurut orang tua, belum tentu yang terbaik buat anak.
Meskipun kita sudah menjadi orang tua, kita harus tetap terus belajar bagaimana memahami anak, memahami perkembangan buah hati kita. Tak jarang pula, kita sebagai orang tua juga sering mengungkit kebelakang kesalahan-kesalahan anak, menuduh anak berbohong, dan lain sebagainya. Pada dasarnya fitrah seorang anak itu selalu jujur. Jika memang si anak berbohong, telusuri mengapa ia berbohong. Jangan-jangan, buah hati kita sering berbohong karena takut sama ayah bundanya. Kalau buah hati kita berbohong tolong jangan langsung menjudge anak ya, bun. Tanyakan baik-baik apa alasan dia berbohong.
Nah, lalu bagaimana sih agar kita bisa membangun kepercayaan kepada anak? Pertama, keep husnudzon. Kita sebagai orang tua harus yakin kepada anak kita bahwa anak kita mampu bertanggung jawab.
Kedua, mengedepankan teladan. Orang tua harus menjadi cerminan dan contoh yang baik itu lebih bermakna. Daripada kita hanya sering mengomeli. Karena anak lebih mencontoh apa yang ia lihat daripada apa yang ia dengar.
Ketiga, sentuhan fisik. Sentuhan fisik ini lebih dapat direspon oleh otak daripada kata-kata. Peluk lah anak, dekap dia, sentuh tangannya. Karena menurut penelitian detak jatung orang tua itu menenangkan perasaan anak sehingga anak lebih merasa dicintai.
Keempat, katakan cinta. Katakan cinta ini tidak harus selalu bilang ‘I Love You’. Bisa dalam bentuk lain seperti memanggil anak dengan harapan, shalihahnya bunda, kesayangan bunda, dan lain-lain. Resonansi kita kepada anak akan menjadikan mereka kuat. Ketangguhan manusia terbentuk dari rasa aman.
Kelima, menjadi pendengar yang baik. Selain untuk memahami anak lebih baik, mendengar juga berarti cara orang tua menunjukkan kasih sayang, anak akan merasa dihargai dan nyaman, orang tua juga sedang terus belajar menjadi orang tua yang semakin baik.
Bunda, pastikan bunda seutuhnya fokus kepada anak, saat anak sedang bercerita atau anak mengkritisi sesuatu. Jangan sibuk sendiri dengan aktivitas dan tidak memerhatikan anak yang sedang berbicara.
Di samping itu, bunda juga perlu bersikap tenang, ini berguna agar bunda bisa memahami cerita dari sudut pandang anak. Tidak perlu terburu-buru memberikan komentar atau saran, apalagi memotong pembicaraan. Bila sudah begitu, tentu saja si kecil jadi akan merasa nyaman, dan dihargai.
“Inti proses coaching adalah membantu anak mengetahui posisi saat ini, mengetahui tujuan yang ingin diraih oleh anak, dan menjadi partner untuk mencari jalan dari posisi saat ini ke arah tujuan yang diinginkan (oleh anak). Ayah atau bunda disini jangan sekali-kali berkata kepada anak, “kamu kenapa kok pulang terlambat? Jangan bohong sama ayah.”
Ketika anak sudah memberi alasan, ayah bunda tetap tidak percaya “kamu bohong sama ayah”. Tolong jangan ya bunda. Hindari suudzon kepada anak. Anak akan bertanggung jawab penuh kepada dirinya sendiri. Karena itu sudah fitrahnya sebagai anak. Atau ketika nilai matematika anak jelek. Ayah dan bunda jangan terburu-buru marah. Coba tanyakan baik-baik, “nak kepapa nilai matematikanya jelek?.”
Misal anak akan menjawab, “iya itu loh bun bu gurunya kalau jelasin cepet banget. Jadi kakak ndak bisa fokus.” Nah, dalam keadaan seperti ini tanyakan kembali ke anak, “terus kalau kayak gini apa yang mau kakak lakukan?”
Tanpa kita memberi solusi biasanya anak akan memiliki solusi asal kita memberi ia kesempatan, “besok kakak mau bilang ke bu guru biar nggak cepet-cepet lagi kalau jelasin matematikanya.” seperti ini cara kita memberi kepercayaan kepada anak. Jadi jangan sedikit-sedikit dimarahain ya bun dan nuduh yang enggak-enggak” tutur Siti Fauziah, S.Pd, CBHC dalam workshop parenting dengan tema Parents As Coach di Hotel Luminor Jemursari Surabaya (17/11).