Ekonomi Suriah membaik setelah kejatuhan rezim Assad

DAMASKUS (Suaramuslim.net) – Jatuhnya rezim Assad pada 8 Desember 2024, yang ditandai dengan pasukan oposisi yang merebut ibu kota, Damaskus, telah membawa kebebasan yang signifikan bagi perekonomian Suriah dan warganya.

Menurut warga Suriah, runtuhnya rezim tidak hanya menyingkirkan kekuatan penindas militer, polisi, dan mafia tetapi juga menandai dimulainya babak ekonomi baru,

Di bawah pemerintahan baru, pembatasan ketat terhadap perdagangan mata uang, yang dulunya dapat dihukum hingga tujuh tahun penjara, telah dicabut, disertai denda besar.

Menurut pernyataan pemerintah baru, peraturan impor dan ekspor telah dilonggarkan, dan gaji pegawai sektor publik telah meningkat hingga 300%. Bank telah dibuka kembali dan antrean panjang kini menjadi pemandangan umum di ATM di seluruh Damaskus.

Harga komoditas seperti tepung, gula, dan bahan bakar mulai turun. Di bawah Assad, tentara yang berpenghasilan $35 per bulan dilaporkan bertindak sebagai penegak mafia, memeras uang dari warga dan bisnis.

Pejabat tinggi rezim memonopoli barang-barang penting, menaikkan harga melalui suap dan skema pasar gelap.

“Sejak 8 Desember, semuanya berubah 180 derajat,” kata Wisam Bakdash, manajer generasi ketiga Bakdash Ice Cream di Al-Hamidiyah Souq yang ikonis.

“Orang-orang berbelanja saat mereka senang, tetapi ketakutan membuat mereka tidak membeli. Kini, ekonomi, keselamatan masyarakat, dan bahkan wajah mereka telah berubah. Dulunya muram, kini orang-orang tersenyum,” kata Bakdash kepada Anadolu.

Ia mencatat bahwa pencabutan pembatasan pertukaran mata uang telah menyebabkan harga turun, sehingga kebutuhan pokok seperti gula dan salep menjadi lebih terjangkau.

Ia menambahkan bahwa tokoh-tokoh yang terkait dengan rezim sebelumnya mengendalikan barang-barang ini untuk menaikkan harga demi keuntungan pribadi.  

Tanda-tanda kebangkitan

Pasar Al-Hamidiyah, yang dibangun pada era Ottoman, telah kembali ramai. Papan nama toko kini mengiklankan penukaran mata uang dalam dolar, euro, dan lira Turki, sementara pedagang kaki lima memanggil calon pelanggan.

Membawa mata uang asing, yang dulu merupakan tindak pidana yang dapat dihukum penjara, kini menjadi praktik umum, dan warga Suriah secara terbuka memperdagangkan uang di pasar.

Spanduk yang merayakan pembebasan Suriah tergantung mencolok di pasar, sementara lingkungan Kristen di Kota Tua Damaskus dihiasi dengan dekorasi Natal yang meriah. Warga dengan pakaian warna-warni terlihat meninggalkan gereja, menambah semarak suasana kota.

Kebangkitan ekonomi juga terlihat dalam praktik bisnis

Mesin hitung uang, yang dulunya langka, kini ada di mana-mana di toko-toko dan pasar. Dengan uang kertas Suriah terbesar – 5.000 lira ($0,50) – hanya cukup untuk membeli setengah liter air, warga Suriah sering membawa setumpuk uang tunai untuk transaksi sehari-hari.

Meskipun kartu bank berfungsi, biaya rekening yang tinggi membuat banyak orang enggan menggunakannya.

Bashar al-Assad, yang memerintah Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah pasukan anti-rezim merebut Damaskus pada 8 Desember 2024, mengakhiri cengkeraman kekuasaan Partai Baath selama 61 tahun.

Sumber: Anadolu Agency

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.