Suaramuslim.net – Memasuki usia ke-80, Jawa Timur menapak fase kedewasaan baru. Tema “Jatim Tangguh Terus Bertumbuh” bukan sekadar slogan seremonial, melainkan refleksi historis atas keteguhan dan kemampuan masyarakatnya beradaptasi di tengah perubahan zaman.
Ketangguhan Jawa Timur tidak hanya tentang bertahan, tetapi tentang keberanian untuk mencipta nilai baru dengan berpijak pada akar budaya dan spiritualitas yang kokoh.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa kerap menegaskan bahwa Jawa Timur adalah “episentrum Bumi Majapahit”, bukan dalam pengertian geografis semata, tetapi simbol etos peradaban.
Spirit Majapahit adalah daya hidup yang membentuk karakter masyarakat Jawa Timur: tangguh, terbuka, dan kolaboratif. Jika pada abad ke-14 Majapahit menjadi simpul perdagangan dan pengetahuan Nusantara, maka kini semangat itu menjelma dalam keberanian Jawa Timur menembus era digital, membangun ekonomi hijau, dan menumbuhkan ekosistem kewirausahaan yang berakar pada nilai-nilai lokal.
Secara empiris, fondasi ekonomi Jawa Timur tergolong kuat. Berdasarkan data BPS 2024, ekonomi Jawa Timur tumbuh sekitar 4,9%, sedikit di atas rata-rata nasional. Industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian masih menjadi tulang punggung PDRB. Daya serap tenaga kerja meningkat, sementara tingkat pengangguran menurun ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari sembilan juta pelaku UMKM menjadi penopang utama ekonomi daerah, sementara kontribusi pesantren terhadap ekonomi lokal juga kian besar.
Kini hampir setiap kabupaten dan kota memiliki inisiatif pesantrenpreneur; unit wirausaha berbasis pesantren yang mengembangkan produk halal, pertanian organik, kopi lokal, hingga ekonomi digital beretika.
Selain itu, inovasi kebijakan publik di Jawa Timur juga terus bergerak dinamis. Layanan Bus Trans Jatim menjadi simbol pemerataan konektivitas antardaerah sekaligus bagian dari transportasi berkelanjutan. Program pembebasan pajak daerah bagi masyarakat kecil memperlihatkan keberpihakan fiskal terhadap ekonomi rakyat. SMA Double Track menghadirkan pendidikan vokasi yang menghubungkan sekolah menengah dengan dunia usaha dan industri, menyiapkan generasi muda yang lebih siap kerja dan bermental wirausaha.
Sementara itu, misi dagang internasional dan antardaerah yang digagas Pemerintah Provinsi membuka pasar baru bagi produk-produk unggulan Jawa Timur dari sektor pertanian, olahan makanan, hingga industri kreatif.
Seluruh capaian tersebut mencerminkan kemampuan sensing Jawa Timur terhadap peluang ekonomi baru, sebagaimana dijelaskan dalam kerangka dynamic capabilities; yakni kemampuan daerah untuk mengenali perubahan, menangkap peluang, dan menyesuaikan diri dengan cepat terhadap lingkungan yang terus bergerak.
Namun, tantangan berikutnya adalah pada tahap transforming: bagaimana menjadikan seluruh kebijakan dan inovasi itu benar-benar berkelanjutan, partisipatif, dan berpihak pada masyarakat kecil.
Tantangan membentuk regional resilience ecosystem
Transformasi ekonomi tidak seharusnya diukur hanya dari laju pertumbuhan, tetapi dari seberapa jauh ia menumbuhkan kesejahteraan dan keadilan sosial di seluruh lapisan masyarakat.
Dalam konteks ini, muncul kebutuhan mendesak akan birokrasi berjiwa wirausaha. ASN di Jawa Timur belum sepenuhnya memiliki entrepreneurial mindset, padahal masa depan pemerintahan modern menuntut kemampuan mencipta, bukan sekadar melaksanakan. ASN harus mampu berpikir seperti inovator: membaca peluang, mengelola risiko, dan membangun kolaborasi lintas sektor.
Entrepreneurial leadership di tubuh birokrasi adalah fondasi baru untuk menjembatani antara kebijakan dan kemajuan sosial-ekonomi warga.
Spirit Majapahit, jika diterjemahkan ke konteks modern, sejatinya adalah semangat kolaborasi strategis lintas sektor.
Dulu kejayaan Majapahit lahir dari solidaritas antarwilayah dan jejaring pelabuhan; kini kejayaan Jawa Timur tumbuh dari jejaring ekonomi lokal yang resilien: industri di Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan; pertanian dan agrowisata di Banyuwangi dan Bondowoso; ekonomi kreatif di Surabaya dan Malang; hingga pesantrenpreneur di seluruh penjuru kabupaten.
Semua simpul ini membentuk regional resilience ecosystem; struktur ekonomi yang kuat karena berlapis, berjejaring, dan berbasis nilai. Ke depan, arah pembangunan ekonomi Jawa Timur perlu menegaskan dirinya sebagai value-based economy; ekonomi yang bertumpu pada nilai, keberlanjutan, dan solidaritas sosial.
Kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, dan pesantren perlu diformalkan dalam kerangka regional innovation partnership.
Digitalisasi UMKM, riset pasar lokal, dan pengembangan rantai pasok hijau harus menjadi prioritas. Insentif bagi pelaku usaha yang berorientasi pada ekonomi berkelanjutan akan menjadi langkah nyata membangun ekonomi inklusif Jawa Timur.
Akhirnya, spirit Majapahit mengajarkan keseimbangan antara kekuatan dan kebijaksanaan, antara ambisi dan harmoni. Di tengah percepatan globalisasi dan disrupsi digital, Jawa Timur tidak hanya dituntut untuk tumbuh cepat, tetapi juga tumbuh benar; beretika, berkelanjutan, dan berkeadilan.
Usia 80 tahun adalah simbol kematangan peradaban. Jawa Timur kini tidak hanya tangguh dalam tradisi, tetapi juga dalam inovasi. Dari gotong royong hingga kecerdasan buatan, dari pesantren hingga pusat industri, semuanya berpadu membentuk mosaik ekonomi masa depan: tangguh, inklusif, dan berkarakter.
Selamat Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur. Semoga Spirit Majapahit 5.0 terus hidup dalam denyut ekonomi masyarakatnya; menjadi energi yang menumbuhkan, menguatkan, dan memuliakan.
Heri Cahyo Bagus Setiawan
Direktur Utama PT Riset Manajemen Indonesia
Dewan Pakar HIPMIKIMDO Jawa Timur