PAMEKASAN (Suaramuslim.net) – Asosiasi Pariwisata Madura (ASPRIM) menyebut kebijakan penyekatan dan pemberlakuan tes antigen bagi semua pengendara yang melintas di Jembatan Suramadu telah menciptakan ketakutan yang luar biasa bagi warga Madura di manapun berada.
Ketua Umum ASPRIM Achmad Vicky Faisal mengatakan, ketakutan tersebut karena seolah seluruh Madura terjangkit semua, sehingga harus dites Antigen semua.
“Hanya 3 kecamatan di Bangkalan, kenapa harus seluruh Madura disekat (72 kecamatan 4 kabupaten),” ujarnya dalam rilis yang diterima Suaramuslim.net, Senin (14/6/2021).
Vicky Faisal menyebut dampak fatal kebijakan ini ekonomi di Madura terpukul, utamanya bidang pariwisata.
“Penurunan omset hingga 90%, banyak karyawan yang dirumahkan sementara. Bus wisata yang rata-rata 30-50 bus masuk ke Madura setiap harinya, jadi tak ada lagi. Hunian tamu hotel anjlok,” ungkapnya.
Menurut Vicky, imbauan agar “jangan ke Madura” membuat ketakutan yang beredar luas, sehingga wisatawan dan warga luar Madura tak satupun yang mau berkunjung ke pulau garam ini.
Faisal juga menduga terjadi diskriminasi pelat nomor kendaraan dan KTP Madura jadi sasaran penyekatan dan target tes Antigen.
“Siapapun yang ber-KTP Madura dan kendaraan pelat M dicurigai dan menjadi target tes Antigen,” ungkapnya.
Organisasi yang menjadi wadah para pebisnis pariwisata Madura bidang perhotelan, penginapan, transportasi, restauran, pengelola obyek wisata, biro perjalanan wisata, kuliner dan oleh-oleh ini menyampaikan saran kepada Pemprov Jatim dan Pemkab Bangkalan agar melakukan tes antigen di sisi Madura.
“Jangan membuat kesan seolah Pemkot Surabaya mewaspadai seluruh warga Madura. Pindahkan blokade yang asalnya di Suramadu ke zona merah saja (Arosbaya) sesuai kaidah PPKM yaitu lockdown mikro bukan kaidah PSBB.
ASPRIM meminta pemerintah daerah melibatkan tim kesehatan dari Madura dan tokoh masyarakat Madura untuk edukasi tes Antigen.
“Gunakan GeNose untuk tes, jika ada gejala positif bisa dilanjut Antigen dan PCR. GeNose lebih murah, lebih cepat, bisa hemat uang negara dan tidak berkesan menakutkan bagi sebagian warga Madura,” ungkap Vicky.
Pihaknya meminta Pemprov Jatim berhati-hati dalam mengambil langkah penanganan berkaitan dengan Covid-19. Jangan sampai justru menimbulkan konflik dan masalah baru.
“Mendesak Pemkab Bangkalan, cepat dalam penanganan Covid di kecamatan dengan penderita Covid di atas rata-rata tanpa mematikan ekonomi dan bisnis di seputarnya,” Vicky melanjutkan.
ASPRIM juga mengimbau masyarakat Madura mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, serta memberikan kesan yang baik agar orang di luar Madura mau berkunjung ke Madura.