Suaramuslim.net – Islam merupakan satu-satunya agama tauhid yang akan membawa pengikutnya ke jalan keselamatan. Oleh karenanya, para nabi dan rasul, ketika hidup mengingatkan kepada kaumnya untuk meniti jalan di atas jalan yang dibawanya, dan ketika ajal menjemputnya masih berwasiat kepada keturunannya untuk berpegang teguh padanya.
Nabi Ya’kub merupakan representasi utusan Allah yang mewasiatkan kepada anak-anaknya untuk berpegang teguh pada agama tauhid. Berpegang pada tauhid sebagai jalan keselamatan dan menghindarkan diri dari permusuhan kepada Allah.
Tidak sedikit manusia yang memilih jalan syirik sehingga jalan hidupnya memusuhi jalan-jalan Allah yang ditunjukkan oleh nabi dan rasul.
Tauhid sebagai jalan keselamatan
Bertauhid merupakan satu-satunya jalan keselamatan. Dikatakan jalan keselamatan karena harus melewati jalan terjal dan mendaki. Dikatakan terjal karena hampir menggelincirkan dan menjerumuskan ke dalam kebinasaan. Dikatakan mendaki karena perjalanan panjang penuh liku-liku yang bisa menyesatkan jalan. Namun dalam terjal dan mendaki itu berujung pada surga yang penuh dengan kenikmatan kekal di dalamnya.
Para nabi dan rasul menghadapi kaum yang memusuhinya. Kaumnya berupaya menggelincirkan dan menjerumuskan agar mengikuti jalan-jalan yang telah dilalui para nenek moyangnya.
Ajakan untuk mengikuti jalan nenek moyang dengan meninggalkan ajaran tauhid, namun para nabi tetap sabar dan gigih mewasiatkan untuk berpegang teguh di atas jalannya. Hal ini dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:
قُوْلُوْۤا اٰمَنَّا بِا للّٰهِ وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلٰۤى اِبْرٰهٖمَ وَاِ سْمٰعِيْلَ وَاِ سْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَ الْاَ سْبَا طِ وَمَاۤ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَاۤ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْ ۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
“Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami berserah diri kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 136).
Nabi Ibrahim merupakan figur sekaligus bapak tauhid, dan berbeda dengan pengikut agama lain yang mempersekutukan Allah. Oleh karenanya, Nabi Ya’kub menyandarkan dirinya untuk beragama tauhid kepadanya, dan akhir hayatnya mewasiatkan untuk memegang teguh agama tauhid ini. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَآءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُ ۙ اِذْ قَا لَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْ ۗ قَا لُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِ لٰهَ اٰبَآئِكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِ سْمٰعِيْلَ وَاِ سْحٰقَ اِلٰهًا وَّا حِدًا ۚ وَّنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
“Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 133).
Begitu yakin tauhid sebagai jalan keselamatan, maka mereka begitu khawatir keturunannya terpeleset meniti jalan lain yang akan menjerumuskannya. Oleh karenanya, Nabi Ya’kub berwasiat kepada anak-anaknya, saat jelang ajalnya, untuk tetap teguh di atas jalan tauhid.
Bagaimana mungkin dengan orang tua generasi saat ini ketika menyerahkan sepenuhnya atau membebaskan kepada anak-anaknya dalam berkeyakinan. Tidak sedikit generasi saat ini yang berbelok atau menyimpang dari agama orang tuanya.
Musyrik sebagai musuh Allah
Allah memberi kabar gembira kepada para pengikut tauhid, dan berwasiat kepada para rasul-Nya untuk bertauhid di satu sisi. Namun di sisi lain, mengumumkan perang terhadap orang-orang yang menolak agama tauhid.
Bagi manusia yang berakal sehat, melakukan kemusyrikan merupakan tanda hilangnya akal sehatnya. Betapa tidak, Allah yang memberi karunia, menjaga dirinya, serta menjamin hidupnya namun manusia jenis ini justru berpaling dengan menyembah kepada selain Allah.
Oleh karenanya, pantas apabila Allah memerangi manusia yang tidak tahu diri. Diperintah patuh terhadap hukum dan syariat yang mulia, justru berpaling dengan memilih jalan hidup yang bertentangan dengan perintah Allah.
Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul juga tidak lepas dari perlawanan kaumnya yang menolak ajaran yang dibawanya. Orang-orang musyrik Quraisy menempuh jalan untuk memerangi nabinya ketika diingatkan untuk menyembah hanya kepada Allah.
Nabi telah menyampaikan kepada kaumnya untuk memilih petunjuk sebagai jalan terbaik. Nabi pun tidak lupa memberi jaminan surga. Nabi pun mengancam akan menjadi musuh Allah ketika menempuh jalan lain. Bahkan Allah tidak akan memberi pertolongan ketika berbelok arah dari jalan-Nya. Hal ini dijelaskan Allah sebagaimana firman-Nya:
فَاِ نْ اٰمَنُوْا بِمِثْلِ مَاۤ اٰمَنْتُمْ بِهٖ فَقَدِ اهْتَدَوْا ۚ وَاِ نْ تَوَلَّوْا فَاِ نَّمَا هُمْ فِيْ شِقَا قٍ ۚ فَسَيَكْفِيْکَهُمُ اللّٰهُ ۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Maka jika mereka telah beriman sebagaimana yang kamu imani, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk. Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu) maka Allah mencukupkan engkau (Muhammad) terhadap mereka (dengan pertolongan-Nya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 137).
Kalau Allah sudah mengumumkan perang kepada hamba-Nya yang menyelisihi jalan para rasul, maka tidak ada jalan lain yang bisa menyelamatkan dirinya dari ancaman neraka.
Ketika mereka menolak jalan yang lurus dan termulia (surga), maka Allah membiarkan mereka menganggap jalan yang ditempuhnya sebagai cara terbaik dan indah. Namun Allah justru membiarkan dirinya terseret masuk ke dalam jurang kesedihan selama-lamanya dengan kesengsaraan yang tak akan terputus (neraka).
Surabaya, 2 Maret 2023