Suaramuslim.net – Dalam prinsip keseharian kalangan umum, pengeluaran adalah kerugian. Jika pengeluaran tidak mendapat pemasukan yang lebih besar maka merugi. Tentu ini perhitungan bagi dunia perdagangan. Apakah perdagangan dengan Allah atau jual beli dengan Allah juga terdapat istilah merugi?
Harta yang berkurang karena sedekah sejatinya tidak merugi. Oleh Allah tentu akan dikembalikan, baik yang disegerakan di dunia atau ditunda di akhirat. Bisa juga diberikan di dunia dan di akhirat. Dan ini keutamaan dari Allah SWT.
Setan mengajak kepada mungkar. Selalu ingin menjauhkan manusia dari bersedekah. Berbuat baik dengan kemanfaatan harta. Baik secara pelan-pelan atau berhenti total. Baik sedekah dengan sebuah imbalan atau sedekah yang terpaksa. Bermain setan di arena tersebut. Sehingga pahala yang diharapkan dari Allah tidak didapat.
Allah SWT berfirman, “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat buruk (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al Baqarah 268).
Ayat di atas memberi gambaran jika setan dari kalangan manusia dan jin terus-menerus menebar was-was. Saat punya harta dihiasi dalam dada ketakutan akan berkurangnya sehingga memunculkan kebangkrutan.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna ayat “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan“, maksudnya setan menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap menggenggam harta dengan tangan kalian, sehingga takut berkurang dan tidak menginfakkan dalam keridaan Allah. Jika ada peminta-minta wajahnya merah padam. Ucapan dan sikapnya begitu kasar. Untuk keluar beberapa rupiah saja menjadi berat. Apalagi yang lebih besar. Selanjutnya muncul ucapan yang menyatakan ‘masih muda kok ngemis’.
Sedangkan ayat “Dan menyuruh kamu berbuat buruk“, maksudnya bersama larangannya kepada kalian dari berinfak karena takut miskin, takut bertambah susah, setan menyuruh kalian dengan kemaksiatan, perbuatan dosa, keharaman, dan menyalahi perintah Allah Ta’ala. Tangan bertambah kencang menggenggam efek sebuah ketakutan.
Sementara itu, menurut Al-Jazairi, ayat “Dan menyuruh kamu berbuat buruk” berarti setan menyeru kalian untuk mengerjakan perbuatan buruk, di antaranya bakhil dan kikir. Kedua sifat tersebut membawa kepada keburukan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Allah Ta’ala memperingatkan para hamba-Nya dari setan dan godaannya, lalu mengabarkan bahwa setan menjanjikan dengan kefakiran, menakut-nakuti mereka dengan kemiskinan sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat dan sedekah. (Sebaliknya) ia menyuruh mereka untuk berbuat buruk sehingga mengeluarkan harta mereka dalam keburukan dan kerusakan, serta bakhil mengeluarkannya untuk kebaikan dan kemaslahatan umum.
Padahal kenyataannya justru sebaliknya. Harta yang dikeluarkan di jalan Allah akan mendatangkan keberkahan. Yakni menambah kebaikan dari harta itu dan berkembang menjadi banyak seperti dalam firman Allah SWT: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (QS Al Baqarah 276).
Makna ayat “Allah menyuburkan sedekah” adalah memperbanyak dan mengembangkannya di dunia. Sedangkan di akhirat, Allah menjaganya semenjak di keluarkan harta tersebut untuk infak. Penjagaan ini seperti seseorang menjaga benih yang ditanamnya dengan diperhatikan dan dipupuk sampai benih tersebut menjadi pohon yang besar. Atau seperti seseorang yang menjaga dan memelihara anak kuda yang masih kecil, ia beri makan dan ia rawat dengan baik sehingga menjadi kuda yang besar dan tangguh. Artinya pahala besar akan ia peroleh walaupun melalui infak yang sedikit.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman: “Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku berinfak kepadamu” (HR Bukhari Muslim).
Maknanya adalah Aku beri ganti yang lebih baik untukmu. Ini selaras dengan firman Allah swt: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya” (QS Saba’ 39).
Ayat dan hadis di atas mengandung perintah untuk bersedekah dengan keutamaan. Allah langsung yang memberi balasan dengan kalimat “Aku berinfak kepadamu dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya”.
Bersedekah dalam kebaikan untuk sesama dan berinfak fisabilillah menjadi tanda kedalaman iman seseorang. Baik itu dalam taraf kecil maupun sudah besar. Lalu anjuran untuk bergembira dengan ganti dari kemurahan Allah Ta’ala. Bahwa sedekah dan infak termasuk sebab utama datangnya keberkahan dan dilipatgandakannya rezeki. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberi ganti dengan surga bagi siapa yang berinfak di jalan-Nya.