Angan-Angan Kaum Yahudi

Suaramuslim.net – Kisah tentang Palestina bukan dimulai pada peristiwa Thufan Al Aqsha, 7 Oktober 2023. Hampir 130 tahun sebelumnya, seorang tokoh yang dianggap pemimpin kaum Yahudi, yang saat itu sedang dalam pelarian, Theodore Hertzl, mengundang semua pembesar Yahudi untuk berkumpul dan merumuskan masa depan mereka. Tepatnya di Basel, Swiss, tahun 1897, Ia mempresentasikan bukunya yang berjudul “Der Judenstaat”, dalam Bahasa Jerman yang artinya, “Untuk Negara Yahudi”.

Di hadapan para tokoh Yahudi lainnya, terutama pada satu keluarga yang memiliki harta terbesar di antara mereka, Keluarga Rotschild,  Hertzl mencetuskan sebuah ide, bahwa orang-orang Yahudi harus kembali ke kampung halaman mereka, di sebuah tempat yang dijanjikan Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Tanah yang saat itu berada dibawah kekuasaan kaum muslimin, di bawah kepemimpinan Khalifah yang Agung, Sultan Abdul Hamid II. Tanah yang ia maksud itu, adalah Palestina.

Tanah itu berpusat di sebuah tempat yang bernama bukit Sion. Sejak saat itulah, gerakan kaum Yahudi kembali ke tanah yang mereka anggap milik mereka itu dengan sebutan “Zionisme” Gerakan untuk kembali ke Bukit Sion.

Untuk mewujudkan angan-angannya itu, Theodore Hertzl bergerilya mendatangi para pebisnis kaya untuk memberikan modal kembalinya kaum Yahudi dari seluruh dunia ke Bukit Sion di Palestina. Ia juga mendatangi Khalifah Abdul Hamid II dan ingin membeli Tanah Suci. Ia berjanji akan menukar tanah itu dengan pelunasan utang Kekhalifahan pada banyak negara di seluruh dunia. Krisis yang dialami kekhalifahan Sultan Abdul Hamid II ini terjadi ketika Daulah Utsmaniyah mengalami kekalahan melawan Yunani. Atas penawaran Hertzl, Sultan Abdul Hamid II dengan tegas berkata,

“Aku tidak akan melepaskan Tanah Palestina sejengkalpun, karena Palestina bukanlah hamba sahaya. Ia adalah milik suatu bangsa. Bangsaku berjuang untuk Tanah ini dan menyiraminya dengan darah.”

Jawaban Sultan Abdul Hamid II ini mengejutkan dan membuat marah Theodore Hertzl. Ia bertekad akan terus mengusahakan kembalinya kaum Yahudi ke Tanah ini. Theodore Hertzl inilah yang kelak disebut sebagai Bapak Negara Yahudi dan Pendiri Zionisme. Ia melakukan tipu daya dengan memanfaatkan kelompok Yahudi di Turki, yaitu Yahudi Dunamah.

Seriring waktu, di kalangan kaum muslimin banyak terjadi perpecahan. Kekhalifahan terus melemah. Saat Perang Dunia pertama meletus, Kaum Muslimin laksana hidangan yang diperebutkan banyak bangsa. Satu persatu wilayah kekhalifahan memisahkan diri. Perang terakhir pecah antara kekhalifahan Utsmaniyyah melawan Kerajaan Inggris. Sampai akhirnya, kekhalifahan kalah perang dan Tanah Palestina dirampas oleh Kerajaan Inggris.

20 tahun setelah kongres Zionisme di Basel, Swiss, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthour Balfour, menerbitkan sebuah deklarasi yang menjadi dasar bagi seluruh kaum Yahudi di seluruh dunia untuk menempati Palestina, terutama wilayah sekitar Tanah Suci Al Quds. Seolah wilayah Palestina resmi diberikan kepada gerakan Zionisme, orang-orang Yahudi sah memiliki tanah untuk mendirikan negara, di atas tanah dan rumah-rumah kaum Muslimin.

Deklarasi itu bernama Deklarasi Balfour. Kelak, deklarasi ini yang menyulut perjuangan para pejuang di front terdepan. Hingga hari ini kita mengenal nama-nama para pemimpin yang membuat gemetar Zionis. Izzudin Al Qassam, Syaikh Ahmad Yassin, Imad Aqil, Ismail Haniyah, Adnan Al Ghoul, Yahya Sinwar dan nama-nama lain yang akan aku kisahkan untukmu, dalam Palestina, Bumi Para Pemimpin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.