Suaramuslim.net – Kata iman dalam Al Quran bisa berasal dari kata dasar tiga huruf, “amuna” (aman) dan empat huruf “aamana” yang kita terjemahkan sebagai iman. Dalam grammar bahasa Arab kata “aamana” disebut “tsulatsi mazid” (ada tambahan alif jadi empat kata) bentukan dari kata “amuna”, sehingga berdasarkan asal, kata “aamana” berbeda artinya dengan “amuna”. Orang yang beriman disebut mukmin.
Kesalahan orang-orang Indonesia mengartikan iman sebagai percaya. Perhatikan ajaran Rasul yang diriwayatkan Ibnu Majah,
“iman adalah tambatan/kepercayaan hati, yang diikrarkan dalam ucapan dan dilaksanakan dengan perbuatan”
Dari hadis-hadis yang berbicara tentang iman, dapat dianalisa bahwa iman adalah pengetahuan, ilmu, ajaran yang dibenarkan hati, diikrarkan (kontinyu) dan diamalkan dalam laku perbuatan.
Jika saya singkat dengan bahasa kita iman adalah sikap dan pandangan hidup.
Kata iman belum punya arti sempurna jika tidak digandengkan dengan kata lain. Kemudian Al Quran menggandengkan kata iman dengan kata “iman bil haq” dan “iman bil bathil”, seperti dalam surah Al Ankabut ayat 52.
قُلْ كَفٰى بِاللّٰهِ بَيْنِيْ وَبَيْنَكُمْ شَهِيْدًا ۚ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوْا بِاللّٰهِ ۙ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad), cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang yang beriman kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang rugi.”
Berikutnya dalam surah Al Baqarah ayat 2-4.
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk (hidup) bagi mereka yang bertakwa.”
Siapakah orang yang bertakwa itu?
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,”
وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ
“Dan mereka yang beriman kepada (Al Quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.”
Dari uraian ayat-ayat tersebut jelas sekali bahwa “iman bil haq” (pandangan dan sikap hidup yang benar) itu dengan Al Quran dan sunnah Rasul. Sedangkan “iman bil bathil” (pandangan dan sikap hidup yang salah) itu dengan selain Al Quran.
Pertanyaannya apakah Anda sudah beriman menurut Al Quran? Sejauh mana nilai, kualitas dan harga iman Anda? Nilai, kualitas dan harga iman yang paling tinggi dimiliki para Rasul, para Nabi dan seterusnya. Anda bagaimana? Jadi iman itu tidak abstrak, tidak dalam hati, dan tidak hanya sekadar percaya. Iqra (baca) dan tadarus terus dengan Al Quran.
Penulis: Dr. H. Miftahul Huda*
Editor: Muhammad Nashir
*Pengasuh Kajian Iman Menurut Al Quran Surabaya
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net