Suaramuslim.net – Iya, Pak, rakyat juga kaget. Tapi kagetnya bukan karena korupsi. Kami sudah lama tahu korupsi di negeri ini busuk sampai ke sumsum. Yang bikin kaget justru Bapak, Presiden baru, bisa dengan enteng bilang “kaget.” Seolah-olah lima tahun jadi Menhan itu hanya magang PKL di kementerian, bukan kursi menteri penuh akses dan fasilitas. Seolah-olah Bapak bukan bagian dari rezim sebelumnya, padahal tiap rapat kabinet ikut angkat tangan menyetujui proyek-proyek penuh bancakan.
Mari bicara fakta, Pak. Korupsi itu bukan isu rahasia. Setiap hari media menuliskan, lembaga riset meneliti, dan rakyat menanggung akibatnya. Jalan rusak, sekolah reyot, rumah sakit miskin obat, semua karena korupsi. Kalau rakyat jelata sudah lama paham, masa seorang Prabowo baru “terkaget-kaget”?
Retorika kaget ini cuma kedok, strategi murahan buat cuci tangan dari dosa rezim yang lama, padahal Bapak ikut makan dari piring yang sama.
Lebih parahnya lagi, Bapak bukan sekadar saksi. Nama Bapak sendiri sudah tercatat dalam kasus-kasus busuk yang rakyat juga tahu.
Food estate; proyek mercusuar yang digembar-gemborkan untuk ketahanan pangan, tapi berakhir jadi gurun gersang penuh lahan terbengkalai. Lalu proyek alutsista, di mana mark-up harga sudah jadi rahasia umum, dengan fee-fee gelap yang beredar di meja belakang. Jangan lupa pembelian pesawat bekas Mirage 2000, barang rongsokan yang dilabeli “kebutuhan pertahanan,” padahal penuh aroma komisi menggiurkan.
Itu semua terjadi bukan di luar, tapi di bawah hidung Bapak. Jadi kalau sekarang bilang kaget, ya lucu.
Korupsi sedikit tidak apa-apa
Tentu bukan hanya proyek-proyek itu. Sikap Bapak terhadap korupsi selama ini sungguh permisif, bahkan mesra. Koruptor yang mengembalikan uang negara diam-diam bisa dapat ampunan. Wacana perampasan aset koruptor ditolak, alasannya kasihan anak istri mereka; seakan-akan anak istri rakyat yang miskin karena dirampok itu tidak penting.
Lebih parah lagi, keluar ucapan Bapak sendiri bahwa “kalau korupsi sedikit tidak apa-apa.” Seakan-akan maling dibolehkan asal tidak terlalu rakus. Lengkap sudah, anak buah Bapak, si Fadli Zon, menegaskan dengan teori absurd: korupsi adalah “oli pembangunan.” Inilah republik, di mana koruptor bukan musuh negara, tapi sahabat pejabat.
Maka wajar kalau rakyat tidak percaya lagi pada drama kaget-kagetan. Kami tahu, semua ini hanya panggung. Panggung untuk tampil gagah di depan mikrofon, sementara di belakang layar, korupsi tetap dipelihara. Kalau Bapak serius, buktinya mudah: sikat pejabat besar yang sudah jelas-jelas maling. Tapi tentu tidak akan terjadi. Karena mereka semua satu gerbong, satu meja makan, satu pesta pora.
Akhirnya, kaget Bapak hanyalah lelucon murahan. Rakyat sudah terlalu sering dipaksa jadi penonton sinetron korupsi yang tak berujung. Bedanya kali ini, aktornya Prabowo, dengan naskah yang sama: pura-pura heran, pura-pura prihatin, tapi pada akhirnya membiarkan maling berdasi tetap berpesta. Republik ini tetap sama: Republik Korupsi Indonesia.
Cak Bonang
Aktivis Arek Kampung Suroboyo
Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan, dapat memberikan hak jawabnya. Redaksi Suara Muslim akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.