Ke mana ICMI dikembangkan?

Suaramuslim.net – Pada masa kepemimpinan Prof. Dr. BJ Habibie, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) menjadi sebuah organisasi yang disegani, tidak hanya di kalangan umat Islam tetapi juga dalam lingkup nasional.

Dengan pendekatan visioner, intelektual, dan berbasis pada nilai-nilai keislaman yang inklusif, ICMI mampu memberikan kontribusi nyata dalam membangun Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.

Hari ini, saat kita menyongsong Indonesia Emas 2045, sudah saatnya ICMI mengembalikan perannya sebagai pusat pemikiran (think tank) strategis bagi pemerintah. Mengapa demikian?

Tantangan zaman yang kian kompleks

Indonesia kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023 tingkat kemiskinan Indonesia masih berada di angka 9,57% dari total populasi. Sementara itu, laporan Bank Dunia menggarisbawahi perlunya kebijakan yang lebih inklusif untuk mengatasi kesenjangan ekonomi yang terus melebar. Di sisi lain, Indonesia juga menghadapi ancaman perubahan iklim, dengan bencana alam yang meningkat 81% dalam dua dekade terakhir (BNPB, 2023).

Dari sisi teknologi, Indonesia masih berada di posisi ke-53 dalam Indeks Kesiapan Digital Global (WEF, 2023), menunjukkan perlunya dorongan inovasi untuk mendukung transformasi digital.

Pemerintah membutuhkan masukan yang tidak hanya teknokratis tetapi juga berlandaskan nilai-nilai moral dan etika. ICMI, sebagai wadah cendekiawan Muslim, memiliki keunggulan dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan, spiritualitas, dan keberpihakan pada kepentingan umat.

Sebagai contoh, dalam isu pengentasan kemiskinan, ICMI dapat menjadi mitra strategis pemerintah dengan mengembangkan program-program berbasis pemberdayaan komunitas, seperti “Desa Mandiri” yang menggabungkan pelatihan keterampilan, mikrofinansial, dan pengelolaan sumber daya lokal.

Dalam bidang teknologi, ICMI dapat mengusulkan kebijakan inovatif yang mendukung kedaulatan digital melalui pengembangan platform berbasis AI yang sesuai dengan nilai-nilai lokal.

Momentum kepemimpinan baru

Kepemimpinan nasional di bawah Presiden Prabowo Subianto membuka peluang baru bagi organisasi seperti ICMI untuk menunjukkan kontribusinya. Dengan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan fokus pada peningkatan sumber daya manusia, pemerintah memberikan ruang yang luas bagi organisasi cendekiawan untuk berperan aktif.

Sejarah mencatat bahwa hubungan baik antara ICMI dan pemerintah dapat menghasilkan kebijakan yang bermanfaat luas bagi rakyat, seperti saat ICMI berkontribusi dalam reformasi sektor industri strategis pada era 1990-an.

Namun, ini membutuhkan revitalisasi. ICMI harus memperbarui dirinya dengan merangkul generasi muda, meningkatkan kolaborasi dengan institusi riset, dan mengadopsi pendekatan yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. Sebagai contoh, pembentukan “ICMI Youth” yang fokus pada isu-isu milenial dan Gen Z dapat menjadi jembatan untuk menyuarakan aspirasi generasi penerus. Pendekatan ini tidak hanya akan memperkuat peran ICMI di tingkat nasional tetapi juga membawanya ke panggung internasional.

Menghidupkan semangat Habibie

Prof. Dr. BJ Habibie adalah simbol kejayaan ICMI di masa lalu. Keberhasilannya memadukan kecendekiawanan, moralitas Islam, dan dedikasi kepada bangsa menjadi inspirasi yang tidak pernah usang. Di bawah kepemimpinannya, ICMI turut mendorong pengembangan industri pesawat terbang nasional, yang kini menjadi salah satu fondasi bagi upaya kemandirian teknologi di Indonesia.

Untuk menghidupkan kembali semangat Habibie, ICMI harus berani memproklamasikan diri sebagai think tank pemerintah yang tidak hanya menyuarakan kepentingan umat tetapi juga memberikan solusi strategis bagi bangsa.

Sebagai think tank, ICMI dapat menginisiasi penelitian-penelitian yang aplikatif, menyelenggarakan forum-forum diskusi yang produktif, dan memberikan masukan yang berbasis data kepada pemerintah. Sebagai contoh, ICMI dapat berkontribusi dalam pengembangan kebijakan energi terbarukan dengan mengusulkan skema insentif untuk investasi di sektor ini.

Seruan untuk bangkit

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS Ali Imran: 104). Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya peran kolektif untuk mewujudkan kebaikan.

ICMI harus menjadi segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan tersebut. Dengan menjadi think tank pemerintah, ICMI tidak hanya mengemban amanah intelektual tetapi juga amanah keislaman.

Kini saatnya kita, para anggota ICMI, melangkah maju, menyatukan hati dan pikiran untuk menjadikan ICMI sebagai pilar kebijakan strategis menuju Indonesia yang lebih baik.

Dengan dukungan seluruh elemen organisasi, marilah kita bangkit, menyalakan kembali semangat keilmuan, keberpihakan kepada umat, dan dedikasi kepada bangsa. Dengan izin Allah SWT, kita bisa membawa ICMI ke masa depan yang lebih cerah, sebagai pelopor perubahan yang mencerminkan visi Islam rahmatan lil ‘alamin.

Kelebihan menjadi think tank pemerintah

Setidaknya ada lima kelebihan jika ICMI dikembangkan menjadi think tank pemerintah.

Pertama; Meningkatkan Pengaruh Strategis di Tingkat Nasional. Dengan menjadi think tank pemerintah, ICMI dapat memainkan peran yang lebih signifikan dalam pengambilan keputusan strategis. Masukan berbasis data dari ICMI dapat membantu pemerintah menghasilkan kebijakan yang lebih efektif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Kedua; Memanfaatkan Keberagaman Keahlian Anggota. ICMI memiliki anggota dengan latar belakang multidisiplin (ada akademisi, ada praktisi, dan ada juga profesional dari berbagai sektor, bahkan ada birokrat). Keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan solusi komprehensif terhadap tantangan nasional, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga lingkungan.

Ketiga; Memperkuat Posisi Umat Islam dalam Pembangunan Nasional. Peran sebagai think tank dapat mengokohkan ICMI sebagai representasi cendekiawan Muslim dalam memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan, sekaligus menepis stigma bahwa Islam hanya fokus pada isu keagamaan tanpa pendekatan modern dan solutif.

Keempat; Membangun Kredibilitas Internasional. Dengan kontribusi nyata dalam kebijakan nasional, ICMI juga berpotensi dikenal sebagai lembaga pemikir yang diakui di dunia internasional. Hal ini dapat membuka peluang kerjasama global dalam riset dan inovasi.

Kelima; Memperkuat Warisan Habibie. Peran ini sejalan dengan visi Prof. BJ Habibie yang menjadikan ICMI sebagai agen perubahan strategis berbasis keilmuan dan nilai-nilai Islam. Melanjutkan warisan ini akan meningkatkan relevansi organisasi di era modern.

Kekurangan jika menjadi think tank pemerintah

Meski demikian, perlu juga dikaji apa kekuranganya jika ICMI dikembangkan menjadi think tank pemerintah. Menurut hemat penulis, paling tidak ada lima kekurangan atau kelemahan yang potensial.

Pertama; Risiko Politisasi Organisasi. Dengan mendekatkan diri ke pemerintah, ada risiko bahwa ICMI kehilangan independensinya. Keputusan organisasi bisa saja dipengaruhi oleh kepentingan politik, yang berpotensi melemahkan kepercayaan publik.

Kedua; Tantangan Pembiayaan dan Kemandirian. Think tank membutuhkan pendanaan yang besar untuk melakukan riset dan kegiatan strategis lainnya. Ketergantungan pada pemerintah dapat menimbulkan dilema dalam menjaga netralitas dan kemandirian organisasi.

Ketiga; Kesenjangan Kompetensi Internal. Tidak semua anggota ICMI memiliki latar belakang atau keterampilan yang relevan untuk mendukung peran sebagai think tank. Dibutuhkan program pelatihan dan pengembangan kapasitas untuk memenuhi standar ini.

Keempat; Kritik dari Kelompok Non-Pemerintah. Dengan lebih dekat ke pemerintah, ICMI bisa menghadapi kritik dari kelompok masyarakat sipil yang menganggap organisasi terlalu condong ke kekuasaan dan kurang mewakili aspirasi independen umat.

Kelima; Beban Administratif yang Lebih Besar. Menjadi think tank berarti ICMI harus meningkatkan kapasitas administrasi, operasional, dan manajemen proyeknya. Hal ini memerlukan sumber daya tambahan yang dapat membebani struktur organisasi. Dan kelihatannya saat ini yang menjadi problem besar adalah ICMI belum merekrut SDM yang mumpuni, kredibel, kompeten dan professional dalam jumlah yang cukup dari berbagai keahlian dan kompetensi yang diperlukan.

Rekomendasi untuk mengoptimalkan potensi

Lalu bagaimana jalan keluarnya agar potensi kekurangan dan kelemahan tersebut dapat ditanggulangi?

Menurut hemat penulis, rekomendasi berikut layak untuk didiskusikan pada forum Silaknas jika para peserta silaknas mendukung gerakan ICMI menjadi think tank pemerintah. Berikut kira-kira usulannya.

Pertama; Menjaga Independensi dan Netralitas. Walaupun bekerja sama dengan pemerintah, ICMI perlu memastikan bahwa masukan yang diberikan selalu berbasis fakta dan nilai-nilai keislaman, tanpa intervensi politik.

Kedua; Mengembangkan Unit Riset yang Profesional. Membentuk divisi khusus untuk penelitian dengan melibatkan para ahli dari berbagai bidang, sehingga hasil kajiannya berkualitas tinggi dan relevan untuk kebijakan nasional.

Ketiga; Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas. Semua kegiatan dan rekomendasi ICMI perlu disampaikan secara transparan kepada anggota dan publik, untuk menjaga kepercayaan dan dukungan dari masyarakat luas.

Keempat; Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan Lain. ICMI dapat memperluas jejaringnya dengan lembaga internasional, universitas, dan think tank lainnya untuk meningkatkan kualitas penelitian dan gagasannya.

Kelima; Memanfaatkan Teknologi Digital. Membangun platform digital untuk menyebarkan hasil riset, menyelenggarakan diskusi daring, dan melibatkan generasi muda dalam proses berpikir strategis.

Langkah-langkah ini dapat membantu ICMI memaksimalkan perannya sebagai think tank yang relevan, berdaya saing, dan tetap teguh pada nilai-nilai Islam.

Dengan dukungan seluruh elemen organisasi, marilah kita bangkit, menyalakan kembali semangat keilmuan, keberpihakan kepada umat, dan dedikasi kepada bangsa. Dengan izin Allah SWT, kita bisa membawa ICMI ke masa depan yang lebih cerah, sebagai pelopor perubahan yang mencerminkan visi Islam rahmatan lil ‘alamin.

SELAMAT BER-SILAKNAS!

Ulul Albab
Ketua Umum ICMI Orwil Jawa Timur

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.