Dua penyebab musibah menimpa kita

Suaramuslim.net – Musibah secara bahasa berati sesuatu yang menimpa kepada seseorang. Dari arti ini musibah bisa baik dan bisa buruk. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. At Taubah ayat 50;

إِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ ۖ وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ

Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: “Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)” dan mereka berpaling dengan rasa gembira.

Dalam Al-Qur’an kalimat musibah dengan derivasinya biasanya mengarah kepada dua hal yaitu kebaikan dan keburukan.

Namun secara umum, dalam kebiasaan masyarakat dan juga Al-Qur’an, musibah itu selalu dikaitkan dengan hal yang tidak nyaman dan mengandung penderitaan. Misalnya di dalam surat Al Baqarah ayat 156;

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”

So.. Kalau kita artikan musibah itu adalah yang terkait bencana atau hal yang tidak nyaman, maka ditilik dari sebabnya ada dua hal juga;

Musibah yang tidak bisa dihindari karena bagian dari hukum alam atau sunnatullah

Lihat Q.S. Al-Hadid ayat 22;

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Musibah yang dapat dihindari karena disebabkan oleh ulah manusia

Seperti dalam Q.S. Ar Rum ayat 41;

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Demikian juga dalam ayat yang lain;

Surat Asy-Syura ayat 30

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

So.. Musibah itu bersifat umum, bisa baik dan bisa buruk. Bisa baik sebagai ujian (bala’) jika lulus dalam menghadapinya. Dan bisa juga menjadi adzab yang merupakan peringatan bagi yang melanggar aturan Allah. Dan adzab sendiri itu bertingkat, bisa jadi adzab itu sebagai ujian dan bisa jadi sebagai sanksi dan peringatan.

Perhatikan firman Allah dalam Q.S. Al-An’am

قُلۡ هُوَ الۡقَادِرُ عَلٰٓى اَنۡ يَّبۡعَثَ عَلَيۡكُمۡ عَذَابًا مِّنۡ فَوۡقِكُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِكُمۡ اَوۡ يَلۡبِسَكُمۡ شِيَـعًا وَّيُذِيۡقَ بَعۡضَكُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنْظُرۡ كَيۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰيٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَفۡقَهُوۡنَ

Katakanlah (Muhammad), “Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami (nya).

Apa sikap kita terhadap musibah yang menimpa, baik karena alam maupun ulah manusia?

1. Sabar dan berdoa

Cara sabar yang paling sederhana adalah berpikir positif terhadap apa yang belum terjadi, supaya menjadi tenang. Perhatikan pernyataan Khidir kepada Nabi Musa dalam Al-Kahfi ayat 68.

وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِۦ خُبْرًا

“Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

Artinya untuk bisa sabar harus ada pengetahuan tentang apa yang terjadi, kalau pengetahuan dipenuhi dengan sesuatu yang positif pastilah hati menjadi tenang. Dan berdoa pun akan menjadi khusyuk karena hati sudah tenang.

2. Yakin bahwa ini adalah ujian dan ujian itu sedikit sekali dan pasti berlalu

Perhatikan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 155. Perhatikan pula kalam hikmah;

مصيبة الدين تصغر فتكبر فتحوي بها الي النار

و مصيبة الدنيا تكبر فتصغر فتتلاشي

“Musibah agama dimulai dari kecil kemudian membesar dan akhirnya mengarahkan dengan musibah ke neraka. Sedangkan musibah dunia dimulai dari besar kemudian mengecil bahkan sirna.”

Artinya yang harus berduka jika diperlukan berduka justru saat diberikan musibah dalam agama.

3. Terus berusaha untuk memperbaiki keadaan

Terus semangat membangun yang rusak, mengobati yang sakit dan mengembalikan ke keadaan normal.

4. Saling membantu

Ingat, amalan terbaik di sisi Allah adalah membantu sesama. Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (Riwayat Ath-Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir).

5. Jadikan evaluasi diri untuk mengadakan perubahan ke arah pribadi yang lebih taat aturan

Jangan sampai dengan alasan mushibah justru melanggar aturan seperti menjarah hak orang lain. Ingat kaidah;

الاضطرار لا يبطل حق الغير

“Keadaan darurat tidak membatalkan hak orang lain.”

6. Perbanyak istighfar

Wallahu a’lam

M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
25 Desember 2025 – 5 Rajab 1447

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.