Suaramuslim.net – Allah berfirman dalam Q.S. Shaad ayat 75-76.
قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِيَدَيَّۖ أَسۡتَكۡبَرۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡعَالِينَ ٧٥ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ ٧٦
“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”
“Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Siapakah sosok Iblis yang sering disebut dalam Al-Qur’an?
Di beberapa riwayat dalam kitab tafsir disebutkan, sebelum manusia tercipta, ada bangsa jin yang mendiami bumi ini, mereka saling berperang dengan menumpahkan darah di antara mereka. Kebencian, dendam dan angkara murka adalah sifat-sifat yang mendasari hubungan di antara mereka.
Namun, di antara bangsa jin tersebut, ada sosok yang agak berbeda dengan lainnya, bernama ‘Azazil. Ia sangat cerdas dan memiliki semangat berbakti pada Allah, ‘Azazil memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, karena prestasinya yang menonjol tersebut maka ia tergolong atau dikelompokkan di kawanan malaikat.
Bersama-sama malaikatlah, ‘Azazil mengadakan “pembersihan” pada teman-temannya dari bangsa jin, sehingga bumi menjadi sepi dari “kekhalifahan” (pengelolaan). Di saat seperti ini, Allah berkehendak menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, kabar tersebut sangat membuat ‘Azazil gelisah dan stress. Sehingga ketika Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah 30:
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada (sekawanan) malaikat, ’Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah (pengelola) di bumi’. Mereka (kawanan) tersebut berkata, ’Mengapa Engkau hendak menjadikan makhluk yang berbuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dan mensucikan Engkau. Tuhan menjawab, ’Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang kalian tidak mengetahui.”
Dalam firman Allah di atas menunjukkan adanya “penolakan” dan “sok tahunya” kawanan malaikat terhadap kehadiran pengelola bumi yang baru, dengan alasan kekhawatiran terjadinya kerusakan seperti generasi-generasi yang lalu (bangsa jin).
Bisa jadi karena malaikat memiliki sifat ketaatan yang stabil,”penolakan” dan “sok tahunya” tersebut adalah ocehan ‘Azazil yang sejak awal berambisi untuk menjadi pengelola bumi dan seolah itu suara kebanyakan malaikat.
Perkiraan tafsir tersebut semakin nampak jelas jika dilihat ayat selanjutnya dari Al Baqarah yaitu ayat ke-34, saat ‘Azazil membangkang perintah Allah untuk bersujud (memberi penghormatan) kepada Adam (khalifah yang baru). Ia tersinggung dan mengabaikan perintah Allah dengan congkak.
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Di ayat itu nampak posisi si ‘Azazil semakin jelas karena sudah dikecualikan dari kawanan malaikat sebab penolakan dan sok tahunya itu. Kawanan malaikat tunduk dan patuh kepada perintah Allah untuk sujud hormat kepada khalifah yang baru.
Si ‘Azazil bahkan semakin berani mendebat Allah, dan ketika ditanyakan kepadanya (surat Shaad 75) kenapa tidak mau sujud, ia menjawab dengan congkaknya tapi kelihatan dungunya dengan jawaban sombong (Shaad 76).
“(Aku tidak pantas bersujud padanya) karena aku lebih baik darinya, aku Kamu ciptakan dari api, dan Engkau menciptakannya dari tanah.”
Karena pembangkangannya. Allah mengusirnya dari surga (Q.S. Shaad: 77). Sehingga yang tinggal di surga hanya Adam, Hawa dan malaikat. Sejak itulah ‘Azazil semakin menjadi-jadi menaruh kebencian (dendam) terhadap Adam, dan ia semakin sombong sampai akhirnya kafir (Q.S. Shaad: 74).
Perubahan perilaku kepribadiannya ini menyebabkan ia dipanggil dengan nama Iblis, yang berarti “putus” artinya ia telah putus dari segala amal baik.
So… Dari uraian di atas nampak sekali bahwa di antara sebab terusirnya Iblis itu adalah sifat sombong yang tidak pantas baginya sombong. Berbeda dengan Allah yang Mahasegalanya dan memiliki segalanya, pantas bagi-Nya sombong.
Adapun Iblis sombong dan congkak itu adalah sebuah kedunguan kalau melihat dari alasan ia tidak mau sujud.
Kenapa Iblis dungu?
Karena tidak benar bahwa api lebih baik daripada tanah. Mari kita lihat uraian fakta ilmiahnya.
- Api sifatnya membakar dan memusnahkan berbeda dengan tanah yang sifatnya mengembangkan dan menjadi sumber rezeki.
- Manusia dan hewan lainnya (makhluk hidup) bisa hidup meski tanpa api, namun akan mati atau musnah kalau tidak ada tanah.
- Tanah semakin digali semakin banyak manfaatnya, berbeda dengan api semakin membesar semakin berbahaya bagi makhluk hidup lainnya.
- Tanah itu selalu dibutuhkan manusia sekalipun manusia tidak butuh kepadanya, tapi api, hanya ada kalau dibutuhkan saja.
- Allah banyak menyebut tanah di dalam firman-Nya sedangkan Api tidak, kalau pun disebut umumnya dalam konteks menakutkan.
- Api dapat dipadamkan oleh tanah, sedangkan tanah jika dibakar api justru semakin kuat.
Itulah kenapa pesawat ruang angkasa logam pesawatnya dilapisi keramik agar ketika memasuki atmosfir bumi ia bertahan dari api yang membakarnya.
So… Dari uraian di atas kesombongan Iblis kelihatan dungunya ya. Tidak hebat namun merasa hebat, tidak berilmu namun merasa pintar, lemah namun merasa kuat.
Karena itu manusia yang berposisi sebagai makhluk yang punya banyak kelemahan dilarang keras oleh Nabi Muhammad untuk bersikap sombong. Kalau hal itu dilakukan oleh manusia maka nampak pula kedunguannya dan ia tidak pantas masuk surga-Nya.
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Nabi menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (Hadis riwayat Muslim).
Sombong itu sederhana saja yaitu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. padahal manusia atau siapapun tidak pantas melakukan itu karena pada dasarnya kita semua mkhluk yang lemah di sisi Allah.
Tidaklah pantas manusia menolak perintah Allah dan menganggap diri paling baik yang lainnya lemah terlebih jika memang lemah namun menganggap hebat. Hal ini tidak dipahami oleh iblis, sehingga kelihatan dungunya. Kelihatan seperti tong kosong yang nyaring bunyinya!
Anak buah Iblis di era milenial ini banyak. Seperti yang pernah viral di medsos, berkoar-koar menantang aparat, menantang umat bahkan menantang Tuhan, namun setelah ketangkap aparat menjadi loyo. Pamer sok kaya tapi akhirnya ketahuan nipunya (flexing). Sok paling suci ternyata pembohong. Sok jago seperti abang jago namun ketika ketangkap merengek menangis seperti anak kecil.
Kesombongan itu memang pribadi iblis sejak lama dan harus menjadi pelajaran bagi kita semua.
Kiat agar tidak sombong dan dungu seperti Iblis
a. Bersikap tawadhu’ maka Allah akan mengangkat derajatmu
Nabi bersabda, “Siapa yang tawadhu’ karena Allah, maka Allah akan mengangkat (derajatnya) (di dunia dan akhirat), dan siapa yang sombong maka Allah akan merendahkannya.” (Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu Mandah dan imam Abu Nu’aim dari sahabat Aus bin Khauli).
Perhatikan ungkapan dan nasihat ulama yang begitu menyentuh hati terkait kerendahan hati kepada sesama.
Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
Imam Asy-Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliaannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304).
Maa syaa Allah, inilah sifat kepribadian yang akan dicintai banyak makhluk.
b. Selalu bersyukur dengan apa yang ada
c. Sering berkumpul dan silaturrahim dengan siapapun, terlebih dengan yang kedudukannya secara sosial lebih rendah
Misalnya atasan kepada bawahan, ini akan mengikis kesombongan diri. Wallahu A’lam.