AI tidak lagi dikuasai AS, kekuatan digital dunia mulai bergeser ke China?

Suaramuslim.net – AI (kecerdasan buatan) telah mengubah dunia. Ketika OpenAI meluncurkan ChatGPT, semua orang terkejut. ChatGPT seperti badai yang mengguncang dunia kerja, membuat banyak orang khawatir kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, startup berbasis AI bermunculan, dan investor berlomba-lomba menanamkan uang mereka di bidang ini.

Tapi, siapa yang mendukung semua ini? NVIDIA.

Perusahaan ini awalnya dikenal sebagai pembuat kartu grafis untuk game. Tapi, tiba-tiba mereka menjadi tulang punggung utama di balik kemajuan AI. ChatGPT dan model AI lainnya dibangun menggunakan teknologi GPU dari NVIDIA. Karena itu, nilai saham NVIDIA melonjak tinggi, bahkan hampir menyamai raksasa teknologi seperti Apple dan Microsoft.

Silicon Valley, pusat teknologi AS, merasa mereka sedang berada di puncak. Mereka berpikir, AI adalah masa depan, dan AS akan tetap menjadi pemimpinnya. Mereka yakin, dunia akan bergantung pada AS karena AI membutuhkan komputasi besar, dan hanya NVIDIA yang bisa menyediakan GPU dalam skala besar.

Tapi, sejarah selalu penuh kejutan.

Belum lima tahun berlalu, kejayaan ChatGPT sudah mulai tergeser. Bukan oleh perusahaan AS, tapi oleh negara yang selama ini dianggap sebagai pesaing besar: China.

Perusahaan itu bernama DeepSeek AI. Yang mengejutkan, DeepSeek AI tidak menggunakan GPU mahal seperti NVIDIA. Mereka juga tidak membutuhkan superkomputer canggih seperti OpenAI. Mereka hanya mengandalkan algoritma yang pintar dan efisien.

Jika OpenAI butuh miliaran dolar untuk membeli GPU NVIDIA, DeepSeek AI justru menciptakan AI yang lebih cerdas dengan biaya lebih murah. Bahkan, AI mereka bisa berjalan di ponsel biasa.

Ini membuat Silicon Valley panik. Bukan hanya karena teknologi DeepSeek lebih murah dan efisien, tapi karena ini berarti dominasi AS atas AI mulai goyah.

Selama ini, AI dianggap sebagai senjata strategis. Siapa yang menguasai AI, dialah yang akan menguasai dunia. Tapi, DeepSeek AI muncul dan mengubah segalanya. Mereka membuktikan bahwa AI tidak lagi tentang siapa yang punya uang paling banyak, tapi siapa yang bisa berpikir paling efisien.

AS tidak siap menghadapi ini

Presiden AS, Donald Trump, bahkan mengadakan pertemuan darurat. Pentagon, Departemen Pertahanan AS, diperintahkan untuk mempercepat pengembangan sistem pertahanan baru. Bukan untuk menghadapi rudal, tapi untuk menghadapi perang AI.

Trump sadar, ini bukan sekadar soal teknologi. Ini soal geopolitik. Jika China menguasai AI, mereka bisa mengendalikan ekonomi digital dunia.

Sementara itu, pasar saham AS mulai goyah. NVIDIA, yang tadinya menjadi raja, tiba-tiba kehilangan 27 poin dalam sehari. Nilai pasarnya anjlok Rp 9.700 Triliun dalam sekejap.

Microsoft, Google, dan Meta juga ikut terpuruk. Wall Street, pusat keuangan AS, belum pernah melihat kehancuran sebesar ini sejak era dot-com bubble.

Lalu, bagaimana dengan DeepSeek?

Mereka tetap tenang. Tidak ada konferensi pers besar-besaran, tidak ada hype seperti OpenAI. Mereka tahu, mereka sudah memenangkan pertarungan ini.

AI tidak lagi dikuasai AS.

Peta kekuatan digital dunia telah berubah.

Era baru telah dimulai.

DeepSeek AI telah membuktikan bahwa dominasi AS di dunia AI tidak lagi mutlak. Dengan teknologi yang lebih efisien dan murah, China mulai mengambil alih kendali. Ini bukan hanya tentang teknologi, tapi juga tentang pergeseran kekuatan global. Dunia sedang memasuki era baru, di mana AI tidak lagi dimonopoli oleh satu negara.

Agus M Maksum
Praktisi IT

Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan, dapat memberikan hak jawabnya. Redaksi Suara Muslim akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.