SURABAYA (Suaramuslim.net) – Dalam upaya pengendalian inflasi, Bank Indonesia bersama Pemerintah Pusat dan Daerah menyelenggarakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) wilayah Jawa Tahun 2024.
Fokus pengendalian dilakukan secara digitalisasi, dengan adanya program unggulan pengendalian inflasi daerah dalam bentuk aplikasi Sistem Pemantauan Pasokan dan Harga Pangan untuk Jawa yang Terkendali (SENOPATI) dan dashboard Sistem Pengelolaan Transaksi Keuangan Badan Usaha Milik Petani/Daerah (BUMP/BUMD) dengan nama SEMAR.
Aplikasi SENOPATI difungsikan untuk membangun konektivitas data dan informasi guna memantau produksi dan harga pangan secara real-time.
Sementara aplikasi SEMAR untuk mengoptimalkan manajemen keuangan petani dan efektivitas rantai pasok komoditas pangan.
Kedua aplikasi ini diharapkan dapat memperkuat manajemen usaha tani BUMD dan BUMP, optimalisasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) serta hilirisasi pangan.
Program unggulan ini dicanangkan dalam GNPIP wilayah Jawa dengan tema “Memperkuat Sinergi Pengendalian Inflasi guna Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas” pada Rabu (14/08/2024) di Semarang.
Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Doni P. Joewono, yang diwakili oleh Kepala Departemen Regional Bank Indonesia, Arief Hartawan, menyatakan bahwa wilayah Jawa memegang peran strategis sebagai sentra produksi pangan nasional seperti beras, cabai, dan bawang merah.
“Meskipun inflasi tahunan Jawa pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,10% (yoy), masih di bawah inflasi nasional sebesar 2,13% (yoy), tantangan penurunan luas lahan dan anomali cuaca di Jawa perlu terus diperhatikan. Berdasarkan data BPS, luas lahan pertanian di Indonesia menurun sekitar 238 ribu hektar, dengan 60% penurunan terjadi di Jawa,” jelas Doni.
Pemanfaatan data terintegrasi melalui aplikasi SENOPATI dan SEMAR diharapkan dapat memetakan lahan potensial dan mendukung strategi penguatan hilirisasi serta keseimbangan pasokan pangan.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan, mengapresiasi langkah sinergi dan kolaborasi TPID Wilayah Jawa dalam penanganan inflasi pangan.
“Tentunya, ketersediaan pasokan antarwaktu dan antarwilayah masih menjadi tantangan utama dalam stabilisasi harga pangan. Beberapa langkah quick win seperti program IP 300 untuk padi, Proliga Cabai untuk aneka cabai, dan True Shallot Seed (TTS) untuk bawang merah diyakini dapat membantu mengatasi dampak anomali cuaca pada ketersediaan pasokan,” ungkap Ferry
Sementara itu, Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno, yang mewakili Pj. Gubernur Jawa Tengah, menyatakan bahwa GNPIP merupakan bentuk komitmen TPID di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa untuk mengendalikan inflasi daerah.
“Di Rakor TPIP-TPID wilayah Jawa yang digelar hari ini, disepakati tiga langkah strategis: peningkatan produktivitas pangan melalui inovasi teknologi budi daya, penguatan produksi di tengah alih fungsi lahan, dan penguatan ekosistem pangan yang terintegrasi,” kata Sumarno.
Dalam GNPIP wilayah Jawa, juga diselenggarakan berbagai program seperti fasilitasi bantuan sarana prasarana kepada 28 gapoktan dan pelaku usaha di Jawa serta dukungan pembiayaan.
Sebanyak 13 KAD baru intra Jawa berhasil disepakati melalui peningkatan peran BUMD dan BUMP, dengan harapan BUMP/BUMD dapat mendorong nilai tambah komoditas pangan melalui program hilirisasi.
Selama semester I 2024, jumlah kios TPID di Jawa juga diperluas dari 147 menjadi 924 kios, untuk memperkuat distribusi dan stabilitas harga pangan.