Suaramuslim.net – Allah berfirman dalam Surat An Nisa ayat 36:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisa: 36).
Perhatikan pada kalimat wal jaari dzil qurba wal jaaril junubi, bisa diartikan pula dengan tetangga dekat karena kekerabatan atau dekat karena posisi rumahnya dan tetangga jauh karena tidak memliki hubungan kekerabatan atau memiliki hubungan namun jauh atau posisi rumahnya yang memang jauh.
Sehingga dari ayat di atas dapat dipahami;
Macam-macam tetangga
- Tetangga muslim yang memiliki hubungan kerabat, maka ia memiliki tiga hak, yaitu: hak tetangga, hak kekerabatan, dan hak sesama muslim.
- Tetangga muslim yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, maka ia memiliki dua hak, yaitu: hak tetangga dan hak sesama muslim.
- Tetangga non-muslim, maka ia hanya memiliki satu hak, yaitu hak tetangga. (Lihat: Tabshiroh Al-An-am bi Al-Huquq fi Al-Islam karya: Abu Islam hal: 145).
Keutamaan tetangga, sehingga hampir disamakan sikap kita kepada mereka sebagaimana sikap kepada orang tua kita, yaitu ihsan.
Adapun bentuk ihsan kepada tetangga apapun jenis tetangganya baik tetangga jauh maupun tetangga dekat (baik dekat karena kerabat atau karena posisinya memang dekat) sebagai berikut;
- Memuliakan dan berbuat baik
Siapapun dia kalau menjadi tetangga kita maka sepantasnyalah kita selalu berbuat ihsan dengan menghormatinya dan memberikan kebaikan kepadanya.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berbuat baik kepada tetangganya.” (Muslim no. 47).
Misal, kalau kita lagi memasak makanan maka berbagi dengan tetangga. Atau kalau mereka memiliki hajat atau ada duka semestinya kita bantu dan takziyah.
Dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash bahwa ia menyembelih seekor kambing kemudian bertanya (kepada keluarganya). “Sudahkah kalian berikan sebagian kambing tersebut kepada tetangga kita yang Yahudi? Beliau bertanya sampai tiga kali. Kemudian berkata, “Aku telah mendengar Nabi bersabda. “Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk berbuat baik) terhadap tetangga, hingga aku yakin ia akan memberikan harta warisan kepadanya.” (Ahmad dan Abu Dawud).
- Menutup aib mereka dengan tidak menggosipnya antar tetangga lainnya
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللَّهُ يَومَ القِيَامَةِ
“Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan Allah tutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaihi)
- Jangan sampai mengganggu tetangga
Seperti menyakiti perasaannya dengan kata-kata kotor, memarkir kendaraan di depan rumahnya. Tanaman yang daunnya mengotori rumahnya dan sebagainya.
لاَ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ لاَ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ لاَ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ قَالُوا وَمَنْ ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ قَالَ جَارٌ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Tidak demi Allah tidak beriman, tidak demi Allah tidak beriman, tidak demi Allah tidak beriman mereka bertanya: siapakah itu wahai Rasulullah beliau menjawab: orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya.” (Muttafaq ‘alaihi).
- Sabar dalam menghadapi gangguan tetangga
Jika mereka yang menggangu kita maka sebaiknya bersabar, atau menyelesaikan secara baik baik.
Rasulullah bersabda dalam hadits Abu Dzar radhiyallahu’anhu:
ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلٌ غَزَا فِيْ سَبِيلِ اللَّهِ فَلَقِيَ الْعَدُوَّ مُجَاهِدًا مُحْتَسِبًا فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ وَرَجُلٌ لَهُ جَارٌ يُؤْذِيهِ فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ وَيَحْتَسِبُهُ حَتَّى يَكْفِيَهُ اللَّهُ إِيَّاهُ بِمَوْتٍ وَرَجُلٌ يَكُونُ مَعَ قَوْمٍ فَيَسِيرُونَ حَتَّى يَشُقَّ عَلَيْهِمُ الْكَرَى أَوِ النُّعَاسُ فَيَنْزِلُونَ فِيْ آخِرِ اللَّيْلِ فَيَقُومُ إِلَى وُضُوئِهِ وَصَلَاتِهِ
“Tiga orang yang Allah cintai, seorang yang berjumpa musuhnya dalam keadaan berjihad dan mengharap pahala Allah, lalu berperang sampai terbunuh dan seseorang memiliki tetangga yang mengganggunya lalu ia sabar atas gangguan tersebut dan mengharap pahala Allah sampai Allah cukupkan dia dengan meninggal dunia serta seseorang bersama satu kaum lalu berjalan sampai rasa capai atau kantuk menyusahkan mereka, kemudian mereka berhenti di akhir malam, lalu dia bangkit berwudhu dan shalat.” (Riwayat Ahmad dengan sanad yang shohih).
Coba lihat riwayat ini, Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menceritakan:
Ada seorang yang mengadu kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tentang kezaliman yang dilakukan tetangganya. Setiap kali orang ini mengadu, selalu dinasihatkan oleh beliau untuk bersabar. Ini dilakukan sampai tiga kali. Sampai pengaduan yang keempat, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memberikan solusi, “Letakkan semua isi rumahmu di pinggir jalan.”
Orang inipun melakukannya. Setiap ada orang yang melewati orang ini, mereka bertanya: “Apa yang terjadi denganmu (sampai kamu keluarkan isi rumahmu).” Dia menjawab: “Tetanggaku menggangguku.” Mendengar jawaban ini, setiap orang yang lewat pun mengucapkan: “Semoga Allah melaknatnya!”
Sampai akhirnya tetangga pengganggu itu datang, dia mengiba: “Masukkan kembali barangmu. Demi Allah, saya tidak akan mengganggumu selamanya.” (Ibnu Hibban 520, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).
So, tetangga itu penting dalam kehidupan kita. Bahkan menjadi salah satu penentu kebahagian keluarga kita.
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ؛ وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاءِ: الْجَارُ السُّوْءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ
“Empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang termasuk kesengsaraan seseorang: tetangga yang jelek, istri yang jelek, kendaraan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 1232).
Bahkan begitu pentingnya tetangga, hingga tetangga itu menjadi saksi kebaikan kita. Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda:
إِذَا قَالَ جِيرَانُكَ: قَدْ أَحْسَنْتَ، فَقَدْ أَحْسَنْتَ، وَإِذَا قَالُوا: إِنَّكَ قَدْ أَسَأْتَ، فَقَدْ أَسَأْتَ
“Jika tetanggamu berkomentar, kamu orang baik maka berarti engkau orang baik. Sementara jika mereka berkomentar, engkau orang tidak baik, berarti kamu tidak baik.” (Ahmad nomor 3808 dan Ibn Majah nomor 4223).
Wallahu A’lam