Suaramuslim.net – Faizal Assegaf, seorang oposan yang dulu amat vokal mengkritik Pemerintah lalu kemudian berbalik arah membela habis-habisan pemerintah dan mengkritik bahkan menyerang secara hukum para oposisi pemerintah, berkicau di akun twitternya:
“Kenaikan harga BBM & anjloknya nilai rupiah, hal biasa. Rakyat tidak akan terhasut propoganda oposisi. Rakyat lagi menikmati piala dunia, kisah misteri buaya, ular telan manusia & ikan predator Arapaima”.
Faizal menyebut rakyat sedang menikmati Piala Dunia dan seolah tak akan terganggu dengan kenaikan harga BBM dan anjloknya nilai tukar rupiah. Padahal kalau anda adalah fans dari tim-tim unggulan seperti Jerman, Argentina, Portugal dan Spanyol, melihat Piala Dunia saja sudah membuat anda tidak bersemangat. Karena semua jagoan anda itu sudah tersingkir sebelum dan saat fase 16 besar.
Apalagi jika pagi ini anda berangkat ke SPBU dan mendapati diam-diam harga Pertamax sudah naik dari Rp 8.900,- menjadi Rp 9.700,-. Anda akan semakin lemas dan tidak bersemangat kalau anda tahu angka hutang luar negeri kita sudah menyentuh angka
356,9 Miliar Dollar AS, sementara rupiah makin melemah terhadap dollar menyentuh angka diatas Rp 14.000,-, artinya hutang luar negeri kita semakin besar karena dihitung dengan satuan dollar AS.
Salah Siapa?
Kalau soal tersingkirnya tim unggulan anda di Piala Dunia, anda bisa saja menyalahkan pelatih, wasit atau bahkan yang sedang hits di Piala Dunia tahun ini: Virtual Asistance Referee (VAR) yang membuat permainan sepakbola menjadi rigid. Tapi yang perlu disoroti adalah pemain-pemain yang punya kiprah mentereng di level dunia tapi gagal membawa negaranya juara. Dan ijinkan saya menyebut Lionel Messi.
Messi yang berasal dari Argentina, meraih empat kali pehargaan Ballon d’Or dari FIFA sebagai pemain terbaik dunia, dan dijuluki sebagai El Mesias atau Juru Selamat, justru gagal menyelamatkan negaranya sendiri dari kekalahan dari Perancis di fase 16 besar Piala Dunia 2018. Tentu hal ini lebih pahit ketimbang Piala Dunia sebelumnya ketika Messi juga gagal menyelamatkan negaranya dari kekalahan melawan Jeman di Final Piala Dunia 2014.
Jika dalam urusan piala dunia kita punya Messi, yang bisa dipersalahkan karena bersinar di level dunia, tapi justru gagal menunjukkan pengabdian terbaik untuk negeri sendiri. Di dalam negeri untuk urusan terus melemahnya Rupiah dan naiknya harga BBM non subsidi, namun saat berkiprah di level dunia justru mentereng, kita punya Sri Mulyani.
Di kancah dunia Sri Mulyani bersinar sebagai sebagai Managing Director World Bank, mengawasi satu-satu perekonomian negara-negara di dunia dengan lihai, untuk kemudian dicari yang tepat untuk diberi pinjaman dan modal. Seperti Messi yang menggocek si kulit bundar dengan lihai di Katalan, dan berhasil membawa Barcelona menjadi juara la liga.
Namun ternyata tangan dingin Sri Mulyani di Bank Dunia, sama seperti kaki ajaib messi di Barcelona, tidak ampuh bagi masing-masing negaranya. Meski Sri Mulyani mampu mengelola Bank Dunia sebagai Direktur Pelaksana seperti Messi mampu membawa Barcelona menjadi juara La Liga, nyatanya Sri Mulyani keok dihadapan gejolak perekonomian dunia, dan tak mampu membawa perekonomian Indonesia berjaya.
Dalam tiap kesempatan ketika ditanya tentang rupiah yang terus melemah, atau BBM non Subsidi yang terus naik, Sri Mulyani selalu berdalih semua karena kondisi perekonomian dunia, lantas selama ini sebagai Menteri Keuangan yang dilakukan apa saja?.
Harus Bagaimana?
Menurut Ekonom INDEF Bhima Yudhistira, selama ini pemerintah hanya menaikkan bunga acuan Bank Indonesia.
“Jangan cuma utak atik bunga acuan yang ada pertumbuhan ekonominya kena dampak, spekulan dollar-nya joget-joget.”
Menurut Bhima pelemahan rupiah solusinya adalah perbaikan di semua faktor fundamental, mulai dari defisit perdagangan, defisit transaksi berjalan sampai daya beli. Bahkan Bhima menyebut kebijakan Pemerintah absen dalam menghadang pelemahan rupiah.
“20 tahun reformasi ketergantungan ekspor komoditas mentah dan olahan primer masih cukup besar, itu yang bikin defisit neraca perdagangan, itu yang bikin ekonomi ga berkualitas, itu yang bikin rupiah naik turun. Selama problem itu ga diselesaikan ya terus aja salahkan ekonomi global,” ujar Alumni Universitas Bradford Inggris ini.
Sementara terkait tak terkendalinya kenaikan BBM Non Subsidi, Bhima menyebut selama ini Pemerintah terkesan berhasil mengalihkan subsidi energi untuk membangun infrastruktur yang selalu diklaim sebagai belanja produktif. Padahal faktanya Pemerintah lempar tanggung jawab pengalihan subsidi energi dari APBN ke BUMN. Subsidi tetap berjalan atas nama BBM Penugasan dan BBM satu harga dengan selisih harga jual yang ditanggung oleh Pertamina. Rapor di APBN terlihat bagus, tapi rapor keuangan Pertamina berbanding terbalik.
“Sebagai Negara net importir minyak harusnya Pemerintah tak boleh main-main dengan anggaran subsidi. Ketika harga minyak dunia naik, impor migas terus mengalami pembengkakan,” ungkap Bhima.
Bhima menggarisbawahi, jalan keluar yang paling ideal adalah menstop seluruh akrobat politik subsidi ini. Pemerintah harus berpikir rasional, jangan demi ambisi politik jangka pendek lalu korbankan keuangan Pertamina dalam jangka panjang. Untuk apa elektabilitas jika pun setelah terpilih, harus beres-beres keuangan Pertamina. Tapi solusi ideal ini menurut Bhima, nampaknya tidak mungkin diambil, janji harga BBM tidak naik sampai 2019 terlanjur ditelan oleh publik.
Seperti diketahui sebelumnya, beberapa bulan lalu Sri Mulyani sempat menjanjikan bahwa harga BBM akan tetap stabil dan tidak akan mengalami kenaikan dalam beberapa waktu ke depan.
“Jadi kemarin kami sudah menghitung dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara. Subsidi akan ditambahkan. Sehingga neraca PLN dan Pertamina akan tetap terjaga, dan masyarakat akan mendapatkan harga yang tidak berubah,” ujar Sri Mulyani seperti dilansir dari Tempo.
Ah, ternyata Bu Sri sama saja dengan Messi, yang pernah berjanji jika Argentina juara piala dunia, akan berjalan sejauh 68 km dari Roseo ke San Nicolas di Argentina. Nyatanya BBM tetap naik, rupiah makin melemah, dan Argentina gagal lagi jadi juara Piala Dunia. Mohon Maaf ya fans Argentina~.