JAKARTA (Suaramuslim.net) – Pemain sepakbola muslim yang saat ini merumput di Arsenal, Mesut Oezil menulis curhatan di laman Instagramnya. Melalui tulisannya Oezil, sapaan akrabnya, bersedih dengan kondisi muslim di Uighur. Berikut isi curhatannya:
Wahai Turkistan Timur…
Luka berdarah umat…
Perkumpulan pejuang yang menentang penganiayaan…
Orang-orang beriman yang berjuang sendirian melawan orang-orang yang ingin memurtadkan mereka dari Islam…
Quran dibakar…
Masjid-masjid ditutup…
Madrasah-madrasah dilarang…
Para Ulama dibunuh satu per satu…
Saudara-saudara dijebloskan ke kamp…
Laki-laki Cina menetap bersama keluarga mereka…
Saudari-saudari dipaksa menikahi pria Cina…
Terlepas dari semua itu.
Umat Nabi Muhammad bungkam…
Tidak merasa keberatan atau mengatakan apa pun…
Tidak mendukung sesama muslim…
Tidakkah mereka tahu bahwa menyetujui penganiayaan adalah penganiayaan?
Sebagaimana dikatakan oleh Hadrat Ali:
“Jika Anda tidak dapat mencegah penganiayaan, sebar luaskan kepada publik!”
Sementara hal ini telah menjadi sorotan media dan negara-negara Barat selama berbulan-bulan dan berminggu-minggu, di mana negara-negara muslim dan medianya?…
Tidakkah mereka tahu bahwa menyatakan netral ketika ada penganiayaan adalah perbuatan hina…
Tidakkah mereka tahu bahwa yang akan diingat saudara-saudara kita dari hari-hari susah ini di kemudian hari bukanlah siksaan dari para tiran, melainkan diamnya kita, saudara-saudara muslim mereka…
Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Turkistan Timur…
Tak diragukan lagi, Allah lah sebaik-baik perencana…
Reaksi Pemerintah Tiongkok
Tiongkok menghapus siaran pertandingan Liga Premier Arsenal melawan Manchester City. Hal ini dilakukan setelah Mesut Ozil, salah satu pemain Arsenal, mengkritik kebijakan Tiongkok terkait minoritas Muslim Uighur di XinJiang.
Siaran tersebut seharusnya ditayangkan televisi CCTV. Tapi dalam Twitter Global Times, sebagaimana dikutip Reuters, kekecewaan pemerintah dan penggemar menjadi alasan kenapa pertandingan sepak bola itu batal tayang.
Dari berbagai sumber
Editor: Muhammad Nashir