GAZA (Suaramuslim.net) – Seba yang berusia satu tahun meninggal dunia bersama bibinya dalam serangan udara Israel ke rumah mereka di Gaza pada hari Sabtu (4/5).
Dengan tangannya yang terluka, ibu Seba, Rasha Abu Arar yang berusia 27 tahun, menyeka air matanya setelah eskalasi pelanggaran yang menewaskan sedikitnya 24 warga Palestina dan empat warga Israel.
“Aku, sepupu-sepupu dan anak-anak mereka sedang duduk di rumah ketika tiba-tiba sebuah roket jatuh pada kami,” kata Rasha yang sedang hamil kepada Al Jazeera.
“Saya memeluk putri saya untuk melindunginya tetapi pecahan peluru itu melukai tangan saya dan menembus tubuhnya,” katanya sambil terus menangis.
“Anak perempuan saya yang berusia tiga tahun, Rafeef, juga terluka dan saat ini berada di ICU,” tambah ibu enam anak itu.
“Apa dosa anak-anakku? Apakah mereka melemparkan roket ke Israel?” Katanya lagi sambil menangis.
Bibi Seba, Falisteen yang berusia 37 tahun, mengandung anak ke-10 dan meninggal karena luka pecahan peluru di lehernya.
“Hati saya berdarah karena anak-anaknya menjadi yatim. Mereka masih sangat muda. Bagaimana mereka melanjutkan hidup tanpa ibu mereka,” kata ibu Falisteen, Fatma.
Ketegangan di Gaza itu dimulai pada hari Jumat ketika menurut militer Israel, seorang penembak jitu dari kelompok Palestina Jihad Islam menembaki mereka di seberang perbatasan yang melukai dua tentara. Serangan udara Israel kemudian mengugurkan dua pejuang dari Hamas.
Pengeboman pada hari Sabtu terjadi ketika Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, dan Jihad Islam menembakkan lebih dari 200 roket ke kota-kota dan desa-desa di Israel selatan.
Pesawat tempur dan kapal perang Israel kemudian menargetkan Jalur Gaza. Ledakan di Kota Gaza, di mana jalan-jalan yang sibuk dipenuhi oleh pembeli yang membuat persiapan untuk bulan suci Ramadhan, mengguncang bangunan dan membuat orang berlarian mencari perlindungan.
Pesawat-pesawat Israel telah membom 200 lokasi, termasuk instalasi militer dan fasilitas Hamas, di seluruh Jalur Gaza sejak Sabtu malam. Dua bangunan di jantung kota hancur total, salah satu bangunan, al-Khuzendar, rata dengan tanah.
“Kami sedang duduk di toko kami yang menjual pakaian anak-anak, ketika sekitar jam 10 malam, sebuah ledakan besar mengguncang lingkungan. Kami bergegas keluar dan melihat semua orang menyerukan evakuasi bangunan,” kata Mohammed al-Hadad.
“Aku tidak mengharapkan bangunan kita menjadi sasaran. Ini adalah area bisnis dekat delegasi Palang Merah di lokasi yang layak,” katanya.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: Muhammad Nashir