Suaramuslim.net – Seusai musyawarah di Persyadha, saya melanjutkan perjalanan ke Sidoarjo Jawa Timur. Bersilaturrahim ke calon lokasi SPPG di Sidoarjo ditemani Mas Andre. Di sana, Ibu Wathie, PIC Yayasan untuk SPPG Sidoarjo, menyambut dengan satu pertanyaan yang menggugah,
“Mengapa banyak kasus keracunan?”
Saya hanya bisa mengangguk. “Betul sekali, Bu. Setiap buka media online, beritanya keracunan lagi. Keracunan lagi, dan yang paling menyayat: keracunan MBG. Lagi.”
Dapur yang seharusnya menyehatkan, mengapa menyakiti?
Masyarakat bertanya, “Lhaaa kok bisa?”
Pertanyaan sederhana, tapi jawabannya berliku. Rantai makanan di dapur SPPG tidak sesederhana yang dibayangkan. Saya pun bertanya balik, “Apa yang sebenarnya dikonsumsi anak-anak kita?”
Daging atau ikan itu tidak salah. Ia adalah sumber gizi yang Allah ciptakan. Tapi ia juga sangat sensitif. Kandungan air dan protein tinggi membuatnya disukai mikroba. Yang salah bukan dagingnya, tapi cara kita memperlakukannya.
Apakah relawan sudah teliti saat menerima? Apakah penyimpanan sesuai standar? Apakah suplier jujur dan amanah?
Daging atau ikan yang baik bisa berubah jadi racun jika:
– Disimpan sembarangan
– Dicampur dengan bahan lain
– Dimasak dengan alat tak steril
– Disajikan dengan air tercemar
Tanpa ilmu, tangan-tangan relawan bisa jadi pintu masuk bakteri. Makanan sehat berubah jadi ancaman.
Dapur MBG harus jadi tempat yang dirindukan
Dapur MBG seharusnya menjadi tempat yang aman. Tempat lahirnya makanan sehat, aman, dan terpercaya. Bukan sumber kecemasan. Bukan ancaman baru.
Langkah-langkahnya harus jelas:
– Pisahkan bahan baku sejak awal, daging, sayur, buah tidak boleh bercampur
– Juru masak harus seperti dokter: mengenali gejala bahan pangan
– Jangan buru-buru mengemas makanan, biarkan uap panas hilang
– Pastikan relawan amanah, tulus, dan berkhidmat
Dan yang tak kalah penting, berdoa.
Sebelum mulai, saat proses, saat pemorsian, dan saat distribusi. Kasatpel SPPG, ahli gizi, akuntan, dan mitra harus turut berdoa. Ini bukan sekadar dapur. Ini ladang amal.
Tolak bahan baku buruk, lawan modus suplier
Kasatpel SPPG harus memberi kekuasaan kepada relawan untuk berani menolak bahan baku yang buruk.
– Tolak yang tidak layak
– Terima yang segar dan aman
– Wajib teliti, karena banyak suplier kirim bahan dengan modus, mereka nakal.
Badan Gizi Nasional harus turun tangan. Lakukan sertifikasi penjamah makanan untuk seluruh relawan SPPG. Libatkan Dinkes dan BPOM. Pastikan keahlian mereka. Jangan biarkan dapur MBG jadi tempat eksperimen.
Kasatpel SPPG jangan hanya duduk manis
Standar dapur BGN sudah ketat. Tapi harus diperketat lagi. Kasatpel SPPG jangan hanya duduk manis di depan laptop. Turun ke dapur. Lihat proses. Berikan arahan. Tunjukkan keteladanan.
Jika tidak, maka keracunan akan terus bermunculan. Hari ini, besok, lusa, IGD rumah sakit bisa dipenuhi anak-anak berseragam sekolah. Suasana panik. Orang tua menangis. Kepala sekolah ketakutan. Guru-guru merasa bersalah. Semua karena satu hal: keracunan makanan MBG.
Dapur yang menyehatkan, bukan menyakiti
Mari kita jaga dapur MBG. Jangan biarkan ia berubah wujud dari ladang amal menjadi ladang malapetaka. Jadikan ia tempat yang dirindukan. Tempat di mana anak-anak menerima makanan dengan senyum, bukan dengan tangis.
Imam Mawardi Ridlwan
Dewan Pembina Yayasan Bhakti Relawan Advokat Pejuang Islam