Suaramuslim.net – Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam surah Yunus ayat 58:
ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِّﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥَ
“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Betapa banyak tafsiran ulama tentang karunia dan rahmat Allah yang karenanya kita bergembira, di antaranya adalah Al-Qur’an, kehadiran Nabi Muhammad serta karunia lainnya yang sangat spesial seperti Ramadhan.
Ramadhan ini karunia yang luar biasa, bahkan tidak hanya terasa bagi umat Islam saja, bahkan di masa pandemi ini justru umat non-islam pun sangat merasakannya bahkan luar biasa efeknya bagi mereka.
Bagi umat Islam Ramadhan adalah karunia yang luar biasa, ia adalah bulan maghfirah yaitu bulan yang penuh ampunan Allah.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.” (Al-Bukhari dan Muslim).
Ramadhan adalah bulan penuh rahmat yang semua amalan shaleh di dalamnya dilipatkan terserah kepada Allah. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
“Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Lalu Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang memberi ganjarannya. Orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku semata.”
Bandingkan dengan hadis di bawah ini;
“Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus dengan shalat, puasa, sedekah, amar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).” (Al-Bukhari dan Muslim).
Coba kalau kita melakukan shalat, puasa, sedekah dan lainnya itu di Ramadhan yang pahalanya terserah Allah, yang pasti akan sangat tidak terbayang besarnya. Sungguh fitnah atau ujian hidup di Ramadhan tidak berarti apa-apa kan? Bagaikan butiran debu di tengah pasir pantai.
Ramadhan adalah diturunkan Al-Qur’an, yang dengannya hidup manusia jauh lebih baik.
So… Tidak salah kan kalau kita sebut Ramadhan bulan penuh karunia rahmat? Kalau begitu perintah bergembira dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, bagaikan perintah bergembira dengan bulan Ramadhan!
Para ulama salaf benar-benar bergembira dengan datangnya Ramadhan, mereka merindu banget dengannya. Bahkan kerinduannya selalu mendayu sejak beberapa bulan yang lalu.
Ibnu Rojab Al-Hambali dalam Lathaiful Ma’arif berkata:
ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ : ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻧَﺎﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ
“Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shaleh di Ramadhan yang lalu) mereka.“
Semuanya bergembira sekalipun para jiwa yang berdosa.
Ibnu Rojab Al-Hambali menjelaskan: “Bagaimana tidak gembira? Seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Bagaimana tidak gembira bagi pelaku dosa dengan tertutupnya pintu-pintu neraka.”
“Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan).”
Bagaimana bentuk kegembiraan kita?
Sudah tentu dengan mempersiapkan kedatangan dengan penuh semangat. Seperti persiapan seseorang ketika datang tamu agung yang membawa banyak oleh-oleh. Sudah tentu tidak mungkin dengan persiapan yang setengah-setengah.
Apa saja yang harus dipersiapkan?
Persiapan lahiriah
Baik dengan memperindah tempat tinggal kita, menimbun makanan untuk kebutuhan Ramadhan, juga persiapkan ilmu tentang fikih Ramadhan.
Seyogyanya, beli bahan makanan, dan pakaian untuk Idulfitri sebelum Ramadhan, agar bisa fokus ibadah di bulan yang suci ini.
Persiapan batiniah
Dengan dimulainya gerakan anti maksiat dan gerakan perbanyak amal shaleh. Itu semua dilakukan agar di bulan Ramadhan kita tinggal panen aja. Artinya tinggal menikmati imsak diri dari kemaksiatan dan menikmati amal shaleh.
Banyak berdoa agar kita diberi kesempatan oleh Allah untuk menikmati Ramadhan
Ada sebuah doa terkait Ramadhan yang sangat populer di kalangan salafus shaleh tapi di kita agak kurang populer. Doa ini diriwayatkan dari Sahabat Ubadah bin Ash Shomit beliau berkata;
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هؤلاء الكلمات إذا جاء رمضان: اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي لرمضان، وسلم رمضان لي، وتسلمه مني مُتَقَبَّلاً
“Dulu Nabi mengajarkan kepada kami, sebuah untaian kalimat doa ketika datang Ramadhan; Allohumma sallimni li Ramadhan wa sallim Ramadhan lii wa tasallamhu minni mutaqobbala. Ya Allah selamatkan aku untuk Ramadhan dan selamatkan Ramadhan untukku, serta terimalah dariku semua amalan Ramadhan.” (At-Thabrani, dan Ad-Dailami).
Maksud “selamatkan aku untuk Ramadhan“ adalah selamatkan diri ini agar panjang umur, sehat badan dan bersama keluarga untuk bisa menikmati rahmat-Mu di bulan Ramadhan.
Maksud “selamatkan Ramadhan untukku” adalah selamatkan rahmat, maghfirah Ramadhan untukku ya Allah.
Ya Allah, selamatkan kami untuk dapat menikmati Ramadhan dan selamatkan Ramadhan untuk dapat kami peluk ampunan dan kasih sayang-Mu di dalamnya dan terimalah ia sebagai amal shaleh untuk kami. Aamiin ya mujiibas saailin. Wallahu a’lam.