Ramadhan, pembelajaran Matematika dan Statistika

Menjaga Konsistensi Amalan Pascaramadhan

Suaramuslim.net – Dalam kuliah Subuh pagi Ini saya ingin menujukkan bahwa Al-Qur’an memiliki mukjizat yang menarik berupa angka-angka dan hitungan matematis dan statistik sekaligus menujukkan bahwa ajaran Islam memiliki kedekatan dengan dunia Matematika dan Statistika. Semoga dapat menambah keimanan kita kepada ajaran Islam.

Number concern

Ramadhan mengajarkan kita untuk perhatian kepada angka, bukan hanya angka berupa jam, dan tanggal. Waktu awal dan akhir Ramadhan  serta waktu sahur atau buka sangat berkaitan dengan angka waktu. 1 derajat atau 1 detik sekalipun, bila belum waktunya, maka kegiatan agama tidak dapat dilakukan. Apakah menggunakan rukyatul hilal ataupun hisab, perhatian dan perhitungan terhadap angka menjadi sebuah kunci.

Ganjil dan genap

Ramadhan mengajarkan juga mengenai angka-angka ganjil, yang memiliki keutamaan di banding angka genap.

“Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari 10 malam terakhir di bulan Ramadan.” (Terjemah hadis riwayat Al-Bukhari).

Operasi perkalian dan kelipatan

Hadis riwayat Al-Bukhari juga memunculkan adanya operasi kelipatan yang diajarkan ajaran Islam, yakni kelipatan 10. Operasi kelipatan itu juga yang digunakan untuk memperkirakan malam Lailatul Qadar oleh salah satu ulama. Pendapat ini diperkuat oleh Imam Ahmad yang meyakini bahwa malam ke-27 adalah waktu paling besar kemungkinan terjadinya Lailatul Qadar.

Hal tersebut berdasarkan bahwa kata qadar dalam Q.S. Al Qadr ada 3 kali disebut, sedangkan jumlah huruf lailatul qadar adalah 9 huruf yakni yaitu lam, ya’, lam, ta’ marbuthah, alif, lam, qaf, dal, dan ra. Sehingga 9 x 7 adalah 27. Hal ini disampaikan oleh Abu Yazid Al Bustomi, beliau mengatakan, semasa hidupnya telah dua kali mengalami peristiwa lailatul qadar, sebagaimana dikutip dalam kitab Durratun Nasihin;

“Yang paling utama adalah malam ke-27. Ini merupakan pendapat yang paling kuat dalilnya.” (Shabri Shaleh Anwar, 10 Malam Akhir Ramadan).

Angka diskrit dan kontinu

Pehitungan pahala dihitung dalam format diskrit atau bulat dan kontinus yang memiliki nilai pecahan/desimal. Contoh perhitungan dengan nilai bulat. Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (Riwayat At-Tirmidzi).

Contoh pahala yang dihitung dengan nilai kontinu.

  • Surat Al-Mu’minun (23:102-103) menjelaskan bahwa orang-orang yang timbangannya berat akan mendapat kemenangan. 
  • Surat Al-Anbiya ayat 47 menjelaskan bahwa Allah akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat. 
  • Surat Al-A’raf ayat 8-9 menjelaskan tentang timbangan amal baik dan buruk manusia. 
  • Surat Al-Qari’ah menjelaskan bahwa orang-orang yang timbangannya berat akan berada di surga, sedangkan yang ringan akan berada di neraka. 

Demikian juga zakat, untuk zakat fitrah dilihat dari jumlah jiwa (data diskrit) adapun zakat maal dilihat dari jumlah harta (data kontinus).

Probabilitas berbuat baik > berbuat negatif

Konsep Probabilitas tentang kemungkinan seuatu hal terjadi menunjukkan bahwa ALLAH Maha Baik. Hal ini terlihat dari probabilitas masuk surga lebih tinggi dibanding probabilitas masuk neraka, yaitu 66,67% berbanding 33,33%.

Kemungkinan doa dikabulkan juga lebih besar dibanding kemungkinan doa tidak terkabul(75% berbanding 25%). Kemungkinan mendapatkan malam lailatul qadar yakni 3,33% ditingkatkan dengan memberikan petunjuk kapan akan terjadi.

Adanya data-data di atas, menunjukkan bukti bahwa Matematika dan Statistik menjadi salah satu ilmu penting untuk dipelajari umat Islam. Yang menjadikan Islam dan Matematika adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai tambahan informasi.

Adanya mukjizat angka dalam Al Qur’an adalah berkaitan dengan keseimbangan kata-kata yang antonim, seperti ada beberapa contoh kata berlawanan yang jumlahnya sama dalam Al-Qur’an, di antaranya:

  • Kata “hidup” (al-haya) dan “mati” (al-maut) masing-masing disebutkan sebanyak 145 kali 
  • Kata “akhirat” dan “dunia” masing-masing disebutkan sebanyak 115 kali 
  • Kata “malaikat” dan “setan” masing-masing disebutkan sebanyak 88 kali 
  • Kata “ketenangan” dan “kecemasan” masing-masing disebutkan sebanyak 13 kali 
  • Kata “panas” (al-harr) dan “dingin” (al-bard) masing-masing disebutkan sebanyak 4 kali 

Adapun kata-kata yang sinonim menunjukkan hal yang sama terjadi jumlah yang juga ajaib. Begitu juga dengan kata yang menunjuk utusan Allah SWT, baik itu Rasul, atau Nabi, atau Basyir (pembawa berita gembira), maupun Nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini sama dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yaitu sebanyak 518 kali.

Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini diulangi juga sebanyak tujuh kali, yaitu di dalam surat al-Baqarah: 29, al-Isra’: 44, al-Mu’minun: 86, Fushshilat: 12, al-Thalaq: 12, al-Mulk: 3, dan Nuh: 15.

Kata infaq terulang sebanyak kata yang menunjuk dampaknya yaitu ridha (kepuasan), masing-masing 73 kali. Pun sebaliknya, kata bukhl (kikir) sama dengan akibatnya yaitu khasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali.

Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sementara kata hari yang berbentuk plural (ayyaam) atau dua (yaumaini), jumlah keseluruhannya hanya 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Begitu juga dengan kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

Untuk maklumat lebih detailnya, Al Qur’an juga memberikan fakta proporsi yang menarik dengan melihat data nyata yakni;

  • Kata “laut” dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 32 ayat, sedangkan kata “darat” disebut sebanyak 13 ayat.
  • Jika dijumlahkan, maka keduanya menjadi 45 ayat.
  • Persentase penyebutan kata “laut” adalah 32/45 x 100 = 71,11%.
  • Persentase penyebutan kata “darat” adalah 13/45 x 100 = 28,88%.

Dengan demikian, berbanggalah kita yang hidup di era saat ini yang dapat menjadi saksi keilmiahan Al Qur’an, sebagai mukjizat Kanjeng Nabi Muhammad yang dapat kita saksikan dan kita baca hingga saat ini. Semoga menjadi inspirasi bagi kita untuk tidak hanya membaca AL Qur’an hanya untuk mendapat pahala, tapi terlupa mendapatkan ilmu dan petunjuk kehidupan darinya.

Prof. Dr. Gancar C. Premananto
Guru Besar Manajemen Pemasaran Spiritual UNAIR

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.