Suaramuslim.net – Sholat adalah aktivitas ritual yang dimulai dengan takbir dan ditutup dengan salam. Mengapa dimulai dengan takbir, dan bukan tahmid, tasbih atau tahlil? Tentunya hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang mampu menjawab hakikat sebenarnya.
Semua nama Allah subhanahu wa ta’ala adalah baik untuk digunakan, namun Takbir seolah memiliki posisi yang terlihat lebih utama dari penyebutan nama Allah subhanahu wa ta’ala yang lain. Adzan dan awal sholat tidak dapat diganti dengan penyebutan nama lain kecuali dengan Takbir.
Hadits riwayat dari ‘Aisyah ra. berkata: Rasulullah saw. biasanya membuka sholat dengan takbir dan memulai bacaan dengan alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin (segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala Tuhan sekalian alam). Bila beliau ruku’ beliau tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya tetapi pertengahan antara keduanya; bila beliau bangkit dari ruku’ beliau tidak akan bersujud sampai beliau berdiri tegak; bila beliau mengangkat kepalanya dari sujud beliau tidak akan bersujud lagi sampai beliau duduk tegak; pada setiap 2 roka’at beliau selalu membaca tahiyyat; beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan meluruskan kakinya yang kanan; beliau melarang duduk di atas tumit yang ditegakkan dan melarang meletakkan kedua sikunya seperti binatang buas; beliau mengakhiri sholat dengan salam. (HR.Muslim)
Takbir, “ALLAHHU AKBAR” memiliki makna luar biasa yang sering disalahgunakan. Hosen (2017) menyatakan bahwa ketika manusia ber-Takbir maka seharusnya adalah membesarkan nama Allah subhanahu wa ta’ala, dan mengkerdilkan arti diri kita sebagai hamba dan makhluk. Bukan sebaliknya membesarkan diri dan mengecilkan pihak lain.
Takbir juga memiliki makna bahwa Allah subhanahu wa ta’ala Maha Besar dan Agung adapun semua masalah manusia, termasuk masalah organisasi dan bisnis, adalah hal kecil. Dari semua masalah pelik yang kita hadapi, Allah-lah yang lebih besar yang mampu mengatasi semua masalah menjadi tampak mudah dan kecil. Karena seringkali masalah tampak besar, karena kita sendirilah yang membesar-besarkan.
Hal tersebut dapat dikaitkan dengan anjuran Islam untuk melakukan pendekatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala ketika menghadapi permasalahan hidup. Sholat menjadi sarana bagi manusia untuk mendapatkan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta’ala terhadap semua permasalahan dunia.
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥
Artinya: “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al Baqarah: 45)
Bila lebih dalam memahami hakikat Takbir, maka pada dasarnya ada hal yang lebih mendalam lagi. Dialog berikut mungkin dapat menggambarkan kondisinya. Imam Ja’far As-Shodiq (guru dari madzhab Maliki dan Hanafi) pernah berdialog dengan seseorang tentang Takbir.
“ALLAHU Akbar..” kata lelaki itu.
“ALLAH Maha Besar dari apa?” tanya Imam Ja’far.
“ALLAH SWT lebih besar dari segala sesuatu.” jawab lelaki ini.
“Jika kau berkata demikian, sungguh engkau telah membatasi-Nya.” kata beliau.
“Lalu apa yang harus aku katakan?” tanya lelaki itu.
“ALLAH SWT Maha Besar untuk disifati.”
Kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala, tidak dapat diperbandingkan dengan apapun.
Penulis: Dr. Gancar C. Premananto*
*Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga Surabaya