Suaramuslim.net – Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya akan potensi, dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan keberagaman budaya yang luar biasa.
Dalam perjalanan menuju visi besar Indonesia Emas 2045, kita dihadapkan pada berbagai peluang sekaligus tantangan. Sebagai negara dengan posisi strategis di tengah arus globalisasi, Indonesia memerlukan peran semua elemen bangsa, termasuk para cendekiawan Muslim yang tergabung dalam Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI).
Sebagai organisasi yang lahir pada 7 Desember 1990, ICMI telah menjadi rumah besar bagi intelektual Muslim untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Dengan tema “Mengokohkan IMTAQ dan IPTEK Menuju Indonesia Emas,” SILAKNAS ICMI 2024 yang akan digelar di Bogor pada 13-15 Desember, menjadi momentum penting untuk merenungkan kembali peran ICMI dalam menjawab tantangan zaman.
Inspirasi dari sejarah peran cendekiawan muslim
Sejarah Islam mencatat peran penting cendekiawan Muslim dalam membangun peradaban yang gemilang.
Pada masa Rasulullah SAW, para sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib menunjukkan bagaimana kepemimpinan berbasis ilmu dan hikmah menjadi solusi untuk masalah umat. Abdullah bin Abbas, misalnya, dikenal sebagai “lautan ilmu” karena pemahamannya yang mendalam tentang tafsir Al-Qur’an.
Ali bin Abi Thalib pernah berpesan, “Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga kamu, sedangkan harta harus kamu jaga.”
Di masa Khulafaur Rasyidin hingga Tabi’in, Umar bin Khattab menginisiasi sistem administrasi modern, seperti pencatatan pendapatan negara dan pendirian baitul mal. Di masa tabi’in, pemikiran hukum dan filsafat Islam berkembang pesat melalui tokoh seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Malik.
Pada era keemasan kebudayaan Islam. Pada era keemasan kebudayaan Islam, ilmuwan seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Khawarizmi menunjukkan bagaimana integrasi antara IMTAQ dan IPTEK menghasilkan inovasi besar.
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah mengatakan, “Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas manusianya.” Inspirasi ini relevan dengan visi ICMI saat ini: menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk membangun bangsa dengan tetap berpijak pada nilai-nilai spiritual.
Tantangan dan peluang masa kini
Indonesia dihadapkan pada tantangan revolusi industri 4.0 dan perubahan global yang cepat. Namun, tantangan ini juga membuka peluang besar.
Transformasi Digital: Laporan Google, Temasek, dan Bain menunjukkan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 146 miliar pada 2025. Sektor ini dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi, tetapi kesenjangan digital terutama di daerah pedesaan masih menjadi tantangan besar.
Kesenjangan Sosial dan Pendidikan: Meskipun indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia terus meningkat, ketimpangan pendidikan di daerah terpencil masih membutuhkan perhatian. Pendidikan berbasis teknologi dan kewirausahaan adalah solusi yang perlu didorong. Sebagaimana disampaikan Nelson Mandela, “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.”
ICMI sebagai penggerak perubahan
ICMI memiliki keunggulan strategis dalam mengintegrasikan nilai-nilai iman dan taqwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana Albert Einstein pernah menyatakan, “Science without religion is lame, religion without science is blind.”
Dengan memadukan moralitas dan keilmuan, ICMI dapat mendorong pembangunan yang berkelanjutan.
ICMI dapat menjadi katalisator transformasi pendidikan. Program pelatihan literasi digital, riset inovasi, dan kewirausahaan dapat menjadi andalan untuk membekali generasi muda menghadapi era globalisasi.
ICMI dapat menginisiasi program pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas untuk mengurangi kesenjangan sosial. Program ini dapat terinspirasi dari model wakaf produktif atau koperasi syariah yang mengedepankan pemerataan ekonomi. Sebagaimana disampaikan oleh Bung Hatta, “Koperasi adalah jalan untuk mencapai keadilan sosial.”
Relevansi peran cendekiawan Muslim dengan konteks kekinian
Cendekiawan Muslim di era modern harus mampu menjembatani nilai-nilai tradisional Islam dengan tantangan kontemporer. Seperti halnya Ibnu Khaldun yang menjelaskan pentingnya ilmu sejarah untuk memahami peradaban, ICMI dapat memberikan perspektif strategis kepada pemerintah.
Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, peluang kolaborasi antara ICMI dan pemerintah semakin terbuka. Peran ICMI sebagai think-tank dalam berbagai kebijakan strategis dapat menjadi penopang visi besar Indonesia.
Membawa Indonesia menuju Indonesia Emas
Visi Indonesia Emas 2045 hanya akan terwujud jika kita mampu membangun masyarakat yang berpendidikan, inovatif, dan berakhlak mulia. Dengan semangat integrasi IMTAQ dan IPTEK, ICMI dapat menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendorong pembangunan di berbagai sektor.
Sebagaimana Gus Dur pernah berkata, “Islam datang bukan untuk mengubah budaya, tetapi untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” Peran ICMI adalah memastikan bahwa transformasi bangsa ini tetap berpijak pada akar moral yang kuat.
ICMI mercusuar harapan bangsa
ICMI memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi mercusuar harapan bagi bangsa ini. Dengan memadukan IMTAQ dan IPTEK, ICMI dapat menjadi penggerak perubahan menuju masyarakat yang berkeadilan, makmur, dan bermartabat.
Sebagaimana pesan Al-Qur’an dalam QS. Al-Mujadilah:11: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Mari jadikan SILAKNAS ICMI 2024 sebagai momentum untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Bersama-sama, kita wujudkan cita-cita Indonesia Emas!