Suaramuslim.net – Perkembangan teknologi yang pesat membuat umat manusia cenderung kecanduan. Teknologi yang paling digandrungi adalah internet dan smart phone. Hanya dengan dua perangkat ini kamu bisa melakukan banyak hal. Mulai berkomunikasi, mendapatkan berita hingga bekerja sekalipun.
Media sosial juga dinyatakan sebagai bentuk pelarian rasa penat orang tua. Sayangnya cara orang tua dalam bermedsos malah membuat kita geleng-geleng kepala.
Banyak teman anak saya cerita termasuk anak saya juga dan saya lihat seperti apa sih Tik-Tok itu. Di situ ada fenomena yang luar biasa, ada yang kreatif, ada juga salah satu guru yang sedang asyik bermain Tik-Tok, dan ternyata dia sedang mengajarkan materi pembelajaran.
Artinya kita jangan berpikir negatif terlebih dahulu dengan kemajuan teknologi. Tetapi saya paham, banyak di antara orang tua yang tidak terlahir seperti generasi saat ini. Sedangkan anak-anak jaman sekarang sejak lahir sudah melek teknologi atau digital native. Kalau orang tua dulu digital imigran karena kita baru belajar berbagai kemajuan teknologi ya saat ini.
Kita sebagai orang tua saat ini tantangannya luar biasa. Ketika melihat banyak anak muda dan anak kecil-kecil bermain Tik-Tok, menurut saya secara norma-norma itu belum sesuai.
Misalnya, di Tik-Tok itu kita bisa melihat anak yang bergaya ala Korea dengan erotis. Ada juga dengan gaya lidahnya dikeluarkan dan dengan gerakan-gerakan ala orang dewasa dengan konotasi negatif. Ada yang pakaiannya tidak sopan, pilihan-pilihan lagunya sangat tidak pas untuk anak seusianya.
Dan akhirnya saya dan suami penasaran. Saya tanya ke saudara, keponakan seperti apa sih Tik-Tok itu? Kemudian saya browsing, dan ternyata ini ada negatifnya pun ada positifnya.
Artinya dengan mengikuti perkembangan jaman dan kalau kita lihat kebutuhan dasar manusia itu kan ingin dihargai, ingin eksis. Nah, tetapi jangan hanya karena ingin dihargai dan ingin eksis itu kita jadi melanggar norma-norma agama dan aturan-aturan sopan santun yang berlaku.
Salah atau tidak mengikuti tren seperti itu?
Salah atau benar itu relatif. Ketika teknologi digunakan dan diibaratkan pisau, ketika kita memegangnya dengan tepat, yang tajam diposisikan di bawah, kita buat memotong, pasti berguna. Tetapi kalau tidak tepat dalam menggunakannya, yang terjadi adalah tangan kita akan terluka.
Jadi maksudnya teknologi saya analogikan seperti itu. Satu sisi membantu kehidupan kita sebagai manusia, satu sisi juga bisa mengakibatkan luka dan kehancuran. Sehingga semua kembali pada bagaimana kita memilih dan belajar memanfaatkan teknologi itu sesuai dengan kebutuhan yang baik.
Artikel ini dikutip dari siaran Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM pada hari Selasa, 10 Maret 2020 pukul 13.00-14.00 bersama Bunda Asteria Ratnawati Saroinsong – Psikolog Layanan Psikologi Bijaksana, Wakil Ketua Yayasan Advokasi Sadar Autisme, Narasumber di Bidang Psikologi Perkembangan dan Pengembangan Diri.