Menguatkan iman dengan mempelajari kisah Sang Nabi

Suaramuslim.net  – Bayangkan dengan sejarah berjalannya hidup seorang yang biasa saja manusia dapat meneguhkan jiwanya, bagaimana kalau kita memahami perjalanan atau sirah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam?

Sudah tentu akan menambah keteguhan iman jika kita tekun mempelajari sirah Nabi Muhammad.

Coba perhatikan firman Allah ini dalam Q.S. Hud 120.

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

Nabi Muhammad sendiri dibuat Allah teguh jiwa keimanannya dengan kisah nabi sebelumnya, maka mestinya hati kita harus bisa teguh dan tegar dengan mempelajari kisah Nabi sendiri.

Apalagi hiburan orang-orang terdahulu itu ya mendengarkan kisah-kisah atau dongeng legenda agar bersemangat hidup. Sehingga pantas Al-Qur’an sendiri banyak bercerita sejarah perjalanan hidup kaum dan nabi-nabi terdahulu.

Pantas saja Imam Ats-Tsa’laby menyatakan bahwa ayat-ayat tentang kisah atau sejarah dua kali lipat dari ayat-ayat tentang halal dan haram.

Manfaat mempelajari sirah Nabi Muhammad

a. Menambah semangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Karena itu patut dimaklumi bahwa para ulama menyusun sirah yang lebih khusus kepada sosok Nabi Muhammad yang biasa kita sebut dengan Maulid. Ada maulid diba’, simtud duror atau lebih khusus lagi kepada fisik Nabi Muhammad maka kita kenal dengan istilah ‘Syama-il’ yang terkenal disusun oleh Imam At Titmidzi.

Karena itu menurut Prof. Quraish Shihab membaca sirah/maulid Nabi Muhammad seperti membakar kayu yang asapnya membuat sesak dada atau asap membuat harum diri dan lingkungannya.

b. Meneguhkan keimanan dalam perjuangan.

Karena dapat belajar bagaimana perjuangan Nabi Muhammad menyampaikan wahyu, melawan intimidasi dan percobaan pembunuhan. Ini semua meneguhkan jiwa untuk tetap semangat berjuang dalam kehidupan nyata ini.

Bagaimana kisah nabi dalam perang Badar, Uhud, Tabuk dan lain sebagainya. Termasuk kisah Nabi Muhammad berdakwah di Mekkah hingga ke Madinah. Semua kisah itu menambah keimanan dalam perjuangan untuk islam ini.

c. Semakin cinta kepada Nabi Muhammad dan menjadikannya idola dan teladan.

Bukankah Gen Z sekarang ini krisis keteladanan dan tokoh idola. Yang jadi idola sungguh tokoh fiktif seperti Iron Man.

Apalagi kalau kita mengetahui bahwa nasab nabi adalah nasab mulia, dari orang-orang yang mulia membuat semakin kagum untuk diteladani.

Dalam Shahih Muslim, Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

“Sesungguhnya Allâh memilih Kinânah dari keturunan (Nabi) Ismail. Dan memilih suku Quraisy dari (bangsa) Kinânah. Kemudian memilih Bani Hâsyim dari suku Quraisy dan memilih diriku dari Bani Hâsyim” (Riwayat Muslim No. 4221).

d. Memahami bagaimana kisah ekspresi cinta para sahabat kepada Nabi Muhammad.

Lihatlah bagaiamana kisah dari ekspresi cinta sahabat kepada Nabi Muhammad. Dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai di Mina. Beliau lalu datang ke Jamratul ‘Aqabah lalu melakukan jumrah. Kemudian beliau pergi ke tempatnya di Mina, dan menyembelih hewan kurban di sana. Sesudah itu, beliau berkata kepada tukang cukur, ‘Cukurlah rambutku!’ Sembari memberi isyarat ke kepalanya sebelah kanan dan kiri. Lalu, beliau memberikan rambutnya kepada orang banyak.”

Dalam riwayat lain: “Sembari memberi isyarat ke arah kepala bagian kanannya seperti ini. Lalu, beliau membagi-bagikan rambutnya kepada mereka yang berada di sekitar beliau. Setelah itu, beliau memberi isyarat kembali ke arah kepala bagian kiri, lalu tukang cukur itu pun mencukurnya. Lalu, beliau pun memberikan rambut itu kepada Ummu Sulaim.”

Adapun dalam riwayat Abu Kuraib, ia menyebutkan, “Tukang cukur itu pun memulainya dari rambut sebelah kanan seraya membagikannya kepada orang-orang, baru pindah ke sebelah kiri dan juga berbuat seperti itu. Kemudian beliau bersabda, ‘Ambilah ini wahai Abu Thalhah.’ Akhirnya beliau pun memberikannya kepada Abu Thalhah.” (Terjemah hadis riwayat Muslim No. 1305).

Seorang ulama tabi’in, Muhammad bin Sirin rahimahullah, beliau menyimpan rambut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia pun berkata,

لأن تكون عندي شعرة منه أحب إلي من الدنيا وما فيها

“Aku memiliki sehelai rambut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya.” (Riwayat Al-Bukhari No. 170).

Bahkan ludah Nabi pun dijadikan royokan. Dari Miswar bin Makhramah dan Marwan bin Al-Hakam radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ‘Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berkata,

واللَّهِ إنْ رَأَيْتُ مَلِكًا قَطُّ يُعَظِّمُهُ أصْحَابُهُ ما يُعَظِّمُ أصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ مُحَمَّدًا؛ واللَّهِ إنْ تَنَخَّمَ نُخَامَةً إلَّا وقَعَتْ في كَفِّ رَجُلٍ منهمْ، فَدَلَكَ بهَا وجْهَهُ وجِلْدَهُ، وإذَا أمَرَهُمُ ابْتَدَرُوا أمْرَهُ، وإذَا تَوَضَّأَ كَادُوا يَقْتَتِلُونَ علَى وَضُوئِهِ، وإذَا تَكَلَّمَ خَفَضُوا أصْوَاتَهُمْ عِنْدَهُ، وما يُحِدُّونَ إلَيْهِ النَّظَرَ تَعْظِيمًا له

“Demi Allah, tidak pernah aku melihat raja yang diagungkan sebagaimana pengagungan para sahabat Nabi kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Demi Allah, tidaklah Rasulullah meludah, kecuali pasti akan jatuh di telapak tangan salah seorang dari sahabatnya, kemudian orang itu pun menggosokkan ludah Nabi kepada wajah dan kulitnya. Dan bila Nabi memberi suatu perintah kepada mereka, mereka pun bergegas melaksanakan perintah beliau. Dan apabila beliau hendak berwudhu, para sahabatnya hampir berkelahi karena berebut sisa wudhu Nabi. Bila Nabi berbicara, mereka merendahkan suara mereka di hadapan Nabi. Dan mereka tidak pernah menajamkan pandangan kepada Nabi, sebagai bentuk pengagungan mereka terhadap Nabi.” (Riwayat Al-Bukhari No. 2731).

Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha berkata,

أنَّ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَأْتِيهَا فَيَقِيلُ عِنْدَهَا فَتَبْسُطُ له نِطْعًا فَيَقِيلُ عليه، وَكانَ كَثِيرَ العَرَقِ، فَكَانَتْ تَجْمَعُ عَرَقَهُ فَتَجْعَلُهُ في الطِّيبِ وَالْقَوَارِيرِ، فَقالَ النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: يا أُمَّ سُلَيْمٍ ما هذا؟ قالَتْ: عَرَقُكَ أَدُوفُ به طِيبِي

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah datang ke rumah Ummu Sulaim untuk tidur siang di sana. Maka, Ummu Sulaim pun menghamparkan karpet kulit agar Nabi tidur di atasnya. Ternyata, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidur, beliau banyak berkeringat. Ummu Sulaim pun mengumpulkan keringat beliau dan memasukkannya ke dalam tempat minyak wangi dan botol-botol. Lalu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai Ummu Sulaim, Apa ini?” Ummu Sulaim menjawab, “Ini adalah keringatmu yang aku campur dengan minyak wangiku.” (Riwayat Muslim No.2332).

Termasuk minum darahnya Nabi. Al-Mubarakfuri menulis:

وامتص مالك بن سنان والد أبي سعيد الخدري الدم من وجنته صلى الله عليه وسلم حتى أنقاه، فقال: (مُجَّه)، فقال: والله لا أمجه، ثم أدبر يقاتل، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (من أراد أن ينظر إلى رجل من أهل الجنة فلينظر إلى هذا)، فقتل شهيداً.

“Malik bin Sinan ayah Abu Said Al-Khudri telah menyedot darah dari pipi Rasulullah SAW sampai menelannya. Nabi SAW bersabda, “Ludahkanlah itu!” Malik bin Sinan menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meludahkannya.” Kemudian dia berbalik dan berperang. Nabi berkata, “Barangsiapa ingin melihat seseorang dari penduduk surga, hendaklah ia melihat orang ini,” Malik bin Sinan kemudian mati syahid.” (Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiqul Makhtum, hal. 219).

Itu semuanya membuat bertambahnya semangat mencintai Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Wallahu a’lam.

M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
11 September 2025/18 Rabiul Awal 1447

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.