Suaramuslim.net – Tepat pada hari ini (11/9/2018), Umat Islam merayakan pergantian tahun. Bisa dikatakan, satu Muharram merupakan tahun baru Islam. Selain Ramadhan, Bulan Muharram merupakan bulan mulia. Ada begitu banyak momen penting yang terjadi, khususnya pada 10 Muharram. Seperti penciptaan alam, Allah menciptakan malaikat Jjibril, pengangkatan Nabi Isa ke langit, keselamatan Nabi Musa dari kejaran tentara Fir’aun, dan masih banyak lagi.
Ada beberapa amalan baik yang disunnahkan pada perayaan 1 Muharram 1440 Hijriah nanti, diantaranya:
Puasa Asyura dan Tasu’a
Nabi menganjurkan umat Islam untuk berpuasa pada hari kesepuluh Bulan Muharram. Anjuran ini disandarkan pada salah satu riwayat hadits yang artinya, “Puasa yang paling utama setelah puasa Bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yang kalian sebut Bulan Muharam, dan sholat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.“ (HR.Muslim).
Aisyah ra mengatakan bahwa puasa Asyura sebenarnya sudah dilakukan oleh masyarakat jahiliyah sebelum datangnya Rasulullah saw. Al-Qurthubi berkata, “Kemungkinan kaum Quraisy menyandarkan amalan puasa mereka kepada syari’at orang-orang sebelum mereka, seperti syari’at Nabi Ibrahim”.
Hikmah atau faedah menjalankan puasa Asyura adalah menggugurkan dosa selama setahun yang lalu. Ini berarti puasa Asyura bisa menghapuskan dosa yang sudah diperbuat selama satu tahun berlalu.
Sementara puasa tasu’a dilakukan sehari sebelum puasa asyura, tepatnya pada tanggal 9 Muharram. Hukum menjalankannya pun sunnah. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)-ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan”. (HR. Muslim)
Memperbanyak Sedekah
Memperbanyak amalan sedekah dimulai awal Bulan Muharram menurut mazhab Malik sangatlah dianjurkan. Sementara mahzab lainnya menganggap tidak ditemukannya landasan dalil yang secara khusus menjelaskan hal tersebut, kecuali mendhaifkan hadits, “Siapa yang puasa hari Asyura, dia seperti puasa setahun. Dan siapa yang bersedekah pada hari itu, dia seperti bersedekah selama setahun”.
Terlepas adanya perbedaan pandangan di atas, pada dasarnya salah satu nilai Islam mengajarkan kita untuk berbagi rezeki pada orang lain yang membutuhkan. Sudah banyak dalil yang menyebutkan keutamaan sedekah, baik dari segi spiritual, materi, dan dimensi sosial masyarakat. Sehingga, jika bersedekah pada bulan biasa saja mendapatkan manfaat luar biasa, apalagi dikerjakan pada bulan yang dimuliakan Allah swt.
Menyantuni Anak Yatim
Rasul mengajarkan kita untuk senantiasa berbuat baik pada sesama dan menyantuni anak yatim. Berbagai rujukan menyebutkan bahwa amalan baik di Bulan Muharram yang sepatutnya tidak boleh dilewatkan oleh umat Islam adalah menyantuni anak yatim.
Beberapa sumber menyebutkan dengan istilah ‘mengusap kepala anak yatim’. Tentu saja maksud dari kalimat tersebut bukanlah aktivitas fisik memegang kepalanya, melainkan menyantuhi anak yatim.
Tidak ada salahnya setahun sekali kita berbagi kesenangan dengan anak yatim. Seperti berkunjung ke panti asuhan anak yatim, makan bersama, memberikan dana bantuan pendidikan, membagikan hadiah, mengajak jalan-jalan gratis dan sebagainya.
Menjauhi Perbuatan Maksiat
Menjauhi perbuatan dosa juga dianjurkan dalam Bulan Muharram. Mengapa demikian? Karena pada bulan mulia ini, segala dosa akan dilipatgandakan. Sebagaimana nilai amalan baik yang lebih tinggi pada Bulan Muharram, perbuatan maksiat di bulan ini nilainya juga lebih besar. Qotadah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kezaliman pada bulan-bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya daripada kezaliman yang dilakukan di luar bulan-bulan haram. Meskipun kezaliman pada setiap kondisi adalah perkara yang besar, akan tetapi Allah Ta’ala menjadikan sebagian dari perkara menjadi agung sesuai dengan kehendaknya.”
Disisi lain, Ibnu Abbas berkata tentang tafsir firman Allah Ta’ala dalam Surat At Taubah ayat 36: “…maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian…”; Allah telah mengkhususkan empat bulan dari kedua belas bulan tersebut. Dan Allah menjadikannya sebagai bulan yang suci, mengagungkan kemulian-kemuliannya, menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan tersebut lebih besar (dari bulan-bulan lainnya) serta memberikan pahala (yang lebih besar) dengan amalan-amalan shalih.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir)
Mengingat begitu bernilainya Bulan Muharram, akan sangat merugi jika diisi dengan perbuatan maksiat. Sebaliknya, kita mestinya memperbanyak amalan yang mengarah kepada ketaatan pada Allah swt. seperti membaca Al Quran, berdzikir, sedekah, menyantuni anak yatim, puasa dan sebagainya.
Instropeksi diri
Pergantian tahun sejatinya adalah momen bagi kita untuk melakukan instropeksi diri (muhasabah). Kita semacam mengingat ulang (flash back) amalan selama setahun, termasuk pencapaian apa yang berhasil diraih, sudahkah memberikan kontribusi bagi kemaslahatan ummat, bagaimana kualitas ibadah kita, dan sebagainya.
Karena sejatinya dengan bergantinya tahun baru, bertambah pula usia kita, dan itu berarti kesempatan kita hidup di dunia semakin berkurang. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, masa hidupku berkurang, namun amalanku tidak bertambah”.
Seperti sebuah buku baru, kita tentu ingin mengisi lembaran awal dengan hal-hal positif. Pepatah populer mengungkapkan jika awalannya bagus, maka akan berakhir bagus pula. Kita berdoa, semoga amalan yang konsisten dikerjalan selama Bulan Muharram akan terus dikerjakan pada bulan-bulan berikutnya.
Kontributor: Siti Aisah
Editor: Oki Aryono